BAB 5

Drama Completed 775

“Ayah juga banyak menyumbang korban bencana alam. Mana bisa ayah bermal kalau hanya jadi pengusaha kelas ecek-ecek?”

“Untuk membantu orang lain, tidak harus kaya dulu. Berikan apa yang kita punya, seperti yang dikatakan Bunda Teresa, Kalau kau tidak bisa memberi makan seratus orang, berilah dulu makan untuk satu orang. Kita tidak perlu memaksakan diri, apalagi dana yang diamalkan itu uang haram! Kasihan yang menerimanya. Aku tak mau makanan haram,” Dik Janin protes keras, “Maka, biarkan tetap dalam Garba Bunda.!” sambungnya.

Protes keras Dik Janin sia-sia. Pisau operasi cesar telah membedah perut Bunda, untuk mengeluarkan Dik Janin yang telah 10 bulan, dalam kandungan. Tubuh Dik janin mulai mengeras. Jika Bunda tidak dioperasi cesar, ia akan meninggal bersama Dik Janin dan aku Kakang Kawah serta Dik Ari-Ari akan mati layu membusuk.

Oek…oek…ooooooekkk…oooooekkk!
Aku lega dan bahagia, Dik Janin akhirnya lahir ke bumi, walau aku hancur kerana menjadi pelumasnya. Adikku, Dik Ari-Ari juga rela dipotong, untuk dipisahkan dari Dik Janin, kerana tugasnya mengalirkan makanan untuknya sudah selesai. Kemudian seorang bidan, menaruh kami berdua dalam tempayan kecil bertutup, untuk dikuburkan.

Oek…oek…oooooekkk…ooooekkkk!
Tangis Dik Janin melengking berkepanjangan. Ketika berhenti sejenak, ia memanggil-manggil kami berdua dengan bahasa yang hanya kami mengerti. Ia minta dicarikan orangtua asuh, “Aku ingin jadi anak asuh mahasiswa yang kritis, para penggerak reformasi negeri ini!” teriaknya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience