BAB 7

Romance Completed 7871

“SAYANG! Let’s take a picture!”

Suara manja Liara memecah lamunan Hakim. Dari dalam bilik sehinggalah mereka berdua sudah pun sampai di Sungai Palas ini, dia tidak habis fikir bagaimana perlakuan Liara boleh berubah dalam sekelip mata sahaja. Walhal sampai saat mereka sudah check in tadi pun mood isterinya itu masih tiada beza sejak hari pertama arwah Hamilyn meninggal.

Apa sudah jadi?

Liara yang sudah puas mengambil gambar pemandangan ladang teh yang terbentang cantik berpaling pada Hakim yang bersandar pada pintu Harrier. Nampak jauh suaminya itu berfikir. Tahu perubahan sikapnya merupakan penyebab pada pemikiran yang nampaknya maha kompleks itu.

Dia merapati Hakim. Tubuhnya turut bersandar pada badan Harrier. Kepalanya dilentokkan di atas bahu Hakim.

Hakim tambah terkesima. Menambah lagi rasa peliknya apabila Liara dengan spontan mengambil selfie mereka berdua apabila Hakim terdengar bunyi klik.

“Am I still the same girl you fell for 16 years ago?” Liara bertanya sambil jemarinya bermain di atas skrin iPhone. Melihat kembali galeri penyimpanan gambar-gambarnya.

Sekali lagi soalan itu bergema. Hakim berdeham. Kedua tangan yang tadinya memeluk tubuh dimasukkan ke dalam poket seluar.

“Dua kali you tanya soalan tu. Kenapa?”

“I just want to know,”

“Cukupkan tiga kali and I’ll answer you,”

“Then, I’m gonna spare the third one for later,”

“Milia?”

“Hmm…”

“Do you plan to leave me?”

“Do you want it to be so?”

“No,”

“Why bother asking then?”

“Men tend to revise history to prevent themselves from doing anything foolish in the future. Maybe that’s the reason why you’re asking since you’ve planned to walk away. If that’s it, then I will not answer any questions from you that relates to history,”

“Sejak bila you pandai bermain kata ni? You’re an engineer the last time I checked. Not some literature arts practionar,”

“Since I’ve been reading a lot of your favourite books during your confinement. During your moody time. When you spent your time thinking and thinking and thinking. Now I know how you always knew how to make me smile,”

“What? But why?”

Hakim angkat bahu.

“Seem you always tried to make me smile after leaning from those books. I thought I’d try to do the same. But obviously the attempts have failed,”

Liara memeluk lengan kanan Hakim.

“We sure are having a very serious discussion since you are speaking in English. Should I be worried?”

“It’s not your job to be worried. I’m used to it for the past six months,”

Liara telan liur. Tahu Hakim sedang menyindir.

“Any specific book that you find interesting?”

“You should know me better. I don’t believe in fairy tales and your books were not based on motivations, biography and my kinda things,”

“I know you too well. And I can’t help but think, given you’ve read my types of books, if you’ve found interest in something new,”

“Such as?”

“Other girls,”

Hakim terpana sebentar. Cepat, dia dapat menangkap ke mana arah tuju serkap jarang Liara.

“It was Marsya,”

“I wasn’t talking about her. It could be anyone else,”

Sah isterinya sudah melalut!

Tangan kiri Hakim meraup wajah. Dia memandang ke sisi kanannya. Posisi Liara masih statik.

Sebelum sempat Hakim membalas, suara Liara kedengaran lagi.

“I tahu, the past 6 months have been miserable for us. I tahu though you tak pernah mengadu, tapi you pun terluka. Terluka dengan sikap I. Terluka dengan pemergian arwah Hamilyn. Terluka dengan keadaan kita. And I can’t even begin to try to understand how bad I must have made you feel for as long as I’ve negeleted you.

“But I still love you. I still need you. I know I’m being hard but I’ve never wanted anyone else like how I’ve always wanted you. How I will always want you,” ayat Liara tergantung apabila Hakim menyebut namanya lembut. Dia mengangkat kepalanya dan terus bersabung pandang dengan Hakim.

Hakim terus membawa tubuh Liara ke dalam peluknya sambil bibirnya bertaup dengan bibir merah Liara. Dia tidak peduli kalau ada mata yang memandang dan menggangap mereka melakukan perlakuan sumbang di tempat awam. Ini isterinya yang tidak mungkin akan ada ganti sehingga ke akhir usia!

Liara yang mulanya terkejut dan ingin meloloskan diri tidak jadi untuk menolak perlakuan Hakim padanya. Sudah lama dia menafikan hak Hakim dan dia juga merindui sentuhan suaminya itu.

Pautan bibir Hakim lepas namun hidungnya masih lagi berlaga dengan hidung Liara. Pejaman matanya tercelik dan dia memerhati satu-satu feature wajah isterinya. Bulu mata yang lurus panjang tampak sedikit basah. Ibu jarinya mengelap mata Liara.

“From the books that you’ve been reading, this is when the heroine would hug the hero as well. And you still haven’t done so,”

Liara gelak kecil. Nampaknya sikap suaminya yang satu ini memang tidak pernah berubah. Suka nak pamer kemesraan di kawasan terbuka!

Kedua tangannya melingkar pada tubuh Hakim.

Tiada apa yang berubah. Hangatnya tubuh itu masih sama. Masih seperti dulu. Liara tahu hati lelakinya itu. Dia tahu siapa dia buat lelakinya. Dia bukan sekadar seorang isteri. Dia adalah nyawa bagi Hakim.

Pemergian Hamilyn memberi satu nafas baru dalam hubungan mereka. Adanya dugaan sebegini barulah mereka tahu tinggi atau rendahnya bumi yang mereka pijak. Tidak selalunya awan yang cerah akan berkekalan selamanya. Akan pasti ribut dan taufan melanda, mengocak keselamatan diri. Seperti rumahtangga mereka. Tidak selamanya bahagia akan selalu berada di dalam lingkaran hidup mereka. Sekali sekala, realiti sepahit hempedu perlu ditelan untuk menyedari bahawa setiap yang bernyawa tidak mungkin terlepas daripada sebarang kesusahan.

“I tak pernah salahkan you atas pemergian arwah Hamilyn. Semua yang jadi, bukan aturan kita. Tapi I terima dengan ikhlas. I tak salahkan Tuhan sebab Dia dah bagi kita Haidi and Hafleen. The most precious gems that I’ve ever had including you. And kita pun masih muda, sayang. Losing one can’t mean that we can’t have more. And kalau sampai hujung nyawa pun kita tak dapat lagi rezeki tu, takpe sayang. Because we already have Haidi and Hafleen. We love them both,”

Liara pandang mata Hakim. Naluri keibuannya kembali bergelora apabila terdengar nama anak-anaknya. Dunianya!

“You are the greatest mama, sayang. And we love you for being one. I love you for being the greatest mother to my children. Wasting my time looking for someone who might not even say our children’s name correctly will not be my favourite thing to do.

“Perempuan lain tak pernah sekabut, sebising, seceria, secantik you pada mata I. It’s hard to believe that first loves don’t last. Because with you, everything seems to fall into the right place and timing. Your perfect imperfections like what John Legend always said is what that shapes you to be the love of my life. You complete me, sayang,”

Pelukannya tambah mengerat. Kepalanya berlabuh di atas dada Hakim. Dibiarkan matanya basah.

“Sorry to keep you waiting. I’ve lost my way. And now, I’ve found you. You’re here. You’re here all along. Thank you,”

“Always had, always have and always will be. I love you!”

“I love you, too,”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience