Episode 1

Romance Series 5402

Cerita ini di mulai dari Irfandi yang sudah mempunyai keluarga yang datang ke Bandung, untuk bekerja selama tiga hari di Bandung.

Ada salah satu dari teman Titah yang mengajar tari juga yang iri padanya, hingga akhirnya Titah dan Irfandi di fitnah melakukan hubungan suami istri,  dan akhirnya Titah dan Irfandi pun menikah.

Titah sebelumnya tidak mengetahui kalau Irfandi sudah berkeluarga (mempunyai istri dan satu orang anak).

Purwokerto 

Di rumah Irfandi 
Di depan rumah.. 
"Chindy, bapak pamit kerja ya, kamu ingin di belikan oleh-oleh apa dari bapak ?," tanya Irfandi. 

"Oleh-oleh, tidak bapak, Chindy tidak ingin oleh-oleh apa-apa kok bapak, yang Chindy inginkan adalah bapak pulang ke rumah sebelum ulang tahun Chindy ya pak..," jawab Chindy. 

"Oke kalau itu mau mu nak, bapak janji sebelum ulang tahun kamu," kata Irfandi. 

"Oke..," seru Chindy. 

"Hati-hati di jalan ya mas..," kata Santi. 

"Inggih, assalamu'alaikum," Irfandi memberikan salam pada Chindy dan Santi. 

(Iya, assalamu'alaikum) 

"Wa'alaikumussalam bapak," Chindy dan Santi menjawab salam dari Irfandi. 

Bandung 

Di rumah pak Krisna 
Di teras depan rumah.. 
"Yah, mah, aku pamit ngajar tari anak-anak dulu ya," Titah pamit mengajar tari pada ayah dan ibunya. 

"Muhun geulis," kata pak Krisna. 
(Iya cantik) 

"Hati-hati di jalan nya geulis..," sambung bu Dewi. 

(Hati-hati di jalan ya cantik..) 

"Muhun mah..," seru Titah. 
(Iya mah..) 

"Assalamu'alaikum," Titah memberikan salam pada pak Krisna dan bu Dewi. 

"Wa'alaikumussalam," pak Krisna dan bu Dewi menjawab salam dari Titah. 

Di sanggar tari.. 
"Tah..", seru pak Asep. 

"Muhun pak Asep, aya naon ?," tanya Titah. 

(Iya pak Asep, ada apa ?) 

"Abdi hoyong memberitahu lamun anjeun terpilih kembali sebagai penari tahun ieu untuk menyambut kedatangan tamu tina luar kota," jawab pak Asep.

(Saya ingin memberitahu kalau kamu terpilih kembali sebagai penari tahun ini untuk menyambut kedatangan tamu dari luar kota) 

"Alhamdulillah ieu serius pak ?," tanya Titah lagi. 

(Alhamdulillah ini serius pak ?) 

"Muhun neng serius, siap nya untuk isukan ?," tanya pak Asep juga. 

(Iya neng serius, siap ya untuk besok ?) 

"Siap pak Asep..," seru Titah. 

"Hemm.., lagi-lagi penari baru itu selalu yang di minta pak Asep untuk menyambut tamu dari luar kota besok, seperti tahun yang lalu, aku harus cari cara agar dia keluar dari kampung ini untuk selama-lamanya," kata Lilis. 

"Teh Lilis, teh..," seru Sinta menyadarkan Lilis yang sedang melamun. 

"Muhuh, eh Sinta, aya naon ?," tanya Lilis. 

(Iya, eh Sinta, ada apa ?) 

"Hayuk wangsul atos wayah na wangsul," jawab Sinta. 

(Hayuk pulang sudah waktunya pulang) 

"Muhun hayuk wangsul," kata Lilis. 
(Iya hayuk pulang) 

Keesokan harinya.. 

Di Kantor Balai Desa Cileunyi.. 
"Terimakasih pak lurah atas penyambutannya," kata Irfandi. 

"Sama-sama pak Irfandi, semoga betah ya di desa kami ini, walaupun hanya beberapa hari bapak bekerja di sini," sambung pak Diman. 

"Aha..!!" Lilis mendapatkan ide. 

"Aku ada ide, kenapa gak kepikiran dari kemarin, aku gak bisa kerjakan ini sendirian, aku harus telepon Dadang dan Dudung nih..," kata Lilis. 
                     ** 
Percakapan Lilis dan Dudung lewat telepon. 

"Halo teh Lis, aya naon ?," tanya Dudung. 

(Halo teh Lis, ada apa ?) 

"Aya kerjaan nih untuk kalian berdua, kalian hayang duit pan ?," tanya Lilis juga. 

(Ada kerjaan nih untuk kalian berdua, kalian mau uang kan ?) 

"Duit ya hayang atuh, ajeng abdi ajak Dadang untuk menemui teteh, timanten ?," tanya Dudung juga. 

(Uang ya mau dong, nanti saya ajak Dadang untuk menemui teteh, dimana ?) 

"Oke abdi tunggu di kantor balai desa nya," jawab Lilis. 

(Oke saya tunggu di kantor balai desa ya) 

"Muhun teh, muhun..," seru Dudung. 
(Iya teh, iya..) 

"Nya atos lamun kitu, buru nya," kata Lilis. 

(Ya sudah kalau gitu, buru ya)
                     ** 
Masih di Kantor Balai Desa Cileunyi.. 
"Sebentar lagi pasti kamu keluar dari kampung ini..," kata Lilis. 

"Emm Titah.., tunggu sebentar ya pak Irfandi," kata pak Asep. 

"Iya pak Asep," sambung Irfandi. 

"Titah..," seru pak Asep. 

"Muhun pak Asep, aya naon ?," tanya Titah. 

(Iya pak Asep, ada apa ?) 

"Apa boleh saya minta tolong ?," tanya pak Asep juga. 

"Boleh bapak, apa itu ?," tanya Titah lagi. 

"Tolong kamu antar tamu saya, maksudnya pak Irfandi ke rumah kontrakan saya, bisa kan ?," tanya pak Asep juga. 

"Bisa pak..," jawab Titah. 

"Alhamdulillah tunggu sebentar ya," kata pak Asep. 

"Muhun pak..," seru Titah. 
(Iya pak..) 

"Teh Lis..," seru Dadang. 

"Muhun..," sambung Lilis. 
(Iya..) 

"Dudung manten ?," tanya Lilis. 
(Dudung mana ?) 

"Ieu teh..," jawab Dadang. 
(Ini teh..) 

"Ieu landong kulem nu teteh nyuhunkeun," kata Dudung yang memberikan obat Tidur pada Lilis. 

(Ini obat tidur yang teteh minta) 

"Emang kanggo naon sih teh landong ieu ?," tanya Dadang. 

(Memang untuk apa sih teh obat ini ?) 

"Kanggo saingan abdi jeung kanggo karir abdi oge," jawab Lilis.  

(Untuk saingan saya dan untuk karir saya juga) 

"Oh..," seru Dadang dan Dudung. 

"Emm.., saya jelaskan ya pada kalian dengarkan ya," kata Lilis yang akan menjalankan rencana jahatnya. 

"Muhun teh, asal bayarannya lebih nya," kata Dudung. 

(Iya teh, asal bayarannya lebih ya) 

"Lamun masalah bayaran anjeun tenang war, anjeun nyuhunkeun sabaraha wae abdi bayar, nu terpenting rencana abdi baheula," sambung Lilis. 

(Kalau masalah bayaran kamu tenang saja, kamu minta berapa saja saya bayar, yang terpenting rencana saya dulu) 

"Oke janten rencana teteh kawas naon ?," tanya Dadang. 

(Oke jadi rencana teteh seperti apa ?) 

"Janten rencananya kawas ieu..," jawab Lilis yang menjelaskan rencananya pada Dadang dan Dudung. 

(Jadi rencananya seperti ini..) 

Di rumah kontrakan pak Asep.. 
"Ini dia pak, rumah yang akan bapak tempati selama bapak bertugas di sini," kata Titah yang mengantarkan Irfandi ke rumah kontrakan pak Asep. 

"Oke, terimakasih kamu sudah mengantar saya, dan maaf sudah merepotkan kamu," sambung Irfandi. 

"Bapak jangan berbicara seperti itu pak, saya senang bisa membantu bapak," kata Titah lagi. 

"Neng geulis jeung bapak Irfandi..," kata Dadang yang datang menghampiri Irfandi dan Titah, yang membawa makanan dan minuman juga untuk Titah dan Irfandi. 

(Neng cantik dan bapak Irfandi..) 

"Iya..," seru Irfandi. 

"Muhun mang, aya naon ?," tanya Titah. 
(Iya mang, ada apa ?) 

"Ieu abdi di suruh antar ieu neng geulis," jawab Dadang.  

(Ini saya di suruh antar ini neng cantik) 

"Ieu naon mang ?," tanya Titah lagi. 
(Ini apa mang ?) 

"Ieu tuang jeung ngaleuet untuk bapak irfandi jeung neng geulis," jawab Dadang lagi. 

(Ini makan dan minum untuk bapak Irfandi dan neng cantik) 

"Oh kitu, nya atos letakan wae di meja mang..," kata Titah. 

(Oh gitu, ya sudah letakan saja di meja mang..) 

"Oh muhun neng geulis, punten neng geulis," sambung Dadang yang masuk ke dalam rumah kontrakan pak Asep untuk menaruh makanan dan minuman yang di bawa oleh Dadang ke meja makan. 

(Oh iya neng cantik, permisi neng cantik) 

"Muhun mang, mangga, mangga," sambung Titah yang mempersilahkan Dadang masuk ke dalam rumah kontrakan pak Asep. 

(Iya mang, mari, mari) 

Dadang pun masuk kedalam rumah kontrakan milik pak Asep dan menaruh makanan dan minuman di meja makan dan tak lupa Dadang juga menaruh obat tidur ke makanan dan minuman yang Dadang bawa tadi. 

Di Kantor Balai Desa Cileunyi, Lilis dan Dudung menghasut para warga dan memfitnah Titah dan Irfandi melakukan zinah. 

Para warga pun ke rumah kontrakan milik pak Asep untuk membawa Titah dan Irfandi ke rumah pak rt dan keduanya pun menikah. 

Dua hari kemudian Irfandi membawa Titah ke rumahnya, di Purwokerto pada saat Chindy (anaknya) berulang tahun yang ke tujuh tahun. 

Membuat istri pertama bersedih dan bertanya-tanya kenapa suaminya menikah lagi dan istri pertamanya mengatakan tidak ingin di madu pada Irfandi. 

Dan Irfandi hanya bisa mengatakan maaf pada istri pertamanya.

sudah update selamat membaca dan semoga terhibur

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience