15. Kesepian

Romance Series 9529

Jangan lupa follow akun saya ya.????
Selamat membaca.

****

Riswan mematut diri di depan kamar Ros. Dia berharap ini hanya mimpi. Tetapi saat dia menampar wajahnya, barulah dia sadar semua ini nyata.
Wanita yang selalu di kamar ini, begadang siang malam hanya untuk menyusui anaknya dengan penuh suka cita, sudah tidak ada lagi.

Air matanya menggenang, "ya  Allah, kenapa dengan diriku?" lirih Riswan dengan suara bergetar. Bik Momo ikut meneteskan air mata melihat majikannya yang termenung di depan kamar Ros, dirinya juga tengah sibuk menenangkan Melati yang masih menangis sesegukan.

Riswan memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Ros, matanya menyapu setiap sudut kamar,  lalu matanya tertuju pada kotak kecil yang telah dibungkus kado bermotif polkadot hitam putih.

Riswan tak sabar membuka bungkusan kado tersebut dengan penasaran, kemudian membuka sacarik kertas yang menempel pada kotak berwarna coklat.

Pak Riswan

"Terimakasih telah menjadikanku keluarga walau hanya sebentar.

"Semoga Bapak dan Melati selalu bahagia."

Riswan meremas kertas tersebut dengan tangan bergetar, lalu membuka kotak segiempat yang ada dalam genggamanannya. Betapa kagetnya Riswan, kotak beludru tersebut berisi jam tangan merk ternama, dengan tali kulit berwarna coklat gelap. Riswan menggenggamnya dengan penuh kesedihan, lalu dengan cepat memencet kontak Ros.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."

"Roooss, tolong angkat teleponnya," lirih Riswan menyebut nama Ros sambil mengusap rambutnya dengan kasar.

Riswan melakukannya entah sudah berapa puluh kali, namun mesin penjawablah yang  menyahutinya. Riswan tak kenal lelah, ia terus saja memencet nomor kontak Ros, meletakkan kepalanya bertumpu pada telapak tangannya. Ia menahan agar tidak menangis, tapi tidak bisa. Rasanya sama seperti saat ia ditinggalkan Annisa, almarhum istrinya.

"Bik, titip Melati ya, saya mau menyusul Ros," ujarnya tegas sambil mengambil kunci motornya. Bik Momo mengangguk senang, semoga Pak Riswan bisa menghentikan kepergian Ros. Bik Momo bermonolog.

"Yey...Papa mau jemput Mama Ros, Melati jangan menangis lagi ya," bisik Bik Momo di telinga bayi Melati yang sudah mulai tenang.

****
Hingga sore Riswan tidak juga kembali, Bik Momo resah, sedangkan Melati masih terus manangis, padahal sudah diberi susu, sudah diajak mumutari taman perumahan, namun tetap saja rewel. Bik Momo sampai bingung sendiri harus bagaimana lagi. Tiba-tiba Bik Momo melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja makan. Cepat ia ambil lalu putar video Ros yang sedang bernyanyi menenangkan Melati beberapa waktu lalu.

Ajaib, Melati seakan mengerti. Bayi itu terdiam, sambil sesekali memperlihatkan giginya menyeringai, saat melihat video Ros yang sedang bernyanyi. Pemandangan yang pasti siapapun ikut meneteskan air mata bila melihatnya. Yah, Melati hanya diam saat video itu diputar berulang-ulang. Bahkan Melati mencoba meraih ponsel Bik Momo, tetapi tidak bisa.

Bik Momo setengah berlari membuka pintu, saat terdengar suara pagar rumah dibuka. Pundaknya melemah, saat Riswan kembali ke rumah sendirian, tanpa Ros bersamanya. Riswan turun dari motornya dengan lemah, melihat Bik Momo yang kini juga sedang melihat ke arahnya.

"Maaf, Bik. Saya tidak bisa menemukan Ros," ujarnya lemah sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam kamarnya.

Pukul dua belas malam, Riswan masih berjaga. Menemani Melati yang masih terus merengek. Padahal bayi itu sudah berulang kali menguap, tetapi tetap tidak mau tidur juga. Riswan sudah memberinya ASI Ros yang ternyata sudah disimpan banyak oleh Ros di dalam kulkas khusus ASI. Riswan juga menimangnya sayang, bahkan malam itu Riswan membuatkan ayunan di dalam kamarnya untuk Melati. Namun bayi itu masih terus saja rewel.

Tok...tok...

"Pak!" panggil Bik Momo di balik pintu kamar Riswan. Riswan membukakan pintu, "ya, Bik." Sahutnya.

"Sini, Melati biar bibik yang kelonin!"

"Rewel banget, Bik. Kenapa ya?"

"Sepertinya kangen Ros, Pak. Melati selalu mengempeng jika ingin tidur malam," terang Bik Momo.

"Mengempeng? Maksudnya?" kening Riswan berkerut.

"Melati selalu memegang payudara Ros sebelum tidur, Pak. Lama-lama baru pulas, begitu, Pak," terang Bik Momo sambil melirik Riswan yang masih saja terdiam.

"Sini, Melati sama bibik yuk!" Bik Momo mengambil Melati dari gendongan Riswan, lalu membawanya masuk ke dalam kamar yang biasa Melati tiduri bersama Ros.

Sepuluh menit berlalu, suara rengekan Melati sudah tidak terdengar. Riswan yang belum benar-benar terlelap, kembali keluar kamar untuk melihat Melati. Suara riang terdengar dari kamar yang biasa ditiduri oleh Ros. Mengintipnya sedikit, di mana Melati sedang menatap ponsel Bik Momo yang sedang memutar video Ros berulang-ulang.

Riswan menahan sesak di dadanya, kenapa ia begitu terlambat menyadari perasaannya. Setelah Ros benar-benar tidak ada, ia bagaikan baru saja kehilangan sebelah sayapnya untuk terbang. Yah, kini semua takkan sama. Tidak ada lagi Ros yang mengantar dan menyambutnya saat pulang bekerja. Tidak ada lagi Ros yang selalu menggodanya, tidak ada lagi Ros yang membuatkan aneka sarapan yang selalu memanjakan lidahnya.

Riswan mengusap wajahnya kasar, "kamu di mana Ros, tolong kembalilah," lirihnya dengan air mata yang menggenang.

"Melati diam saat melihat video itu, Bik?" tunjuk Riswan yang tiba-tiba saja menghampiri Bik Momo. Di sana sedang diputar video Ros menyanyikan lagu Potong Bebek Angsa, dengan ceria.

"Bik, saya boleh minta video Ros?" ujar Riswan setengah berbisik pada Bik Momo, karena Melati baru saja akan terlelap.

"Eh, boleh Pak," sahut Bik Momo sambil memberikan ponselnya pada Riswan. Bibik mengusap-usap kembali punggung Melati, karena bayi itu tidur menyamping. Ia membiarkan majikannya itu memindahkan video dari ponselnya.

"Nih, Bik. Sudah. Buat jaga-jaga saja, siapa tahu Melati rewel, jadi saya punya obatnya," ujar Riswan dengan wajah merona. Bik Momo hanya tersenyum, lalu menerima ponselnya kembali dari tangan Riswan. Lelaki itu kembali ke kamarnya, sedangkan Bik Momo menutup pintu kamar, lalu ikut merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang sama dengan Melati.

Bibik membuka ponselnya, mengecek perpindahan video tadi.

"Dih, gimana sih? Tadi katanya minta video doang, lha ini malah mindahin dua puluh foto  Ros, beserta lima video. Hihihihi...," Bik Momo terkikik geli, "akhirnya setelah tiada, baru terasa. Cintamu bersambut, Ros. Cepatlah kembali," gumam Bik Momo dengan air mata menggenang.

****

Share this novel

Dessy Arisandi
2021-01-29 10:13:33 

kok gk update² ya ceritanya??..

Dessy Arisandi
2021-01-23 23:14:00 

kapan update lagi nih??..


NovelPlus Premium

The best ads free experience