Kini usianya sudah mencecah lima tahun. Dan dia kini adalah pelipur laraku selepas pemergian Alice untuk selama-lamanya. Dia adalah tempat aku mengubat rinduku pada Alice.

“Baru pulang dari mana sayang?” tanyaku pada Clarice.

“Tadi Alice petik Bunga untuk mama..” Jawab Clarice dengan tersenyum lalu meletakkan bunga-bunga yang digenggamnya ke atas kubur Alice.

Apa yang harus ku katakan tentang Clarice anakku ini, Senyuman Clarice, ya, sangat mirip dengan senyuman ibunya yang dulu sering mengisi indah hariku.

Segalanya memang persis seperti wajah cantik yang dimiliki mamanya. Clarice benar-benar mengingatkanku pada Alice,dan itu yang menyukarkan aku untuk melupakan Alice.Aku yakin anakku ini akan membesar menjadi wanita yang cantik dan bijak seperti Alice.

“Papa, Clarice lapar!” kata Clarice sambil mengusap perutnya.

“Baiklah, lepas ni kita makan! Clarice nak makan apa?” tanyaku.

“Clarice nak pizza, burger, ayam gorengg, dan cake…”

“Oke hari ini papa belikan semuanya untuk clarice ya, makanlah sepuasnya ya..”

“Yeayyy!”

“Say goodbye to mama,”

Clarice melambaikan tangannya pada kubur Alice, seolah-olah mamanya sedang berada di situ. Aku hanya tertawa melihat telatah lucu gadis kecil ini, sambil menahan sebak di dada.

Dia tetap sayang pada mamanya, walau tahu mamanya telah tiada. Dia tetap mencintai mamanya yang hanya sekejap cuma mencurahkan kasih sayang, lalu bagaimana dengan aku yang sudah lama mejalin hubungan cinta dengan mamanya, saling mencintai yang dari mulanya hanya sahabat sehinggalah kami menjadi suami isteri ? Sudah tentu aku lebih merasa kehilangan.

“Sudah, jom kita pergi sayang!”

“Let’s go!”