BAB 5

Drama Completed 215

Dihadapnya kini tersisa dua lilin. Yang berdiri sama tinggi. Keduanya membiarkan api kecilnya menari-nari riang sebelum dihembus angin suatu saat nanti. Dan kembali Zulfekar menyusuri jalan-jalan keramaian menuju tempat Lilian.

Dia melihat Lilian. Kali ini wajahnya tampak lebih cantiK daripada biasa, Zulfekar faham betul bahawa Lilian memberi warna pada bibirnya. Kemerah-merahan. Tampak mengkilat dengan padu nyala lilin di depannya. Dua lilin yang satu di antaranya telah mencapai tahap setengah.

“Untuk hari-hari yang mendatang. Nyalaan lilin akan benar-benar menjadi pasanganmu. Kamu tahu, bukan ? Api lilin lebih indah daripada senja. Seringkali orang-orang berupaya berebut senja. Hingga mereka lupa indahnya api kecil ini. Dua api kecil yang tampak lebih bahagia. Mereka berdansa bersama.” Tuturnya.

“Baiklah, boleh nampak bagaimana bila lilin itu hanya tersisa satu. Ia akan merasakan kepahitan yang dinamai sepi. Semua seolah baik-baik saja. Nyalanya masih tetap sama, namun hakikatnya hampa. Alasannya untuk tetap nyala sudah tiada. Selain hanya sekedar turut andil dengan takdir.” Ujar Zulfekar .

“Masih ada waktu. Sebelum nyala lilin terakhir. Untuk demikian, aku ingin menatap lekat nyala lilin itu. Yang di hadapanmu, yang membuat wajahmu sedemikian nyalanya, menarik wajahmu untuk menari-nari bersama api.” Ujar Lilian dengan senyum.

“Selain wajah, api itu juga menarik sebahagian sesuatu yang hidup dalam diriku, Lilian. Sebahagian keramaian dan menggantikannya dengan kekosongan.” Tutur Zulfekar .

“Apapun itu, nyala lilin telah hampir habis.”

Demikian pula, langkah Zulfekar kian menjauh, seirama dengan matinya nyala satu diantara dua lilin itu. Ia tahu apa yang sedang menunggunya. Sebuah keadaan yang disebut sepi. Maka, untuk kesekian, Zulfekar akan berusaha melawan; dengan apapun.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience