Part IV

Romance Series 1734

Seminggu kemudian...

Diruang tamu yang luas dengan interior yang mahal membuat semua orang takjub bagaimana bisa sebuah rumah ralat karna rumah itu sudah tampak seperti istana dengan bangunan megah yang berada didesa .

Pria yang duduk dengan rokok yang terselip dibibir tebal seksinya tampak mengacuhkan pelayan yang berjalan disekitarnya, pria itu tampak santai mendengarkan salah satu tangan kanannya.

"Urus para pegawai korup itu, sebagai imbalannya kau boleh mendapat bonus" ucap pria itu tersenyum sinis dia adalah Reno,selama dia tidak berada dikantor dia selalu mendapat laporan bahwa maneger bagian keuangannya melakukan kuropsi diperusahaannya, dan biar dia tebak pasti sang Ayah tidak tahu soal ini, dia sudah curiga pada salah satu bawahannya akan melakukan kuropsi saat dia memeriksa pengeluaran keuangan perusahaannya dan jumlahnya diluar ekspetasinya.

"Terimah kasih tuan"sahut pria itu senang, pria itu seumuran dengan pria yang duduk disofa, Reno yang tidak terlalu peduli cuma berdehem dan menonton di tv yang menyiarkan berita terkini.

"Pergilah dan urus insvestor dari Semarang lusa nanti" setelah mengucapkan itu pria itu kemudian pamit dan pergi dari situ.

Ayahnya menyuruhnya mengurus perkebunan, justru membuatnya malah senang dan bebas dari tugas kantor yang menumpuk dan sepertinya Ayahnya memang sengaja menyuruhnya mengurus perkebunan sekaligus untuk istirahat dan sang Ayahlah yang harus mengangtikannya mengurus kembali perusahaan yang berjalan dalam bidang perhotelan,market dan pariwisata.

'Sepertinya bekeliling  lumayan juga'

Dia mematikan tv dan berniat untuk jalan-jalan sebentar,dia bosan dirumah terus tanpa melakukan apa-apa.

"Paman!" ucap Reno tanpa bergerak sedikit pun memanggil seseorang.

"Ya tuan?" Sahut pria paruh baya itu dengan hormat, pria yang selalu mengawasi perkebunannya hampir selama 10 tahun lebih.

"Tolong nanti paman berikan aku laporan jika ada masalah lagi diperkebunan hari ini" Reno yang kini sudah berdiri setelah membuang rokoknya kedalam asbak dan mengambil jaket berwarna hitamnya sedangkan pria yang dipanggil paman itu adalah Malik yang tidak mengerti maksud perkataan majikannya.

"Aku akan pergi keluar sebentar" ucapnya dan tersenyum kecil kearah pria yang sudah dianggap keluarganya sendiri,sewaktu kecil ketika berkunjung kedesa ini Malik selalu mengajaknya bermain jika mempunyai waktu sengang karna Reno kecil lebih tertutup dan pendiam.

"Baik tuan,hati-hati dijalan"ujar Malik dan Reno hanya berdehem sambil memutar kunci mobil ditangannya.

Mobil mewah berwarna putih berjalan cukup pelan melewati jalan yang tak pernah tersentuh aspal, banyak mata warga desa menatap kendaraan itu mungkin mereka baru melihat yang namanya mobil, Reno menatap pohon serta rumah penduduk yang dia lewati bahkan dia tersenyum kecil bila ada yang menyapanya, dia bukan pria arogan nan sombong jika ada orang yang menengurnya dia pasti akan membalasnya.

Reno yang terdiam sambil mengemudikan mobilnya tersentak ketika ponselnya berdering, satu nama yang terpanpang diponselnya membuatnya sekita mendesah pelan, dia bingung mau mengangkatnya atau tidak karna cukup berbahaya mengangkat ponsel ketika mengemudi.

'Reno kamu dimana? udah makan kan? ibu rindu banget ama kamu lebih baik nanti kamu pulang aja ya,oh ya ibu lagi bikin kue kesukaanmu loh disini bareng jihan'

Kan baru saja dia menerima panggilan sudah ditimbun oleh pertanyaan ibunya, satu tangannya memengang ponsel dan yang satunya memengang stir mobil walau agak kerepotan ia tetap menjawab pertanyaan ibu tercintanya.

'Iya bu nanti Reno bakalan pulang kok ya tergantung Ayah juga'

Bagaimana mau pulang kalau urusan disini aja belum kelar soal masalah hama lah yang membuat daun teh menjadi rusak, selain itu baru seminggu dia bebas dan sudah disuruh pulang.

'Kamu tahu enggak ibu terus dianggurin sama Ayah gara-gara dia lebih milih kantor daripada ibu'.

Huft!!..kadang ibunya itu bertingkah kekanakan seperti remaja dimabuk cinta saja, tujuannya kali ini dia ingin ke sungai yang katanya pemandangannya sangat cantik dan Reno cuma iseng-iseng mau kesana.

'Iya...iya bu nanti Reno bicarain sama Ayah, Jihan kenapa enggak kesekolah?'

Dia bukan anak tunggal, dia memiliki seorang adik perempuan bernama Jihan Adiwarman yang sangat menyusahkannya bukan karna adiknya itu nakal tapi adik cantiknya itu selalu dikurumuni oleh pria-pria di sekolahnya, sebagai seorang kakak yang tampan dan baik sudah tugasnya melindungi adik imutnya itu.

'Jihan lagi sedikit sakit makanya dia enggak kesekolah dulu tunggu jihan mau gomong sama kamu'

'Iya bu emanh jihan mau gomong apa?'.

Firasatku seketika tidak enak ketika mendengar suara kedua wanita yang kucintai tampak bercengkrama tidak jelas,Mataku yang masih fokus pada jalanan kerikil didepanku karna banyak orang disini yang sedang berbelanja dipasar kecil nan sederhana.

'Kak?'

'Hmm kamu kenapa hah? kamu mau apa? kamu digangguin lagi sama mereka nanti biar kakak yang ngirim mereka kerumah sakit' ucapku geram sambil mengencangkan peganganku stir mobilku.

'Bukan kak tapi.....Jihan minta kakak baru'

Crit!crit!!

Brak!

Aku me-rem mendadak mobilku ketika mendengar perkataan tabuh yang dikeluarkan oleh adikku dan terdengar suara mereka dibalik ponselku tampak khawatir serta panik, aku langsung menyadarkan diriku ketika mendengar rintihan kecil didepan mobilku, apa aku menambrak seseorang?

Aku sedikit berlari keluar, membiarkan ponselku terus menyala menandakan aku belum memtuskan panggilan Ibu.

"Apa kau baik-baik saja?" ucapku dan membantu seorang gadis yang terjatuh didepan mobilku.

"Iya....tuan" gugup gadis itu dan aku seperti pernah mengenalinya bukannya dia gadis desa lugu itu.

"Ma-maaf...hiks..mobil tuan jadi lecet...hiks" gadis yang kuingat namanya Lilis terus menangis dan aku langsung membopongnya masuk kedalam mobilku karna luka dilututnya membuat dia kesusahan untuk berjalan.

"Tak apa, apa lututmu masih sakit" tanyaku sedikit menunduk melihat luka memar dilututnya dan dia hanya menatap kebawah sambil mengangguk kecil.

"Kau mau kemana?" tanyaku ketika dia ingin pergi begitu saja padahal aku berniat mengobatinya.

"A-aku mau pulang tuan" ucap Lilis yang berusaha membuka pintu mobil tapi Reno malah menarik tangan Lilis untuk diam.

"Tu-tuan apa yang kau lakukan?" gadis itu bingung dengan sikap pria didekatnya, apa dia akan menghukumku karna membuat mobilnya lecet atau dia mau memcatku seketika Lilis menunduk dan itu tak luput dari pandangan Reno.

"Aku akan membawamu kerumahku" karna menabrak gadis itu dia harus banting stir untuk pulang kembali bahkan tujuan awalnya dia lupakan dan panggilan ibunya sudah terputus tadi ketika Reni langsung mematikan panggilan tersebut,jika ibunya tahu dia menabrak seseorang pasti ibunya akan marah dan khawatir, awas saja dia akan ingat untuk memberi pelajaran khusus untuk adiknnya itu.

"Ta-tapi tuan, saya sudah baik-baik saja...saya ingin pulang saja tuan" ucap gadis itu menatap pria didekatnya tapi Reno tidak mendengarkan gadis itu, dia bukan pria brengsek yang menabrak seorang gadis lalu meninggalkannya begitu saja.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience