3. Di Kamar 7

Mystery Series 64

Hujan deras terus mengguyur malam itu. Kilat menyambar sesekali, memperlihatkan siluet rumah kos tua yang berdiri di ujung gang sempit. Sekar Wangi, yang sejak dua hari lalu menghuni kamar nomor 7, mulai merasakan keganjilan yang tak bisa ia jelaskan.

Malam pertama, ia hanya merasa dingin menusuk tulang. Malam kedua, ia mendengar suara seperti seseorang menyisir rambut di sudut kamar. Malam ini, suara itu kembali terdengar—lebih dekat.

Cresk... cresk... cresk...

Sekar Wangi menatap ke sudut ruangan. Tak ada apa-apa. Hanya kursi kecil yang biasa ia letakkan tas. Tapi rambut-rambut hitam panjang berserakan di lantai, padahal ia baru saja menyapu sore tadi.

Ia menarik selimut, mencoba tidak memikirkannya. Tapi suara itu tak berhenti.

“Wangi... Wangi... pinjam cerminmu...”

Suara itu lirih. Lembut. Tapi bukan suara manusia yang wajar.

Sekar Wangi mematung. Jantungnya berdetak cepat. Ia tak berani menoleh.

“Wangi... mana cerminnya... aku harus cantik malam ini...”

Suara itu makin jelas. Sekar Wangi akhirnya menoleh—perlahan. Tak ada siapa pun. Tapi saat ia menunduk, ia melihat bayangan kaki mengambang di bawah ranjang. Kaki pucat dengan kuku panjang dan jari-jari menggantung kaku, seolah mayat yang tak rela tidur tenang.

Ia menjerit.

Lampu kamar mati seketika.

Pagi harinya, ibu kos datang mengetuk kamar Sekar Wangi.

“Sekar? Kamu nggak apa-apa? Semalam ibu denger kamu teriak.”

Sekar Wangi membuka pintu dengan wajah pucat. “Bu... di kamar ini... ada sesuatu... ada yang tinggal di sini selain saya.”

Ibu kos menatapnya lama, lalu menghela napas. “Kamu mimpi, Nak. Kamar ini sudah lama kosong sebelum kamu tempati.”

“Tapi semalam saya dengar suara minta cermin. Terus ada rambut... dan kaki... menggantung dari kolong ranjang!”

Ibu kos terlihat bingung. “Cermin?” gumamnya pelan. “Kamu benar-benar dengar itu?”

Sekar Wangi mengangguk, ketakutan.

Ibu kos menunduk. “Kamu harus tahu... dulu kamar ini memang pernah dihuni seorang gadis bernama Wangi juga. Sekar Wangi, seperti namamu. Dia tinggal di sini lima tahun lalu... dan dia... bunuh diri.”

Darah Sekar Wangi seolah berhenti mengalir. “Bunuh diri?”

“Iya. Dia anak yang pendiam. Sering bicara sendiri. Suka berdandan di malam hari... katanya ingin tetap cantik bahkan setelah mati. Dia gantung diri di kamar ini, sambil memegang cermin kecil di tangannya.”

Ibu kos menatap Sekar Wangi dengan pandangan aneh. “Cerminnya nggak pernah ditemukan. Tapi sejak malam itu, penyewa kamar ini selalu mengalami hal-hal aneh... sampai akhirnya kamar ini kosong bertahun-tahun. Kamu satu-satunya yang berani tinggal di sini lagi.”

Sekar Wangi menggigit bibirnya. Ia mengingat suara itu. Permintaan meminjam cermin. Rambut di lantai. Kaki menggantung.

“Aku harus pergi dari sini, Bu.”

“Tapi sekarang hujan, dan masih pagi. Tunggu siang, ya?”

Sekar Wangi mengangguk. Tapi dalam hatinya, ia tahu, ia tidak akan bisa menunggu lama. Ia membereskan barang, namun saat membuka laci lemari—ia menemukan cermin kecil. Bingkai perak, permukaannya sudah buram. Tapi jelas—itu bukan miliknya.

Sekar Wangi menatap ke dalam cermin. Dan saat itulah, wajah lain muncul di balik bayangannya.

Seorang perempuan dengan rambut panjang menutupi sebagian wajah, bibir hitam membiru, dan mata melotot ke arahnya.

“Wangi... kamu sudah pakai namaku... kamu harus ganti tempatku.”

Cermin itu bergetar hebat lalu pecah di tangan Sekar Wangi. Pecahannya jatuh di lantai, dan setiap pecahan menampilkan wajah perempuan yang sama, menatap dari setiap sudut.

Sekar Wangi tidak pernah keluar dari kamar itu.

Saat ibu kos mengetuk keesokan paginya, tak ada jawaban. Ia akhirnya membuka pintu, dan menemukan kamar dalam keadaan rapi. Tapi ranjangnya kosong. Tak ada jejak Sekar Wangi.

Hanya satu hal yang berubah.

Cermin kecil dengan bingkai perak tergeletak di atas bantal.

Dan dari dalamnya, samar-samar... wajah Sekar Wangi muncul. Tersenyum. Tapi bukan senyum manusia biasa—melainkan senyum yang penuh duka dan dendam.

Sekar Wangi kini telah menjadi penghuni baru kamar itu.

TAMAT

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience