14. Tiba Saatnya Pergi

Romance Series 9529

Keadaan rumah sudah hening, jam dinding  menunjukkan pukul sepuluh malam, ibu Riswan dan Bik Momo sudah tidur, tinggal Riswan yang masih gelisah sudah tiga hari dicuekin Ros.
Sedangkan Ros masih asik menyusui Melati yang belum ingin tidur.

Riswan tak tahan lagi dengan sikap Ros dia keluar kamar lalu mengetuk pintu kamar Ros.

Tok..tok..
"Roooss..buka pintunya!" pinta Riswan dengan suara setengah berbisik takut ibunya terbangun.

Ros membuka pintu, Riswan langsung nyeruduk masuk lalu menutup pintu.

"Ett...siapa nih Melati yang datang bertamu malam-malam?" tanya Ros pada Melati seolah-oleh mereka kaget dengan kehadiran Riswan.

"Ehh itu saya mau melihat Melati," sahut Riswan asal, lalu menghambur ke kasur  untuk mengangkat Melati dan menggendongnya.

"Anak Papa, aduh papanya kangen banget," ucap Riswan sambil mencium gemas pipi Melati yang sangat montok.

Ros tersenyum tipis melihat tingkah Riswan sambil merapikan beberapa pakaiannya Melati yang belum sempat ia rapikan ke dalam lemari.

"Melati ga kangen ya sama papa, senyumnya mana nih," goda Riswan pada Melati, sambil melirik Ros ragu. Ucapan Riswan sebenarnya untuk Ros, tapi wanita itu tidak paham, ia hanya bisa mengerucutkan bibirnya mendengar ocehan Riswan pada Melati.

"Ya sudah, malam ini Melati biar tidur sama Bapak saja kalau bapak masih kangen sama Melati," ucap Ros lagi sambil duduk di tepi kasur dan memandangi Riswan yang sedang menina bobokkan Melati, pemandangan ini begitu indah yang mungkin bulan-bulan berikutnya tak dapat dia saksikan lagi.

"Ros...," panggil Riswan lembut.

"Heemm...," jawab Ros malas

"Kenapa kayaknya kamu ngehindar dari saya?" tanya Riswan langsung sambil menatap Ros.

"Ahh...perasaan Bapak aja kali," jawab Ros cuek. Malas ia melihat wajah Riswan yang lama-lama bisa membuatnya tak bisa mengontrol hatinya.

"Mmmhh..., maafin aku Ros kalau aku bikin kamu ga nyaman," lirih Riswan duduk di samping Ros. Lumayan pegal juga gendong Melati lama-lama karena badannya yang semakin montok.

"Bapak ga salah apa-apa kenapa jadi minta maaf?" tanya Ros keheranan.

"Sebaiknya bapak segera kembali ke kamar bapak, karena kalau lama-lama bapak di kamar saya, nanti saya bisa jatuh cinta," ujar Ros sambil menarik tangan Riswan keluar dari kamarnya. Riswan melongo dengan ucapan Ros tersadar dia sudah di luar kamar Ros sambil menggendong Melati.

Pintu kamar Melati kembali terbuka.

"Mmuuuaacchh, Bude mama sayang Melati."
Secepat kilat Ros mencium pipi Melati dalam gendongan Riswan, sedangkan Riswan masih tertegun dengan lutut yang lemas dan dada yang berdegub kencang.

"Hhhh... apa itu maksudnya? Geemmmeesss deh, adoohh gue cium juga tu orang,"  gerutu Ros sambil mengacak-ngacak rambutnya.

Riswan duduk di kasurnya, dia masih mengatur detak jantungnya.

"Apa aku jatuh cinta dengan Ros? ga mungkin ga mungkin!" Riswan menggerutu sambil mengacak-acak rambutnya.

Dan benar malam ini Riswan tak bisa memejamkan mata. Dia lalu mengambil foto almarhumah Annisa istrinya yang berada di samping tempat tidur.

"Sayang, aku bingung, apa aku jatuh cinta dengan Ros?" adunya pada foto Annisa.

"Apa tak apa-apa jika aku mencintai dia juga selain dirimu, Nis?" gumam Riswan lagi.

Riswan akhirnya tertidur pulas di samping foto Annisa dengan Melati di sampingnya.

Sella dan Bu Nurmi sedang berbincang-bincang di ruang televisi bersama Riswan yang menggendong Melati.

Ros memperhatikan dari dapur.

"Pemandangan yang cocok ya, Bik? Semoga Bapak berjodoh dengan Mba Sella, kelihatannya Mba Sella orangnya baik," ucap Ros setengah memaksakan kata-katanya berbicara kepada Bik Momo, sekuat tenaga Ros menahan air matanya.

"Ros, kalau kamu mencintai bapak kenapa ga bilang," tegas Bik Momo merasa sok tau.

Ros melongo kaget dengan perkataan Bik Momo.

"Ya ampun Bibikku sayang, udah dibilang jangan kebanyakan nonton korea jadi baper deh tuh," ucap Ros sambil nyengir kuda

"Ya tidaklah, Bik.  Yang benar saja, mana mungkin saya berani jatuh cinta sama bos sendiri, Bapak itu orang baik jadi harus dapat yang lebih baik, Bik," ucap Ros tiba-tiba serius.

"Saya cuma wanita kotor, Bik. Bermimpi untuk punya suami pun saya tak berani, tapi jika Allah mempertemukan saya dengan lelaki yang baik dan sholeh, saya siap berubah Bik, saya juga ga mau selamanya melacur, mungkin setelah selesai dari sini saya akan belajar jadi perempuan baik-baik," terang Ros dengan air mata yang berlinang.

"Aamiin Ya Allah, semoga suatu saat kamu menemukan lelaki yang mencintai kamu dan menerima masa lalu kamu ya, Nak." sahut Bik Momo tulus sambil mengusap-usap punggung Ros.

"Roooss... Ini Melati bikinin susu dulu," titah  Bu Nurmi sambil menyerahkan Melati ke tangan Ros dengan berkedip menandakan Sella tak boleh tahu kalau Ros menyusui Melati.

"Iya Nyonyah." Ros berlalu masuk ke kamarnya tanpa memperhatikan Sella dan Riswan yang memperhatikan Ros juga.

"Ris, ayolah kamu ajak Sella malam mingguan masa di rumah aja," rengek Bu Nurmi  memaksa agar Riswan mengajak Sella jalan.

"Ga papa Tante, malam mingguan di rumah aja juga seru," potong Sella tersenyum malu-malu.

Karena menghargai ibunya dan Sella, akhirnya Riswan memutuskan untuk mengajak Sella untuk makan di luar.
Ros mengintip dari jendela kepergian Riswan. Masih dengan Melati dalam gendongannya. Hatinya sangat sakit dan terbakar api cemburu. Namun ia menggeleng-gelengkan kepala. Ia menegaskan, bahwa ia bukan siapa-siapa.

"Tak boleh Ros, kamu harus tahu diri kamu siapa dan asal kamu dari mana," lirihnya mengingatkan hatinya.

Ros mengambil hp lalu mengirim pesan WA kepada Daren.

"Ren, sepertinya aku mencintainya."

"What? Maksud lo sama Riswan?"

"Iya."

"Ya ampun Ros, benarkan kata gue hati-hati lu terpesona sama laki-laki baik kayak Riswan."

"Trus dianya gimana?"

"Kayaknya sih ngga, hehehe sekarang orangnya lagi pergi dengan wanita lain. Wanita baik-baik yang dijodohkan ibunya."

"Rooosss...sini aku peluk."

Ros menangis membaca pesan dari Daren.

"Gue sedih ren."

Ros menangis sesegukan dalam diam menyumpal suaranya dengan bantal agar tak terdengar keluar suara tangisannya. Hanya kepada Darenlah ia berani jujur, ia harus meluapkan apa yang ada di hatinya saat ini, dan tak mungkin pada Bik Momo ia bercerita.

Melati memperhatikan Ros seperti yang mengerti kalau wanita disampingnya sedang bersedih. Melati tiba-tiba tengkurap dan berusaha meraih rambut Ros.

Ros menoleh. Mengusap pipi lembut Melati.

"Kamu anak baik Nak, papa kamu juga orang baik, sudah seharusnya kalian dapat yang terbaik. Saya yang tidak pantas berada diantara kalian dan mengharapkan kalian menjadi bagian dari saya. Maafkan bude mama jika tak bisa menemani Melati sampai besar. Bude mama sayang banget sama Melati, Bude mama janji takkan melupakan Melati dan Papah. Kalian berdua akan Bude mama simpan di sini." Ros membawa tangan Melati di dadanya. Ros menangis tersedu memandangi Melati, dan bayi lucu itu pun ikut merengek, seakan mengetahui kesedihan yang dialami Ros.

"Cep..cep... Aduh, Melati kok ikut sedih."Ros mengangkat Melati dan menimangnya lalu menciumnya gemes.

****

"Alhamdulillah besok Melati sudah mulai Mpasi, sudah saatnya aku kembali ke duniaku. Tidak-tidak, sebaiknya aku pulang ke kampung saja," gumam Ros masih sambil memeluk Melati.

"Pak Riswan mungkin sebentar lagi akan segera menikah. Jadi waktunya sangat tepat," gumam Ros lagi.

Saat semua sudah terlelap, Ros pelan-pelan merapikan baju dan barang-barang miliknya. Tidak semua dia bawa, baju-baju pemberian Riswan tidak ada yang dia bawa. Ros hanya merapikan pakaian yang ia bawa dari kosannya saja, lalu memantapkan hati untuk mengundurkan diri besok.

Pagi-pagi sekali Ros sudah membuatkan nasi uduk tempe orek dan telur balado. Tak lupa Ros membuat menu Mpasi pertama Melati.

Jam enam pagi sudah rapi semua. Bik Momo termenung sedih saat mendengar Ros akan kembali ke kampungnya hari ini. "Ros... kamu ga sayang Melati?" tanya Bik Momo dengan suara bergetar.

"Sayang atuh Bik, makanya saya harus pergi biar Melati adaptasi sama calon mamahnya Bik," jawab Ros sambil memeluk Bik Momo.

"Wah, ada apa nih pagi-pagi udah pelukan?" ledek Riswan kepada Ros dan Bik Momo.

"Eh Bapak, tidak apa-apa, Pak. Biasalah wanita," jawab Ros sambil memaksakan senyumnya.

"Waah Ros kamu masak nasi uduk lagi." wajah Riswan antusias melihat makanan di atas meja.

"Iya Pak. Dimakan ya, sini saya ambilkan," tawar Ros. Lalu dengan cepat mengambilkan nasi uduk berserta teman-temannya untuk Riswan, lelaki itu sampai tersenyum sangat manis, hatinya berbunga-bunga dilayani Ros seperti ini. Hal yang baru ini dilakukan Ros di meja makan. Kemudian Ros juga menuangkan teh untuk Riswan, lalu kembali ke dapur.

Ros pun memandikan Melati dan memakaikannya baju yang dia belikan di supermarket waktu itu. Setelah Melati rapi dan ia susui sampai pulas, ia pun mandi dan rapi-rapi. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh, Riswan baru selesai menghabiskan tehnya dan akan segera berangkat.

Ros keluar kamar membawa tas miliknya yang waktu itu dia bawa pertama kali datang ke rumah Riswan.

"Ros, ada apa? Kamu mau kemana?" tanya Riswan kaget dan bingung.

"Saya rasa tugas saya sudah selesai Pak. Saya sudah memberikan Asi eksklusif buat Melati, dan Melati sudah mulai Mpasi hari ini," terang Ros tanpa berani menatap wajah Riswan.

"Maksud kamu mau berhenti?" ucap Riswan dengan nada emosi.

"Iya Pak, saya mau balik ke kampung menjenguk orangtua dan adik saya," kawab Ros berbohong.

Riswan melongo tak bisa berkata-kata. Hatinya sakit melihat Ros dengan mata berkaca-kaca berdiri di depannya sambil membawa tas.

"Tapi... kenapa dadakan Ros? Kamu ga bilang apa-apa semalem," ucap Riswan memelas.

"Trus gimana Melati?" tanya Riswan lagi, kini dia benar-benar panik. Bahkan dadanya berdebar sangat kencang.

Ros menoleh pada Bik Momo yang sedang menggendong Melati, Bik Momo menangis begitu juga Melati ikut merengek. Sambil tangannya ingin menarik rambut yang dikuncir, tanda minta digendong oleh Ros.

Ros meneteskan air mata.

"Melati sayang, baik-baik sama Papa dan Bibik ya, sebentar lagi Melati punya mama jadi Melati ga perlu sedih lagi karena Bude mama tinggal yaak," isak Ros mencium Melati.

Riswan tertegun mendengar ucapan Ros, lidahnya kelu. Ia tidak tahu harus berbuat apa saat ini.

"Kalau dia mencintaiku mungkin dia akan melarangku pergi," bisik Ros dalam hati, "tapi sepertinya tidak." Ros berbalik dan menatap Riswan sedih lalu tersenyum kepada Riswan.

Riswan ingin melarang Ros pergi namun lidahnya kelu dia hanya memandang wanita di depannya dengan tatapan sedih.

"Pak, terimakasih sudah membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik dan mengenal Tuhan, terimakasih sudah bersabar dengan saya. Mohon maaf apabila saya banyak kesalahan." Ros meneteskan air mata di depan Riswan sambil mengulurkan tangan ingin berjabat tangan.

Riswan ingin memeluk Ros namun ia tak bisa.  Tubuhnya kini membeku, semua terlalu dadakan dan dia tidak siap.

Ros memeluk Bik Momo lalu mencium pipi wanita paruh baya yang sangat baik padanya.

"Sehat ya Bik, kalau bapak rewel jewer aja kupingnya," Ros mencoba bergurau di antara isakannya.

Ros berbalik, berjalan perlahan ke pintu pagar.

Maaamaa...maammaaa..

Melati memanggil Ros 'Mama' sambil menangis. Riswan dan Bik Momo saling pandang, mereka tidak percaya dengan yang barusan Melati panggil. Ros pun menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Melati begitu sedih.

"Maaamaa eeeekk...ooekkk..."

Melati menjerit, tangannya terulur pada Ros. Ros hanya bisa tersenyum getir, lalu mencium Melati dari, "anak mama memang hebat," lirih Ros tak sanggup, ia berlari keluar pagar dan langsung masuk ke dalam taksi online yang sudah menunggunya.

"Roooosss... Tunggu!" teriak Riswan berlari keluar pagar. Terlambat!

Taksi yang ditumpangi Ros sudah melesat jauh, meninggalkan area perumahan. Wanita itu menangis terisak di dalamnya, hatinya hancur berkeping-keping saat mengetahui bagaimana tadi Melati memanggilnya Mama.

*****

Part paling termehek-mehek menurut akuh????
Tisu mana tisuuuu????

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience