10. Dilema

Romance Series 9529

Hari sabtu pagi cuaca begitu cerah. Riswan bersiap membawa Melati berjalan-jalan di sekitaran komplek dengan stroller bayinya.

"Hati-hati ya sayang ." ucap Ros mencium pipi Melati, lalu Ros memasukan Melati ke dalam stroller bayinya.

Ting..ting..ting...

Suara ponsel Ros berbunyi.

"Pak, saya ke dalam dulu, ponsel saya bunyi." Ros mengangguk pamit lalu masuk ke dalam.

"Siapa yang meneleponnya sepagi ini?" tanya Riswan dalam hati.

"Ahh...untuk apa peduli juga." gumamnya lagi sambil berjalan keluar mendorong Melati.

Satu setengah jam berlalu, Riswan pulang dengan membawa tiga bungkus nasi kuning dan beberapa gorengan.

"Ros." panggil Riswan.

Ros keluar dari kamarnya sudah rapi dengan kaos dan celana bahan.

"Eh sudah pulang, sayang. " Ros datang menghampiri Riswan sambil tersenyum mengangkat Melati dari stroller.

"Please Ros, saya ga suka dengar kata-kata seperti itu." ucap Riswan tegas.

"Ya salam, kesambet apaan sih? Bilang sayangnya ke Melati, bukan ke Bapak. Ish, ge-er!" ucap Ros memberi penjelasan dengan perasaan bingung.

Riswan menghindari tatapan Ros karena merasa malu. Dia sudah salah sangka.

"Hayoo...Bapak pengen dipanggil sayang juga yaa?" goda Ros, sambil mengedipkan sebelah matanya pada Riswan. Riswan pun berbalik, berjalan menuju kamarnya, mencoba mengatur detak jantungnya.

"Sakit mata kali tuh si Ros!" Riswan mencebik, namun lagi-lagi, jantungnya bertalu cukup keras.

Bik Momo yang mendengarnya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Memang Bik Momo perhatikan gerak gerik Riswan berbeda saat berhadapan dengan Ros. Tetapi wanita paruh baya itu tak menghiraukan. siapa juga yang tak terpesona oleh Rosmala wajahnya cantik dan teduh.  Kulitnya bersih kuning langsat dengan tahi lalat di dagu kirinya, tubuhnya tinggi dan padat, mungkin karena habis melahirkan juga. Payudaranya apa lagi, sekel magel.

"Bik, saya mau pergi boleh ya, cuma sebentar. Saya mau pergi beli daleman, Bik." ucap Ros saat ke dapur menemui Bik Momo.

"Ih, kok izinnya sama bibik, izinnya sama Pak Riswan gih!" ucap Bik Momo dengam ekor mata mengarah pada kamar Riswan.

"Takut ga diiizinin, Bik.  Bapak kayak lagi PMS." gerutu Ros sambil cemberut.

"Kesel melulu kalau bicara sama saya, kayak tidak suka." Ros berkata sedih.

"Ros... Bapak bukan ga suka sama kamu, tapi kalau dari penglihatan bibik sepertinya bapak cuma menghindar saja, takut perasaanya terbaca olehmu." jelas bibik sambil berbisik.

"Maksud bibik, perasaan apa nih?" tanya Ros penasaran.

"Mmm...suka mungkin." jawab Bik Momo sambil menyeringai. Lalu dengan cepat membawa Melati ke teras depan.

Ros melongo "Bapak?suka sama gue? hassseekk." gumam Ros sambil cekikikan.

"Akoooh juga maaauuuu." gumam Ros kembali sambil mengulum senyum.

"Ahh si Bibik, kebanyakan baca nih, jadi halu." Ros dengan terpaksa meminta izin pada Riswan.

Tok...tok...

Ros mengetuk pintu kamar Riswan. Saat itu Riswan masih menggunakan jubah mandinya karena baru selesai mandi.

"Ya, masuk." Riswan mengira yang mengetuk adalah Bik Momo. Dia cukup kaget, saat yang ada di depan kamarnya adalah perempuan yang belakangan ini hadir dalam pikirannya.

"Eh, ada apa Ros?" tanya Riswan berpura- pura santai. Sebenarnya sangat malu.

"Gini, Pak. Saya mau ke supermarket, ada beberapa barang yang harus saya beli. " ucap Ros menjelaskan.

"Mau beli apa?" tanya Riswan

"Mmhh... itu, Pak. Urusan perempuan deh pokoknya." sahut Ros sedikit gugup. Pemandangan Riswan sehabis mandi membuat jantungnya deg-degan. Ros memalingkan wajahnya malu.

"Sebutkan! kalau tidak, aku tidak izinkan pergi." lanjutnya menatap serius ke arah Ros.

"Mmmm... Saya perlu beha khusus menyusui, Pak. Celana dalam saya juga udah pada sobek. Udah gitu saya lagi penasaran sama celana dalam warna ungu, Pak.

Riswan kaget kemudian berbalik, wajahnya merah dan tiba-tiba saja kepalanya pusing mendengar kata beha menyusui, celana dalam ungu. Hadeeeh... tahu gitu tidak usah bertanya tadi.

"Sama siapa perginya?"

"Sama pacarlah." sahut Ros asal, ia ingin melihat reaksi Riswan.

Riswan terdiam. "Sama saya saja perginya, kebetulan dalaman saya juga perlu diganti." ujar Riswan dengan wajah merona. Sedangkan Ros kini mengulum senyum.

"Hehehe... malu ah, kalau sama Bapak. Ntar saya dikirain istri. Ya sudah, saya berangkat ya, Pak. Bye..." tanpa menoleh lagi pada Riswan. Ros berlalu dari depan kamar majikannya tersebut.

"Ya sudah pergi sana, tidak perlu membawa Melati. Ingat jam delapan malam sudah harus kembali. " teriak Riswan mengingatkan.

"Siap, Tuan." balas Ros dengan tak kalah keras.

"Ish memangnya aku istrinya? Susah sekali mau keluar rumah aja, ribet." gerutu Ros.

"Ros....kamu kira saya ga denger, apa yang kamu gerutukan?" kata Riswan dengan nada tinggi.

"Eh , maaf, Pak. Saya permisi, assalamualaikum." pamitnya bergegas tanpa berani melihat ke belakang lagi.

****

Tiga jam berlalu, Ros belum juga pulang. Riswan sedikit khawatir sekaligus merasa sepi tak ada Ros di rumah.

Bik Momo memperhatikan gerak gerik Riswan yang dari tadi melihat ke depan pagar lalu melihat ponselnya, begitu terus berulang-ulang.

"Bik, Ros belum kasih kabar?" tanya Riswan tak tenang.

"Belum, Pak. Mungkin ketemuan sama temannya, kasian udah empat bulan di sini Ros belum pernah diajak ke mana-mana. Mungkin refreshing, Pak." jelas Bik Momo.

"Tapi ini sudah mau ashar, Bik. Coba ditelepon, Bik." Riswan memerintahkan Bik Momo menelepon Ros. Riswan khawatir Ros bertemu dengan Cello atau lelaki lain di luar sana.

"Saya ga ada pulsa, Pak." ucap Bik Momo polos sambil tersenyum.

Riswan yang semakin gekisah, akhirnya memutuskan untuk menghubungi Ros dengan ponselnya. Saat akan memencet nama kontak Ros, ponselnya berdering.

Mama

"Hallo Ma, Assalamualaikum." ucap Riswan sopan.

"Hallo Nak, malam minggu nginep dong, udah lama kamu ga nengokin papa. Mama juga rindu dengan Melati." ujar Bu Nurmi.

"Mmm...baik, Ma. Jam lima nanti Riswan berangkat, Mah."  jawab Riswan semangat.

Setelah lanjut berbasa-basi dengan ibunya, Riswan mencoba kembali menghubungi ponsel Ros.

Hallo Ros, kamu di mana?

Masih di mall, Pak. Lagi antri di kasir.

Cepat balik, kita mau ke Bandung.

Oh iya, Pak. Setelah ini selesai saya langsung pulang.

Iya cepat. Jangan mampir ke mana-mana lagi.

Iya Bapak bawel. Saya langsung pulang.

Jangan naik ojek online, pesan taksi saja. Biar lebih aman.

Iya, ih.

Tuutt...tuut...

Sambil mencebik, Ros langsung menutup sambungan teleponnya.

"Cerewet banget!" gumam Ros sebal, namun tidak lama. Karena setelahnya ia mengulum senyum. Senang rasanya ada yang perhatian seperti ini padanya.

Ros baru tiba dengan menenteng begitu banyak paper bag dan juga kantong plastik. Di dalamnya ada berbagai macam pakaian untuk Melati, daster untuk untuk Bik Momo, pakaian dalam ungu yang sudah bikin dia penasara, kosmetik dan aneka cemilan.

"Assalamua'laykum." ujar Ros di depan pintu. Betapa kaget ia, saat melihat Riswan duduk sambil menggendong Melati di ruang tamu.

"Kamu belanja lama sekali." tegur Riswan begitu melihat Ros masuk dengan kepayahan.

"Isi mall kamu borong semua?" celetuk Riswan lagi. Ros menghentikan langkahnya, lalu memutar tubuhnya menghadap Riswan.

"Maaf ya, Pak. Namanya wanita kalau belanja pasti lama. Kecuali numpang pipis doang di mall, itu baru cepat." Ros berkata sambil mumutar bola mata malasnya. Segera ia berlalu dari hadapan Riswan. Dari pada darah tingginya naik, jika harus menimpali ocehan Riswan yang tidak jelas.

Ros buru-buru merapikan barang belanjaannya, ada satu kantong yang dia selipkan di antara barang yang lain, ia tak ingin Riswan melihatnya.

****

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience