Organization Masked Assassin 6 (Teringat Hari Itu)

Crime Series 1039

Bagi yang belum cukup umur dilarang keras membacanya. Karna cerita ini mengandung kekarasan, pembunuhan, kata-kata kasar, dan perbuatan-perbuatan dewasa.
Cerita ini hanya cerita karangan dan bukan berdasarkan cerita asli. Buat para pembaca tidak diperbolehkan meniru semua perilaku dalam cerita ini.
HAPPY READING...

~~~~*~~~~*~~~~

-Sebelum Vinny Hilang-

Disudut kota jakarta lebih tepatnya didepan sebuah bangunan tua terlihat seorang perempuan sedang melihat jam sambil mondar-mandir menunggu sesuatu

Tidak lama kemudian nampak seorang ber'jas dengan koper ditangannya datang menghampiri.

"Permisi... Apa anda Melody" Tanya pria itu dengan sopan.

"Hei kau tau sudah berapa lama aku menunggu disini?" Balas Melody terlihat marah. Karna memang benar Melody sudah menunggu cukup lama.

"Maafkan saya Nona Melody" Pria itu menundukan kepalanya karna takut.

"Hah!! Ya udah mana barangnya" Pinta Melody ke pria itu.

"Ini" Pria ber'jas memberikan koper.

"Ini pas" Tanya Melody.

"Tentu saja pas Nona Melody" Jawab Pria itu.

"Oke kalau begitu" Ucap Melody berjalan meninggalkan pria ber'jas tersebut.

Setelah itu Melody melangkahkan kakinya menuju mobil. Dan didalam mobil terdapat seorang pria sedang duduk dibangku pengemudi.

"Lama amat senior?" Tanyanya saat Melody sudah duduk disampingnya.

"Gakusah banyak tanya.. Jalankan mobilnya" Jawab Melody dingin.

"Haha iya-iya maaf senior" Ucap pria disamping Melody menyalakan mesin mobil.

Diperjalanan mereka berdua hanya saling diam. Namun saat di lampu merah, ada yang menarik perhatian Melody. Dari dalam mobil, Melody melihat kearah dua orang yang baru saja masuk kesebuah cafe. Seorang yang familiar.

"Ck, bisa-bisanya mereka kencan" Keluh Melody.

"Hah? Kencan?" Sahut pria disamping Melody.

"Tidak.. Bukan apa-apa" Ucap Melody.

"Ohh baiklah" Ucap pria disamping Melody

Lampu kembali hijau dan mobil kembali dijalankan. Pria disamping Melody mengantarkan Melody ke sebuah apartemen. Saat sudah sampai, Melody langsung turun tanpa berkata apa-apa.

"Dasar senior" Ucap pria itu menatap kepergian Melody.

Melody menuju bagian dalam apartemen. Mengarah ke lift, menekan tombol lift. Pintu lift terbuka. Melody pun masuk, kemudian ia menekan angka 40. Lantai paling atas apartemen. Tak lama pintu lift terbuka menandakan Melody sudah sampai dilantai tujuannya. Kini Melody berjalan kearah pintu kamar apartemennya. Melody memasukan kuncinya kepintu kamarnya lalu membukanya. Saat sudah didalam Melody kembali menutup pintu dan menguncinya. Tanpa membuka sepatunya ia langsung menjatuhkan dirinya ke kasurnya. Tidak butuh waktu lama Melody sudah terlelap tidur.

~~~~~*~~~~*~~~~~

"Mama, Papa, Frieska" Ucapku tak percaya melihat orang yang kusayangi mati didepan mataku.

"Hiks, hiks, hiks... Siapa yang melalukan ini?! Siapaaaa!!!" Teriakku.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari belakangku. Saat aku ingin melihatnya pandangku kabur, perlahan gelap, dan terasa kepalaku beradu dengan benda tumpul.

~~~~*~~~~*~~~~ +

"Euumm.."

"Udah bangun"

Aku langsung kaget melihat kedepan dan terlihat seorang yang kukenal. Kucoba bergerak namun aku takbisa. Kulihat badanku yang ternyata sudah diikat dikursi.

"Erza?! Apa-apaan ini?" Tanyaku.

"Haha, hey pacarku sayang" Jawabnya tersenyum.

"Erza! Jawab! Apa-apaan ini!" Tanyaku lagi.

Dia berbalik badan lalu memandangku.

"Kenapa bertanya seperti itu?? Kau sudah taukan"

"J-jangan-jangan..."

"Ya benar"

Erza kembali menghadapku berjalan mendekat dan membisikkanku...

~~~~*~~~~*~~~~

"Wuahhh!!"

Sial mimpi itu lagi. Kenapa belakangan ini sering mimpi kejadian itu sih. Menyebalkan.

Kulirik jam wekerku sudah menunjukan pukul 05:10 pagi, ck! Aku lupa membuka sepatuku karena terlalu lelah kemarin. Kucopot sepatu ini. Aku bangun tak kulanjutkan tidurku. Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi. Kucuci muka ini, tidak lupa kusikat gigi. Kupandang cermin didepanku. Sekitar 2 menit kupandang cermin. Aku sedikit mengingat kejadian itu.

"Cowo nyebelin itu ke cafe ngapain yaa??" Ucapku.

"........."

Tunggu ngapain mikirin cowo nyebelin itu. Haah! Sepertinya otakku sudah rusak. Aku berjalan keluar dari kamar mandi kemudian menuju dapur. Untuk membuat sarapanku sendiri. Aku sempat berpikir jika keluargaku masih hidup mungkin aku tidak akan membuat sarapan ini untukku saja, tapi kusiapkan juga untuk mereka.

Selesai membuat sarapanku. Kubawa sepiring nasi goreng kemeja makan dan kusantap. Selesai makan kucuci piring dan kutaruh itu ketempat piring. Kuambil smartphoneku. Kulihat ada 5 pesan chat dari Roy.

Roy: Mel
Roy: P
Roy: Ke markas ada yang mau gue omomgin
Roy: Hari ini jam 12
Roy: Jangan telat
Itulah isi pesan dari Roy. Kembali kulihat jam sudah pukul 06:00.

"Ke taman kota dulu aja kali ya??" Pikirku karna berhubung masih pagi dan ya.. Hitung-hitung refersing.

"Okedeh"

~~~~*~~~~*~~~~

Sampai ditaman kota kulihat jam tanganku menunjukan pukul 08:00 karna memang perjalanan cukup jauh ke taman kota, aku berjalan duduk disalah satu bangku. Aku melihat suasana taman ini yang ramai oleh masyarakat karena memang sekarang wekend. Ada yang duduk bersama keluarganya, ada yang sedang olahraga, ada pula yang meluangkan waktu paginya dengan berpacaran. Ku pejamkan mata. Berandai-andai keluargaku masih hidup. Apakah bisa kita berkumpul seperti yang lainnya. Senyumku yang terukir di mulut ini tidak dapat membohongiku bahwa aku merindukan mereka.

"Ternyata Ratu dingin bisa senyum juga??"

Tiba-tiba ada yang mengagetkan ku dan membuat mataku tertuju padanya. Cowo menyebalkan di organisasiku 'Vian'. Dengan julukan ' The Dead Clown' dari anggota organisasiku. Sekaligus cowo yang kulihat kemarin saat sedang ingin memasuki cafe dengan seoarang wanita.

"Lo ngapain disini?" Tanyaku.

"Ngapain?? Pertanyaan gue aja belom lo jawab, buat apa gue jawab pertanyaan lo juga" Ucapnya sambil duduk disampingku.

"Dih! Lo ngapain duduk disini?"

"Ge'er amat, siapa juga yang mau duduk disini" Dia mengeritkan dahinya.

"Lo liat bangku ditaman ini" Tambahnya.

Kulihat bangku ditaman. Semua sudah diduduki oleh masyarakat yang datang ke taman ini.

"Cuma bangku ini doang yang kosong... Jadi jangan ge'er ratu dingin, bisa dibilang ini terpaksa" Ucapnya.

"Dibawah aja sana! Jangan disini" Usirku padanya.

"Lah?? Lo ngapa ngusir?? Emang bangku ini punya elo" Ucapnya lagi-lagi mengeritkan dahinya.

"Hah! Teserahlah"

Waktu terus berjalan, tidak ada pembicaraan lagi antara aku dan orang menyebalkan disbelahku. hingga waktu menunjukan pukul 08:30. Aku sibuk memainkan laptop yang kubawa.

"Gue tadi abis lari pagi" Ucapnya tiba-tiba.

"Siapa yang tanya" Jawabku cuek.

"Lucu banget baru beberapa menit dan lo lupa pertanyaan lo tadi?? Sungguh kasian, masih muda udah pikun" Ucapnya memandangku dengan raut wajah kaget.

"Apaan sih lo! Jangan sok akrab"

"Siapa juga yang mau akrab sama ratu dingin" Ucapnya kali ini memandang lurus kedepan.

Cowo menyebalkan disampingku berdiri dan melihat kearahku.

"Ngapain lo ngeliatin gue!!"

"Kaga cuma heran aja, padahal lo itu cantik tapi masa kaga ada yang mau duduk disamping cewe cantik kaya lo ya... Hahah"

"H-hah? Apa lo bilang" Dia bilang apa tadi. Cantik.

"Udah ah gue cabut dulu... Bye ratu dingin" Ucapnya lalu berlalu pergi.

Aku memandang kepergiannya. Memikirkan apa dia baru saja merayuku. Tidak, tidak. Semua cowo sama saja. Mereka cuma bisa menyakiti hati.

"Bangsat!! Kalo jalan pake mata!!"

Belum lama cowo menyebalkan itu pergi. Terdengar suara pria sedang marah-marah terhadap seseorang tidak jauh dari tempatku duduk. Membuatku mataku melihat ke sumber suara tersebut. Dan bukan hanya aku tapi semua masyarakat taman juga memandang ke sumber suara itu.

Nampak pria berbadan kekar sedang memarahi wanita didepannya. Entah apa yang membuatnya marah.

"M-m-maaf" Ucap wanita itu menunduk takut.

Ya, wajar dia takut. Yang memarahinya pria berbadan kekar. Coba cowo ganteng. Mungkin dia tidak akan menundukan kepalanya.

"Apa?? Maaf, lo liat nih baju gue kotor gara-gara minuman lo itu?? Mudah banget lo minta maaf!" Pria berbadan kekar itu mendorong wanita itu hingga jatuh. Tak kusangka ternyata sampai seperti itu.

Lalu ada seorang pria datang menghampiri wanita tersebut dan membantunya berdiri.

"Hey! Bukannya dia udah minta maaf, apa susahnya menerima maaf da..."

Belum selesai bicara, orang yang mebantu wanita itu dipukul tepat diwajahnya. Membuat orang itu meronta kesakitan.

"Banyak bacot! Lo pikir, lo siapa!! Hah!! Mau jadi pahlawan!!" Ucap pria berbadan kekar itu.

"Aarrgghh...!" Erang orang yang dipukul oleh pria kekar itu.

Pasti sakit. Apalagi dipukul dibagian wajah kaya gitu.

"Wanita kaya gini harus di kasih pelajaran!!" Ucapnya dengan keras.

"Hah!! Orang-orang disini pada gak punya otak ya, padahal ada pihak berwajib?? Ck, ck, ada cewe lagi kesusahan juga.. Ya untung aja ada satu orang lemah yang mau bantu tuh cewe cantik. Hahah"

Suara yang familiar terdengar disampingku. Kutengok dan benar saja, cowo menyebalkan itu kembali lagi ke tempatku duduk.

"Lo ngapain balik lagi?" Tanyaku.

"Tadinya mau bilang sesuatu sama lo, tapi nanti dulu deh... Ada yang musti gue lakuin buat cowo itu" Ucapnya sambil menunjuk pria berbadan kekar.

Pria menyebalkan itu berjalan menuju kearah pria berbadan kekar itu. Aku memandangnya cuek. Mau coba jadi pahlawan kedua dia. Aku tak sabar melihatnya tersungkur seperti orang pertama yang mau membantu wanita itu. Heheh.

"Bukannya udah cukup perbuatan lo ini"

Pria kekar itu langsung melihat kearah Vian.

"Wah dateng lagi yang mau jadi pahlawan" Ucap pria kekar itu.

"Hahah, siapa juga yang mau jadi pahlawan... Gue cuma ngerasa tindakan lo udah kelewatan" Ucap cowo menyebalkan (Vian) sambil memangku dagunya.

"Wah, wah, wah... Mending lo pergi dari sini, selagi gue ngomong baik-baik. Kalo kaga lo yang bakal gue abisin" Ancam pria kekar itu ke Vian. Maksudku cowo menyebalkan.

"Abisin?? Hahah.. Bahkan dua pukulan gue ke wajah lo juga udah cukup bisa bikin lo pingsan" Vian memegang tanganya.

"Anjing juga lo ya!!"

Cowo menyebalkan itu sok kuat atau memang bisa berantem. Jujur saja aku tak pernah lihat dia berkelahi. Yang kutahu dia mahir memakai senjata apa saja. Aku juga tahu dia mahir dalam memakai senjata dari Shani, saat Shani bercerita tentang dirinya waktu aku menginap di markas.

"Buat semua orang disini apa kalian gak punya otak ya, padahal kalian ramai banget?? Gak berpikir buat nolongin cewe ini..." Ucap Vian menunjuk wanita yang kini disampingnya.

"Terutama buat para pihak berwajib disebelah sana" Ucap Vian lagi menunjuk pihak berwajib. Membuatku juga melihat kearah yang ditunjuk Vian. Bukan hanya itu. Aku juga sedikit melotot melihat kerumunan yang semakin banyak dari yang tadi saat pertama kulihat.

"Mau menegakkan keadilan ya..." Ucap pria kekar itu sambil menepuk tangannya.

"Gak cuma heran aja.. Dari sekian banyak yang mau nolongin cuma gue sama orang lemah itu" Vian menunjuk ke orang yang tadi dipukul pria kekar itu.

"Kon***!! Jadi lo merasa kuat?!"

"Iya... Kenapa memang lo gak suk..."

Baru saja Vian hampir selesai dengan perkataanya, pria kekar itu memukul wajahnya. Lebih tepatnya bagian bibirnya.

"Kuat juga" Pikirku melihat Vian yang tidak jatuh dipukul oleh pria kekar itu.

Vian mengelap bagian pinggir bibirnya. Menatap pria kekar itu sambil tersenyum.

"Kuat juga lo ya!!" Ucap pria kekar itu.

Kulihat Vian cuma diam. Tidak menggubris perkataan pria kekar itu.

"Baru gue pukul sekali udah budek aja?! Hahah, gimana kalo gue pukul lo berkali-kali"

Vian dengan gerakan cepat memukul bagian wajah pria kekar itu.

"Aaahhhkh!!! Sialan, bangsat, Kon***!!!" Ucapnya kesakitan menutupi bagian wajahnya lebih tepatnya dihidung.

Baru saja pria kekar itu ingin membalas Vian. Tinju Vian kembali mengenai bagian dagu dan membuat pria kekar itu jatuh. Tapi tidak ada suara kesakitan darinya. Pingsan. Benar, dia pingsan. Semua yang menyaksikan perkelahian ini termasuk aku mungkin berpikir tidak mungkin pria kekar itu pingsan dalam dua pukulan. Semua yang melihat itu diam. Tak terkecuali aku, tak menyangka hanya dua pukulan mampu menumbangkan pria kekar seperti itu. Jika dilihat postur badan Vian sedikit lebih kecil darinya.

"Dua pukulan kan..." Ucap Vian lalu menghampiri wanita yang tadi terjatuh.

Vian bicara sebentar dengannya. Sayangnya Vian berbicara pelan sehingga tidak terdengar olehku. Lalu berjalan ke tempatku duduk.

"Perkataan gue tadi juga buat lo" Ucapnya saat sudah sampai ke tempatku duduk.

"Dan lo periksa hp lo... Lo boleh cuek tapi jangan terlalu" Ucapnya.

"Veranda!!!" Teriak seseorang dari arah pria kekar yang pingsan.

Aku kembali melihat kearah itu dan wanita yang Vian tolong tadi melihat kearah kami.

"Veranda!!!" Ucapnya sambil tersenyum.

Aku mengeritkan dahiku lalu memandang cowo menyebalkan disampingku. Dia melihat kearah wanita itu juga sambil tersenyum. Setelah itu dia pergi.

Mengingat dia menyuruhku mengecheck handphone, aku langsung mencoba melihatnya.

Alangkah kagetnya melihat 70 panggilan tak terjawab dan 112 pesan chat dari Roy. Buru-buru kutelpon balik Roy.

"Hallo"

"Lo dimana sih!!" Ucap Roy dengan nada marah.

"Gak perlu tahu... Ada apaan lo nelpon sama chat gue ampe segitu banyak?" Tanyaku

"Ke markas buruan! Gue ubah jadwalnya jadi jam 10:00, gue ada job nih gak bisa lama-lama" Jawabnya.

"Kenapa lo gak bilang?"

"Makanya punya hp sekali-kali di check, gue udah sms lo dari jam 09:00 tadi" Ucapnya.

Dia bilang udah sms dari jam 09:00. Kenapa gak kerasa ya. Apa gara-gara asik menonton tadi. Ahh sudahlah.

"Iya-iya maaf... Oke gue kesana sekarang"

"Kalo laen kali kaya gini gue nikahin juga lo Mel"

"Dih! Ngarep! Ngomong itu jangan ngelawan takdir... Gue itu gak ditakdirin sama lo" Merinding mendengar Roy ngomong kaya gitu.

"Yaa... Adanya elo yang melawa...."

Sebelum dia selesai langsung kumatikan handphoneku ini. Berjalan pergi meninggalkan taman ini.

"Hari yang penuh dengan kejutan"

•ORGANIZATION MASKED ASSASSIN•

Jam menunjukan pukul 11 malam. Di markas Organization Masked Assassin (OMA) terlihat anggota yang cukup ramai sedang beristirahat. Ada yang sekedar mengobrol, ada yang sibuk dengan smartphone nya, ada pula yang tertidur. Shani yang sedang sibuk dengan laptopnya memandang kearah Melody. Yaps, Melody terlihat pulas tertidur di sofa.

"Tumben Kak Melody gak pulang?" Pikir Shani.

Shani berjalan mengarah sofa tempat Melody tertidur.

"Kak Imel? Kak" Panggil Shani mencoba membangunkan Melody.

"Ng.. K-kenapa Shan??" Melody cuma menyauti Shani seadanya. Karna memang Melody entah kenapa terlihat lelah sekali hari ini. Padahal dia tidak ada job. Tidak seperti saat dia lupa membuka sepatunya waktu itu.

"Tidur di ruangan aku aja kak" Tawar Shani.

Diruangan Shani, Shani memiliki kasur kecil. Dia sengaja membeli kasur itu supaya saat dia menginap atau ada perkerjaannya mengumpulkan data target sampai larut malam dia tidak perlu pulang, Shani lebih memilih pulang esok harinya. Terlebih lagi Shani tidak punya keahlian bertarung. bila pulang larut malam Shani takut ada orang yang mau mencelakainya. Seperti itulah yang Shani pikirkan saat membeli kasur kecil diruangannya.

"Gak Shan.. Makasih"

Shani cuma bisa diam memandang Melody. Shani tau, Sekali Melody bilang tidak. Dia akan tetap bilang tidak biarpun Shani memaksanya.

Tidak lama ada anggota OMA datang menghampiri Shani.

"Shan.. Nih target gue hari ini, gue takut lupa ngasihnya, heheh" Ucap anggota OMA bernama Rio memberikan kertas laporannya kepadanya Shani.

"Ohh iya-iya... Kamu udah beresin targetnya" Tanya Shani.

"Udah Shan... Gue lagi BU, ya kali gue gak kelarin jobnya"

"Oke-oke. Besok aku kabarin ke clien kamu transaksi uangnya dimana" Ucap Shani.

"Melody kenapa Shan?" Rio melirik Melody yang sedang tidur.

"Eeuuum, aku gak tau nih.. Keliatannya dia cape deh" Ucap Shani Khawatir.

"Coba lo pegang badannya. Panas gak??" Usul Rio.

Shani yang menyetujui usul Rio memegang badan Melody.

"Badannya panas banget.. Gimana nih??" Panik Shani.

"Hmm... Biar gue beli obat di apotik deh" Ucap Rio.

"Emang masih buka??" Tanya Shani.

"Gak tau juga sih, berdoa aja masih buka" Jawab Rio kemudian pergi.

Shani pergi ke ruangannya mengambil selimut yang biasa ia pakai itu dan kembali ke tempat Melody untuk Menyelimuti badan Melody.

Dari jauh Vian yang melihat Shani sedang jongkok disamping Melody sambil mengelus-elus kepala Melody membuat Vian penasaran. Terlebih lagi Shani memasang raut wajah panik. Vian bangun lalu menghampiri Shani.

"Shan" Panggil Vian dari belakang Shani.

"Ehh.. Kak Vian" Sahut Shani.

"Dia kenapa? Lo keliatan khawatir banget" Tanya Vian.

"Gak tau kak... Badannya panas banget" Jawab Shani.

"Mungkin dia demam Shan?" Vian ikut jonggok disamping Shani.

"Bener ini, demam" Ucap Vian saat memegang dahi Melody yang panas.

"Duh, gimana ya kak?" Shani terlihat panik.

"Haha, lo ngapain bingung gitu? Dibawa kerumah sakitlah" Ucap Vian sedikit tertawa melihat tingkah Shani yang khawatir.

"Ihh!! Kak Vian malah bercanda" Shani mencubit lengan Vian.

"Siapa yang bercanda Shani... Kan orang sakit emang harus dibawa kerumah sakit. Huhuhu dasar" Ucap Vian.

"Bentar gue pinjem mobil dulu sama Hanna" Ucap Vian berdiri hendak pergi.

Namun Shani memegang tangan Vian, menandakan kalau Vian tak boleh pergi.

"Loh.. Ngapain Shan? kok malah dipegang, gue mau bawa ini Melody kerumah sakit" Ucap Vian bingung memandang Shani.

"Pinjem mobilnya jangan sama dia yang cowo-cowo kan ada" Ucap Shani.

Mengerti dengan ucapan Shani yang cemburu terhadapnya. Vian hanya tersenyum.

"Hah... Iya-iya Shani, kakak pinjem ke Kevin" Ucap Vian.

Mendengar ucapan Vian barusan Shani melepaskan tangannya dari tangan Vian. Tak lama Vian kembali dengan kunci mobil di tangannya.

"Udah" Ucap Shani.

"Udah nih" Vian menunjukan kunci mobil Kevin.

"Terus bawa Kak Melody gimana?" Shani terlihat bingung.

"Nih pegang kuncinya dulu" Ucap Vian memberikan kunci mobilnya.

Shani menerima kunci mobil itu.

"Kak Vian mau ngapain??" Tanya Shani.

Vian tidak menjawab. Dia langsung menggendong Melody. Shani melongo melihat itu.

"Ngapain masang muka cengo gitu?? Buruan berat nih" Ucap Vian berusaha menahan berat badan Melody.

"E-ehh i-iya.. Ayo kak"

Shani dan Vian berjalan kearah lift. Anggota yang ada di markas bertanya-tanya ada apa denga senior mereka. Vian tidak menjawab. Melainkan shani lah yang menjawab. Sampai didepan lift Vian menyuruh Shani memencet tombol lift. Terbukalah pintu lift mereka masuk dan menekan angka satu yaitu lantai dasar.

Sampai dibawah Vian memberi tau Shani mobil kevin dan menyuruh Shani duluan untuk membuka pintu belakang mobil supaya Vian bisa langsung menidurkan Melody dibangku belakang mobil. Shani menurutinya kemudian berlari duluan.

Sampai didekat mobil Melody terbangun. Merasakan orang yang digendongnya bangun membuat Vian mandang Melody.

"Terima kasih" Ucap Melody pelan.

Vian menaikkan sebelah alisnya memandang Melody. Melody tersenyum lalu ia kembali tidur seperti sebelumnya.

Vian menidurkan badan Melody dibangku belakang mobil dengan perlahan.

"Ayo kak" Ucap Shani sudah duduk disamping kursi pengemudi.

"Oke"

~~~~*~~~~*~~~~

Vian dan Shani duduk didepan ruang UGD. Menunggu kabar dari dokter yang memeriksa Melody.

"Kak..." Panggil Shani lirih.

"Ya" Jawab Vian

"Kak Melody pasti sehat lagi kan" Tanya Shani masih lirih.

"Tenang aja pasti Melody bakal baik-baik aja.. Dia itu cewe tangguh" Jawab Vian mengusap-usap lembut kepala Shani sambil tersenyum.

Tidak lama dokter yang menangani Melody keluar. Vian dan Shani berdiri. Dokter itu berjalan ketempat Vian dan Shani.

"Apa kalian keluarganya?" Tanya sang dokter.

"Iya kami keluarganya" Jawab Vian.

"Sodara Melody sepertinya banyak pikiran yang membuatnya sampai demam tinggi seperti itu" Ucap dokter ke Vian dan Shani.

"Jadi dia akan baik-baik aja kan dok?" Tanya Shani.

"Ya, tentu saja" Jawab dokter tersebut.

"Hah.. Bagus deh" Ucap Vian.

"Nanti alangkah baiknya saat dia bangun kalian menasehati agar tidak terlalu memikirkan suatu hal secara berlebihan" Saran dokter itu ke Vian fan Shani.

"Baik dokter... Terima kasih" Ucap Vian.

"Sodara Melody akan dipindahkan keruang rawat besok jadi kalian bisa pulang sekarang, dan saya permisi dulu" Ucap dokter pamit.

"Silakan dok... Sekali lagi terima kasih" Ucap Vian.

Dokter itu cuma tersenyum.

"Yaudah yuk Shan pulang dulu" Ajak Vian.

"Aku mau disini aja nemenin Kak Melody" Ucap Shani menolak.

"Shani... Besok kita kesini lagi, untuk sekarang kita pulang dulu ya? Jangan maksain diri gitu. Lagian kita kan udah tau kondisi Melody itu gakpapa" Ucap Vian sambil memegang kedua bahu Shani.

Shani yang merasa diperlakukan lembut seperti ini akhirnya menyetujui untuk pulang.

•ORGANIZATION MASKED ASSASSIN•

"Euumm.."

"Udah bangun"

Aku langsung kaget melihat kedepan dan terlihat seorang yang kukenal. Kucoba bergerak namun aku takbisa. Kulihat badanku yang ternyata sudah diikat dikursi.

"Erza?! Apa-apaan ini?" Tanyaku.

"Haha, hey pacarku sayang" Jawabnya tersenyum.

"Erza! Jawab! Apa-apaan ini!" Tanyaku lagi.

Dia berbalik badan lalu memandangku.

"Kenapa bertanya seperti itu?? Kau sudah taukan"

"J-jangan-jangan..."

"Ya benar"

Erza kembali menghadapku berjalan mendekat dan membisikkanku

"Aku tidak akan membunuhmu... Tapi ingat satu hal!! Setelah hari ini jangan pernah cari aku"

"K-kenapa kamu lakuin ini Erza?? Apa salah keluargaku?! Hiks,hiks"

"Hahahahahahaha!! Salah mereka?? Mereka tidak punya salah.. Kamulah yang memiliki salah" Erza kemudian berdiri.

"Apa!! Apa salahku, hiks, hiks, sampai kamu tega kaya gini"

"Salah kamu adalah kamu bergabung dengan organisasi itu" Ucap Erza tersenyum kepadaku.

"D-dari... M-mana... Kamu tau itu?" Aku terkejut mendengar perkataannya barusan.

"Gak penting aku tau dari mana, yang terpenting setelah ini sampaikan ke pemimpin organisasimu bahwa aku akan menghancurkannya! Hahahah... Aku sudah mengirim pesan chat ke pemimpinmu dan memberikan fotomu saat masih pingsan tadi.. Dia akan datang sebentar lagi" Ucapnya.

"Lebih baik kamu bunuh aku sekarang, karna kalo kamu ngelapasin aku... Aku bakal cari kamu untuk membalas semua perbuatan kamu ini!! Hiks"

Erza menatapku dengan tatapan kosong. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, hingga jarak wajah kami 2cm.

"Bagus kalo gitu... Saat nanti kita bertemu lagi aku gak akan segan buat bunuh kamu" Ucap Erza. Tapi kali ini aku merasakan keseriusan dalam ucapannya.

"Karna kamu itu pacarku yang paling spesial.. Aku akan memberitahumu" Tambahnya sambil kembali keposisi berdiri lagi. Dia berdiri membelakangiku.

"THE DUTCMAN DARI OR.RELLIK" Ucapnya lagi.

Aku hanya diam memandangnya. Tak mengerti dengan kata 'The Dutcman dan Or.Rellik'.

"Sampai jumpa nanti!! Saat aku membunuhmu.." Erza lalu meninggalkanku.

~~~~*~~~~*~~~~

Aku terbangun dari tidurku. Memikirkan hari itu. Hari dimana pacarku yang kusayangi membunuh keluargaku. Tapi ada yang aneh, kulihat sekeliling tempatku tidur ternyata aku tidak sedang di markas.

Lalu seorang yang kukenal menarik perhatianku. Dia sedang tidur dibangku panjang tidak jauh dari tempatku tidur.

Aku yang masih pusing dan belum sehat mencoba berjalan ketempatnya tidur. Kulangkahkan kaki ini sebisa mungkin. Sampai ditempatnya, aku berjonggok didepannya. Entah kenapa aku ingin didekat orang ini sekarang. Ku elus pipinya. Kucium keningnya.

"Itu ucapan terima kasihku"

BERSAMBUNG . . .

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience