Organization Masked Assassin 3 (Vinny Problem)

Crime Series 1039

Bagi yang belum cukup umur dilarang keras membacanya. Karna cerita ini mengandung kekarasan, pembunuhan, kata-kata kasar, dan perbuatan-perbuatan dewasa.
Cerita ini hanya cerita karangan dan bukan berdasarkan cerita asli. Buat para pembaca tidak diperbolehkan meniru semua perilaku dalam cerita ini.
HAPPY READING...

~~~~*~~~~*~~~~

"Ahh... Lega rasanya pikiran" Ucapku yang tengah istirahat di kasur kamarku.

Baru saja aku selesai dari tugas kuliahku yang banyak itu. Hmm, tapi aku merasa bosan juga terus-terusan dikamar seperti ini. Baca novel ? Ahh tidak-tidak. Mood'ku sedang malas membaca. Apa yang harus aku lakukan sekarang ya. Udah jam 09:05 malam aja lagi cepat banget waktu berputar.

Ohh iya...! Aku tau. Bagaimana kalau aku mengajak cowo ganteng didepan rumahku. Iya, benar. Pintar sekali ya Aku ini, hehehe. Sebentar, apa dia sedang dirumah hari ini. Biasanya dia kan tidak ada. Euumm, kalau belum dicoba belum tau. Aku mengambil smartphoneku mencari kontaknya dan menelponnya. Aku menunggu dia mengangkat telponku. Emang sih dia jarang mengangkat telpon dariku.
Aktif nomernya tapi tidak dia angkat. Ck, sudah kuduga aku harus kerumahnya bertemu langsung dengannya.
Aku berjalan keluar kamarku lalu menuruni tangga.

"Vin kamu mau kemana malam-malam begini ?" Tanya mamahku saat kami bertemu diruang tamu.

"Mau kerumah Vian, mah" Jawabku.

"Emang dia nya ada ?" Tanya mamahku lagi.

"Gatau juga sih, ini Vinny makanya mau liat ada apa engga".

"Emang mau kamu ajak kemana Vin".

"Ya jalan-jalan dong mamah" Duhh mamahku ini banyak tanya deh.

"Kalo misalkan Vian nya ga ada gimana" Tanya mamahku

"Yaudah Vinny jalan sendiri aja" Jawabku santai.

"Yaudah hati-hati".

"Iya mah".

Aku berjalan kearah gerbang rumahku sambil melihat suasana rumahnya. Sepi sekali..., tapi kan sepi belum tentu tidak ada orang didalam. Coba deh aku pencet bel rumahnya dulu.

TENG NONG TENG NONG

Tidak ada tanda-tanda orang didalam. Mungkin sekali lagi kali ya.

TENG NONG TENG NONG

Yaps ! Sudah dapat aku pastikan bahwa didalam tidak ada orang dengan kata lain orang yang aku cari tidak ada. Karna dia tau kalau ada orang yang membunyikan bel rumahnya hanya dua kali cuma aku. Yaudahlah aku jalan sendiri aja. Kini aku berjalan menelusuri jalanan komplek rumahku. Sesampainya didepan gerbang masuk komplek, aku menunggu taxi sebentar.

~~~~*~~~~*~~~~

Sekarang aku sudah di pusat perbelanjaan. Aku berniat menonton bioskop seorang diri. Hmm, nasib ga punya pacar sih jadi kemana-mana selalu sendiri.

"Mas tiket film Warkop DKI Reborn".

"Wahh maaf mba, tiketnya sudah habis".

Hah ! Abis, yahh aku kelamaan dong dijalan. Ishh !! Nyebelin deh hari ini. Udah engga bisa ketemu sama cowo didepan rumah, dan sekarang kehabisan tiket. Padahal aku ingin sekali menonton film itu. Sekarang aku benar-benar bingung mau kemana. Hmm, pulang aja deh.

"Pak ke komplek 84 ya" Ucapku ke sopir taxi didepanku.

"Baik nona".

Diperjalanan aku merasa takut. Kenapa takut ? Ya jelas saja aku takut karna supir taxi selalu melirik kearahku. Duh..., perasaanku jadi ga enak nih.

"Sendirian aja nona".

"Ehh !! I-iya".

"Ga sama pacarnya ?".

"Di-dia la-lagi sibuk" Ucapku berbohong. Ayolah cepat sampai kerumah.

"Ohh gitu".

Aku melihat jalan dari jendela taxi ini. Tunggu !! Ini jalan bukan jalan ke arah komplek rumahku.
Melainkan jalan yang tidak kukenal. Aku harus keluar dari sini.
"Pak saya turun sini aja".

"Loh kok turun disini nona, ga takut ?".

Aku cuma diam menanggapi ucapan supir taxi ini.

"Mending ikut saya aja yukk nona" Ucap supir brengsek ini yang sudah memberhentikan mobilnya di tempat sepi.

"Ehh ??".

Wajah sang supir itu melihat kearahku dengan tatapan penuh nafsu.

Buru-buru aku membuka pintu taxi. Lalu berusaha lari, namun entah bagaimana sang supir mesum sudah berada dibelakangku lalu memegang tanganku dengan keras.

"Mau kemana sih cantik ?" Tanya supir mesum ini.

"Lepasin !!" Teriakku.

"Kalo ga mau dilepas, aku bakal teriak".

"Teriak aja ? Lagian engga bakal ada yang denger" Senyumnya benar-benar membuatku takut.

"Ayo !!" dia menarikku paksa ke arah mobil taxinya lagi.

"Engga !! Lepasin " Aku berteriak lagi.

"berisik lo !! Mau dikasih yang enak-enak malah nolak !! Bodoh".

"Tolong !! Tolong" Aku harus terus berusaha.

"Diam !"

"Aww" Rintihku, dia barusan menamparku, ya menamparku.

Aku harus mencari cara agar lepas dari genggamannya. Ahh iya ! Bagian paling sensitif pria. Ya, selangkangannya. Saat dia lengah aku akan menendangnya.

"Hahah nah gitu dong dilemesin aja" Ucapnya.

Sekarang aku memang sengaja tak melawan supaya bisa mengelabuinya. Supir mesum itu sekarang sudah berhasil menggiring ku kembali ke taxinya.

"Buka bajumu" Ucapnya masih dalam posisi menggenggam tanganku.

Aku hanya diam berpura-pura pasrah.

"Ohh minta dibukain".

Saat dia melepaskan tangannya dari tanganku aku langsung menendang bagian selangkangannya.

"Arrgghh ahh !! Bangsat" Teriaknya kesakitan.

Aku berlari secepat mungkin.

"Woy jangan lari lo cewe anjing !!".

Sial, dia berlari mengejarku.

Ayo otak berfikir bagaimana supaya bisa lolos dari supir mesum yang mengejarku. Biasanya apa yang akan dilakukan saat seseorang dalam posisi sepertiku ini. Hp !! Ya, benar smartphone ku ini harus aku gunakan menelpon seseorang. Tapi siapa ?? Ahh iya ?? Orangtuaku, tidak ! Aku tidak mau membuat mereka khawatir. Vian, benar Vian aku harus menghubunginya. Namun aku berfikir apa Vian akan mengangkatnya. Tadi saja dia tidak mau mengangkat telpon dariku. Coba dulu deh, tidak ! Bukan mencoba tapi harus aku telpon.

TUTT TUTT TUTT

Ayolah Vian angkat.

TUTT TUTT TUTT

Tuhan tolong aku.

"Halo"

Bagus diangkat.

"Halo !!" Ucapku.

"Iya, halo ini siapa ya".

"Vian tolong aku !" Aku tak menjawab pertanyaannya sebab aku sangat panik.

"Hah ! Tolong ? Lo siapa, minta tolong kok ke gue".

Duhh ! Vian kenapa kamu tak mengenali suaraku sih.

"Aku Vinny, aku lagi di..aarrrggghh".

Sial, aku terjatuh. Smartphone ku mana ? Ahh ! Tempat ini terlalu gelap. Smartphone ku terjatuh entah dimana.

"Hayo lagi nyari apa".

Ti-tidak su-suara ini !! Tuhan kumohon selamatkan aku.

•ORGANIZATION MASKED ASSASSIN•

Hubungan telponku terputus begitu saja dengan cewe yang mengaku sebagai Vinny. Aku tau Vinny memang sering menelponku tapi tidak dengan nomor barusan. Apa ini cuma keisengan belaka. Tidak ! Ini bukan sebatas iseng, aku dapat dua kesimpulan.

Pertama : cewe yang barusan menghubungiku nada bicaranya memang panik seperti sedang berlari dari sesuatu.

Kedua : Suaranya memang sama persis seperti Vinny.

Sekarang lebih baik aku kerumah Vinny untuk memastikannya. Jikalau itu benar Vinny aku harus menyelamatkannya. Vinny memang menyebalkan tetapi dia adalah temanku, teman baikku. Meskipun aku dan Vinny belum terlalu lama kenal.

"Shani !" Panggilku ke Shani yang tengah mengantri.

Shani yang mendengarkan panggilanku langsung berjalan menghampiriku.

"Kenapa kak ?".

"Yukk ikut kakak sebentar" Aku langsung menarik tangan Shani untuk keluar cafe.

"Ihh ! Kak aku aja belom mesen masa udah mau pulang aja" Rengeknya padaku.

"Udah ikut dulu, ini lebih penting" Ucapku.

"Nih pake helmnya" Lanjutku sambil memberi Shani helm.

"Hmm iyadeh ? Emang mau kemana sih kak, keliatan panik gitu" Tanya Shani.

"Ada yang mau kakak pastiin".

"Ehh ! Mastiin apa".

"Udah jangan banyak tanya, cepet naik" Ucapku menyuruh Shani naik ke motorku.

Shani hanya mengangguk.

"Pegangan ! Kakak mau ngebut" Suruhku ke Shani sebelum aku menjalankan motorku.

"I-iya hati-hati ya kak".

~~~~*~~~~*~~~~

"Woy !!! Kalo bawa motor pelan-pelan bangsat !!".

Itulah salah satu cacian dari beberapa orang yang hampir ku tabrak. Aku juga tidak ingin terburu-buru seperti ini, namun ada hal penting yang harus aku pastikan.

"Kak, pelanin dikit bawa motornya" Ucap Shani dibelakangku.

"Err... Tahan bentar lagi nyampe kok".

Di perjalanan Shani memelukku erat. Sampai-sampai punggungku bisa merasakan gundukan dari dada Shani. Kalian pasti tau arti dari kata 'gundukan' itu apa".

Aku sudah masuk ke kawasan komplek rumahku dan Vinny.

"Nah, udah sampe ? Turun Shan" Ucapku menyuruh Shani turun.

"Kak kita mau ngapain sih ? Kenapa malah pulang kerumah kakak".

"Lo tunggu sini dulu ya, gue bukan mau pulang ? Gue cuma mau ngecheck cewe yang ada didepan rumah gue itu" Aku menunjuk rumah Vinny.

"Cewe ??".

Aku tau Shani pasti bingung tapi buat menjelaskan situasinya akan lama.

TENG NONG TENG NONG

Ck, lama sekali keluarnya.

Akhirnya keluar juga. Bukan Vinny tapi orangtua Vinny.

"Ehh Nak Vian ? Ada apa ya tumben mampir kesini" Tanya Ibunya Vinny padaku.

"Hmm, gapapa sih tante ? Cuma mau tanya Vinny nya ada".

"Vinny belum pulang dari tadi Nak Vian, kami juga khawatir solanya telpon Vinny tidak bisa dihubungi" Ayah Vinny menjawab.

Deg

Mungkinkah benar nomer yang tadi adalah Vinny.

"Ohh... Euummm, gitu ya om tante ?".

"Iya Nak Vian, kami sangat khawatir sekali ".

Aku diam beberapa detik. Jam sudah menunjukan pukul 10:30.

Ahh iya Shani ! Dia kan bisa melacak seseorang menggunakan nomor handphone.

"Hmm, kalo begitu saya pamit dulu ya om tante" Pamitku.

"Iya Nak Vian" Jawab ibunya Vinny dengan lirih.

Aku benar-benar tak tega melihatnya. Aku membayangkan jika aku melihat ibuku khawatir seperti itu.

Aku bergegas menuju tempat Shani.

"Shan, lo bisa ngelacak seseorang dari nomer hpnya kan ? Coba lacak nomer ini Shan".

"Ehh ! Ya bisa kak tapi..."

"Tapi kenapa ?" Hah, kenapa harus ada kata 'tapi'.

"Tapi ga disini kak ? Kan komputernya ada di markas".

Hvft... Syukurlah aku kira dia sudah tidak bisa.

"Yaudah ayo ke markas" Ajakkku ke Shani.

"Iya-iya"

*SKIP*

Aku sudah didlam lift bersama Shani menuju lantai 10.

"Kak sebenarnya ada apa sih ?" Tanya Shani padaku.

"Temen kakak dalam bahaya, Shan".

"Ehh bahaya gimana ?"

"Tadi dia nelpon kakak tiba-tiba putus sambungan".

"Cuma putus doang kak ? Siapa tau dia..."

"Shan lo bisa diem ga kalo gatau titik kesimpulannya dimana ! mending diem" Potongku menatap tajam Shani.

"M-m-maaf kak" Ucap Shani menundukan kepalanya.

Pintu lift terbuka aku langsung menarik tangan Shani untuk ke ruangannya. Suasana markas cukup ramai ada beberapa anggota yang sedang bersantai-santai dan beberapa lagi sedang berkerja. Ya, berkerja.

"Woy Yan buru-buru amat lo hahah ? Mau kemana ?" Ucap salah satu temanku bernama Kevin.

Aku menghiraukan pertanyaannya.

Aku sudah masuk diruangan Shani berkerja. Tanpa berlama-lama lagi aku memberikan nomer yang Vinny pakai tadi.

"Nih Shan, coba lo cari posisi nomer ini dimana".

"Oke, kak".

Shani mencatat nomer itu dan mulai berkutat dengan komputernya. Aku menunggunya dengan gelisah berharap dia cepat memberi tau letak posisi nomer itu berada.

"Shan lama banget" Ck, lama sekali.

"Bentar kak".

Aku kembali menunggunya.

"Kak nomernya ada dijalan Meriah Km 23" Ucap Shani.

"Oke Shan makasih" Aku kembali bergegas pergi.

Aku tau daerah itu. Daerahnya memang sepi jarang orang yang melewatinya. Tidak ! Bahkan mungkin tidak ada. Aku berlari ke ruanganku mengambil pistolku terlebih dahulu. Lalu berlari kembali menuju lift.

Teman-temanku mungkin bingung apa yang membuatku tergesa-gesa. Aku hanya cuek menanggapi pertanyaan mereka. saat didepan lift aku berpapasan dengan Melody.

"Lo mau kemana ?" Tanyanya ketus.

Masih sama seperti saat pertama bertemu denganku. Cuek.

"Urus aja urusan lo sendiri" Jawabku tak kalah ketusnya.

Dia hanya menatapku tajam.

Vinny tunggu aku.

•ORGANIZATION MASKED ASSASSIN•

"hahah lo udah gabisa ngapa-ngapain".

Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Yang aku punya hanya harapan seseorang datang menolongku saat ini.

Sekarang aku hanya memakai pakaian dalam saja. Supir taxi mesum itu sudah membuka paksa pakaian luarku.

"tolong jangan" Pintaku.

"Masih aja nolak sih nona cantik" Ucapnya sambil memegang daguku.

Aku refleks langung menamparnya.

"Anjing lo ye ! Berani beraninya nampar gue".

Setelah berkata seperti itu dia menamparku balik.

"Aww" Sakit sekali, ya, sakit sekali.

"Udah ah dari pada lama-lama lagi mending langsung gue pake lo" Ucapnya penuh nafsu.

"Pala bawah gue udah tegang banget nih hahah" Lanjutnya lagi.

Tuhan, Tuhan ?? Tolong aku kumohon tolong aku.

Dia dengan buas mulai meraba-raba tubuhku. Mulutnya mulai menerjang bagian leherku.

"Ahh, ahh !! Tidak jangan saya mohon" Aku memohon padanya.

Dia tidak mendengarnya melainkan sekarang supir mesum ini malah semakin menjadi-jadi.

"Aku sudah ga tahan lagi" Ucapnya sambil mencoba melepaskan celananya dan memperlihatkan burung di selangkangannya sudah tegang itu.

Setelah itu dia mencoba membuka celana dalam milikku.

"Tidak jangan, jangan !!".

Aku meronta-ronta melakukan perlawanan. Aku, aku tidak akan membiarkannya.

"Udah dong ! Kaga usah ngelawan, ntar juga lo malah minta nambah kalo gue udah masukin" Dia masih mencoba berusaha membuka celana dalamku.

"Engga !! Jangan !!" Teriakku.

Supir mesum ini masih terus mencoba dengan paksa dan sampai pada akhirnya celana dalamku berhasil dia buka.

"Akhirnya kebuka juga segelnya, hahaha".

Dia mulai memegang batang penisnya. Dan mulai memasukannya.

Aku menutup mataku sambil menangis aku sudah pasrah.

DOR !

"Arrgghh !!!".

Hah ! Bunyi suara tembakan. Aku masih menutup mataku.

DOR ! DOR ! DOR !

Aku kaget langsung membuka mataku dan melihat supir taxi didepanku sudah terjatuh.

Lalu seorang pria dari jauh datang menghampiriku. Gelap aku tak bisa melihat wajahnya. Saat sudah berada dekat aku baru bisa melihat dia...

•ORGANIZATION MASKED ASSASSIN•

Semoga saja aku sempat.

Aku sudah berada didaerah jln. Meriah tetapi aku belum menemukan tanda-tanda Vinny. Aku menjalankan motorku pelan sambil melihat-lihat keadaan sekitar.

Ahh itu ada taxi. Aku melihat dari kejauhan ada taxi.

Aku memberhentikan motorku lalu menuju taxi tersebut. Apa ini !! Supir taxi tergeletak di jalan. Kulihat keadaan supir taxi ada sudah tak bernyawa dengan empat lubang tembakan peluru di kepalanya.

Apa yang sudah terjadi disini. Aku memeriksa bagian dalam mobil. Yang kulihat hanya ada bekas sobekan baju wanita.

Vinny, apa sobekan baju ini miliknya. Sekarang ada kesimpulan baru yang aku simpulkan bahwa Vinny sekarang diculik.

Sial aku terlambat.

BERSAMBUNG . . .

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience