13. Cinta yang Rumit

Romance Series 9529

Ros berbaring di kamarnya ditemani bayi Melati yang bertambah montok. Bayi perempuan itu sedang memainkan mainan bunyi-bunyian. Hari ini masuk bulan kelima Ros bekerja di rumah Riswan, hatinya sudah menyatu dengan Melati dan rumah ini.

Riswan sedang duduk di depan televisi sambil menonton film romantis. Saat masih ada almarhumah istrinya, mereka suka nonton berdua, karena sama-sama penyuka genre film romantis. Ros melewati ruang televisi untuk ke dapur dan membuat susu.

"Film apa itu, Pak?" tanya Ros yang tiba-tiba berhenti dan memperhatikan film yang sedang diputar.

Riswan kaget, lalu menoleh ke asal suara.

"Ohh, ini judul filmnya First kiss," sahut Riswan ringan.

"Oo.." mulut Ros membentuk huruf O.

"Artinya apa tuh, Pak?" tanya Ros pura-pura bloon.

"Ciuman pertama Ros," sahut Riswan dengan jujur, sambil membetulkan letak kacamatanya.

Ros menyeriingai, "ciiee, Bapak udah kangen yaa pengen dicium," goda Ros dengan dagu yang menunjuk televisi, tepat pada saat adegan pria mencium wanitanya.

Riswan yang salah tingkah karena digoda oleh Ros, memilih mematikan televise, lalu berdiri dari sofa dan berjalan melewati Ros yang masih keheranan.

"Ciiee, Bapak malu tuh," godanya lagi

"Saya mau cium Bapak, tapi bayarannya gede lho," seru Ros.

Riswan tak acuh, berjalan lurus menuju kamarnya, tanpa melirik sedikit pun pada Ros.

"Nikahi aku," gumam Ros sambil terkekeh.

Riswan yang samar-samar mendengar gumaman Ros, akhirnya memilih berbalik badan, menatap Ros cukup lekat. sedangkan Ros yang terlanjur malu karena ucapannya terdengar, lebih memilih menyeringai.

"Bercanda Pak, Saya tidur dulu ya." Ros berjalan cepat lalu menutup pintu kamarnya.

Ros terkekeh melihat kelakuan Riswan.

"Melati sayang, tau ngga? kenapa sih kamu sama ayah gemmeesinnya sammaaa," ucap Ros sambil mencium gemmes pipi Melati yang sudah pulas.

Aahhh...seandainya. Ros menutup wajahnya dengan bantal sambil tersenyum.

Di kamarnya, Riswan merasa gerah. Padahal AC sudah dinyalakan full yang paling dingin. Jantungnya pun ikut berdebar saat Ros tadi menggodanya. Naluri laki-lakinya mendadak hadir, apalagi saat adegan kissing dalam film tadi, ada yang mendesak ingin disentuh. Aahhh...ya ampuuun. Riswan berlari ke kamar mandi lalu mengguyur tubuhnya dengan air dingin.

Pagi ini Melati sudah rapi dan cantik dengan jepit rambut hello kitty berwarna merah. Melati di taruh di dalam box bayi sambil memainkan bunyi-bunyian. Riswan sarapan dengan lahap sambil memperhatikan Ros dan Bik Momo yang sibuk di dapur.

"Pak, enak ga nasi uduknya?" tanya Bik Momo saat menuangkan teh untuk Riswan.

"Enak bik, beli dimana nih Bik?" tanya Riswan balik, karena memang rasanya sangat enak.

"Tuh yang bikin." Bik Momo menunjuk Ros yang sedang merapikan perabotan masak.

Riswan melongo lalu membentuk huruf O. Lalu memberikan jempolnya.

Riswan berangkat diantar oleh Ros sampai ke depan pintu, sambil menggendong Melati.

"Bye Papa, kiss aku dong Pa," kata Ros menirukan suara anak kecil.

Riswan berbalik lalu dengan cepat mencium Melati tanpa menoleh ke wajah Ros. Riswan mencoba mengelola kasadarannya saat berdekatan dengan Ros. Jangan sampai Ros mengetahui kegelisahannya saat ini.

****

Beepp...beepp...

Pesan Mbanking masuk ke dalam ponsel Ros.

tiga belas juta rupiah

Ros mengucek matanya melihat
Transferan dengan nominal begitu banyak.

"Apa bapak salah pencet ya? Biasanya dua belas juta, hari ini kok tiga belas," gumamnya lagi. Ros berinisiatif mengirimkan pesan kepada Riswan.

"Bapak kelebihan transfer ya?"

"Memang bayaran kamu".

"Nominalnya kok lebih, Pak?"

"Itu tambahan bayaran kamu, waktu merawat saat saya saat sakit. Dan, mmm terimakasih atas pelukannya. Harus bayar'kan?"

Air mata Ros ingin rasanya tumpah, kenapa rasanya seperti dilecehkan. Padahal harusnya Ros senang, dilebihkan nominal transferan rutinnya dari Riswan. Tapi balasan pesan dari Riswan barusan seakan-akan membayar semua kebaikan yang ia lakukan. Padahal tidak semua kebaikan harus dinilai dengan uang. Rosmala sedih, tidak menyangka Riswan membuatnya kini begitu rendah diri.

"Apakah saat bapak meminta saya memeluk bapak, tak ada perasaan apa-apa?"

Riswan tertegun membaca pertanyaan Ros. Lalu lanjut mengetik balasan WA dari Ros.

"Biasa saja, namanya juga aku bayar kamu."

"Bapak yakin?"

"Tentu saja."

"Oke, terimakasih."

Ros menaikkan dagunya mencoba menguatkan hatinya bahwa memang tak ada apa-apa yang terjadi antara dia dan Riswan. Hanya sebatas pekerjaan, namun Ros rapuh, ia membiarkan air matanya mengalir, ia berharap mimpi-mimpi indahnya yang sempat hadir kemarin, ikut pergi bersama air mata yang jatuh. Memang tak pantas ia bermimpi terlalu tinggi, apalah ia hanya seorang wanita panggilan.

"Melati, sepertinya hanya kamu yang sayang sama Bude mama nih," bisiknya sambil mengecup pipi Melati dengan mata berkaca-kaca.

"Aaa...aaa.." Melati mengoceh sambil mencoba memegang pipi Ros yang masih ada sisa-sisa air mata.

Riswan pulang lebih cepat hari ini. Bik Momo dan Melati sudah menyambutnya di depan pintu rumah.

Riswan mencari-cari keberadaan Ros, biasanya Ros dan Melati yang menyambutnya saat dia pulang bekerja.

"Hallo sayangnya Papah," sapa Riswan mencium wajah Melati.

"Mmmhh..Ros ke mana bik?" tanya Riswan sedikit ragu.

"Ada di kamar, Pak," sahut Bik Momo

Bik Momo menyiapkan makan malam sedangkan Ros sedang menyusui Melati di dalam kamar. Riswan merasa ada yang aneh karena tidak melihat Ros sedari pulang kerja tadi.

"Anak Papah mana yaa? mau gendong nih," ucap Riswan memancing agar Ros keluar kamar.

Namun nihil, Ros tak juga keluar kamar.
Ros tahu apa yang dilakukan Riswan sengaja agar Ros keluar kamar, namun saat ini Ros tak ingin bertemu dulu dengan lelaki yang hampir saja dia mimpikan. Dia mencoba menata hatinya agar menerima statusnya di dalam rumah Riswan.

Riswan tak bisa tidur hanya bolak balik di atas kasur. Apa yang salah dengan dirinya? Riswan bermonolog. lelaki itu memutuskan mengirim pesan pada Ros.

"Kamu sakit Ros?

Ros membaca nama pengirim pesan lalu mengabaikannya.

Riswan menunggu chatnya dibalas oleh Ros namun tak ada balasan yang masuk dari Ros.
"Mungkin Ros sudah tidur," gumamnya.

****

Udara pagi menyapa pepohonan, teduuhh, udara terasa lebih dinging, dan segar. Ros keluar kamar setelah selesai mandi dan sholat shubuh sedangkan Melati masih tertidur pulas. Bik Momo sedang ke warung sayuran.

Ros menuju dapur , memakai apron bersiap membuat sarapan. Wajahnya sudah lebih segar dan hatinya juga sudah mulai tenang.

"Roooss," panggil Riswan dari dalam kamarnya.

"Ya Pak." jawab Ros dari dapur, wajahnya sudah terlihat biasa saja.

"Jaket saya yang kemaren dicuci disimpan di mana ya?" tanya Riswan.

"Ada dalam lemari Pak, semua yang disetrika Bik Momo kemarin," sahut Ros sambil menghampiri kamar Riswan namun tak berani untuk masuk. ia memilih berdiri di depan pintu kamar Riswan saja.

"Masuklah, bantu aku mencarinya." Riswan menatap Ros, lalu mempersilahkan Ros masuk. Ros sedikit berjongkok mencari jaket yang dimaksud Riswan dalam tumpukan lipatan baju. Wangi rambut dan badan Ros yang sehabis mandi membuat Riswan risih dan berdebar.

"Aahhh.. Sudah deh Ros, ga papa aku pakai jaket yang lain saja," ucap Riswan mengalihkan debaran di dadanya. Tak sanggup rasanya berlama-lama dengan Ros.

"Baik Pak, " ucap Ros tanpa melihat wajah Riswan, baru beberapa langkah hendak keluar dari kamar Riswan, seorang wanita melongo melihat Ros.

"Ibu," pekik Riswan kaget, wajahnya pucat seperti maling kotak amal yang ketangkap basah.

Ros juga sedikit kaget lalu mencoba tersenyum tipis.

"Sedang apa kamu di kamar anak saya?" tanya Bu Nurmi terlihat tidak senang.

"Itu mmm saya membantu bapak mencari jaketnya yang terselip, Nyonya," terang Ros tanpa berani melihat wajah Bu Nurmi.

"Ibu kapan datang? kok ga ngabarin, biar Riswan jemput?" tanya Riswan berusaha mengalihkan perhatian ibunya.

"Permisi saya tinggal dulu Nyonya, saya buatkan teh dan sarapannya." Ros pamit ke dapur.

"Ris, ibu mau bicara," ucap ibu ketus

"Kenapa WA ibu soal perjodohan kamu ga pernah dibalas sih?" tanya Bu Nurmi sengit.

"Saya belum niatan berumah tangga lagi, Bu," jawab Riswan memelas sambil meremas rambutnya.

"Kamu yakin alasannya itu?" tanya Bu Nurmi yang merasa tidak yakin.

"Iya Ibu. Memangnya mau alasan apalagi?"

"Mmm...bukan karena gadis itu kan?" tanya Bu Nurmi sambal menunjuk dapur, tempat Ros berada.

"Ros? Ya ampun ibu dia itu cuma pembantu Bu, ga ada apa-apa Riswan dengan dia," ucap Riswan sambil terkekeh meyakinkan ibunya dan dirinya sendiri.

"Kalau gitu kamu harus mau ibu jodohkan dengan Sella."

"Ayolah Ris, dicoba dulu jalani dengan Sella. Ibu tidak minta minggu depan sudah harus menikah, kalian bisa penjajakan dulu," terang Bu Nurmi sambil memohon pada anaknya.

"Hhhhmmm." Riswan menarik nafas panjang. Dia tau pasti memang cepat atau lambat dia harus berumah tangga lagi agar dirinya, Melati dan rumah ini ada yang mengurus. Tapi dengan Sella, ia tidak memiliki perasaan apa-apa.

"Baiklah, Bu," balas Riswan menyanggupi.

Senyum terbit di wajah Bu Nurmi. Wanita paruh baya itu merasa lega. Saat anaknya menyetujui permintaannya.
Sella juga sebenarnya gadis baik dan pekerja keras, hanya saja belum ada jodohnya padahal sudah hampir berusia tiga puluh dua tahun.

***

Bu Nurmi dan Riswan menikmati sarapan nasi goreng buatan Ros. Sedangkan Ros sedang  memasak air hangat hendak memandikan Melati.

"Oh ya Ris, Sella sedang ada pekerjaan dekat sini mungkin nanti dia mampir. Ingat pesan ibu jalani saja dulu."

"Kalau tidak kenal maka tak sayang. Ibu berharap kamu berjodoh dengan Sella. Dia wanita mandir, cantik, baik pula."

Ros mendengar perkataan Bu Nurmi, saat melewati mereka. Dan entah kenapa hatinya mendadak sangat nyeri, "hhhmmm... apa secepat ini aku harus meninggalkan Melati?" gumam Ros saat masuk ke dalam kamar.

Melati dimandikan dan dipakaikan baju lucu berwarna merah bergambar kelinci.

"Waahh cucu nenek sudah cantik," puji   Bu Nurmi saat menghampiri Ros di kamarnya. Wanita paruh baya itu ingin membawa Melati ke depan.

"Sini saya yang bawa ke depan"
Ros memberikan Melati ke tangan Bu Nurmi.

"Ros..."

"Iya, Nyonya."

"Meskipun nanti Riswan menikah lagi, kamu tetap bekerja di sini ya, tetap jadi babysitternya Melati," ucap Bu Nurmi sambil tersenyum ke arah Ros.

"Ohh...jadi bapak mau menikah lagi ya, Nyonya? alhamdulillah,"ucap Ros pura-pura bahagia padahal air matanya sudah mau tumpah cuma ia menahannya.

"Kalau Melati sudah punya mama baru, saya pensiun nyonya, mungkin balik ke kampung dulu mau lihat si mbok sama ade yang di kampung," ucap Ros sambil tersenyum tipis.

"Baiklah, saya ke depan dulu. " Bu Nurmi meminggalkan Ros di dalam kamarnya.

Riswan yang sudah bersiap berangkat ke kantor, melihat Melati dalam gendongan ibunya, "kemana Ros?" tanya Riswan dalam hati. Sudah dua hari ini dia tak mengantarku di depan pintu.

Kelihatan semburat kecewa wajah Riswan. Dia berpamitan dengan Melati dan ibunya. Sambil menoleh ke arah dapur untuk melihat Ros namun tak menemukannya.

*****

Riswan ini ngebetein ga sih.??????
Cuzlah komen atau colek bintangnya biar semangat ngelanjutin next part????

Share this novel

Dessy Arisandi
2020-12-14 18:24:57 

kapan lanjut lagi part berikutnya.. kok lama??..


NovelPlus Premium

The best ads free experience