5. Ruang musik

Romance Series 375

Suara lo merdu dan lembut banget.
Gue yakin sebenarnya hati lo juga lembut.
Saking lembutnya, hati Lo hampir rapuh.
Ralat, mungkin udah rapuh.
-Alfainaz yahza pratama

©®©®©

Tampak seorang gadis yang tengah berjalan seorang diri. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan begitu santai dan elok. Kaki jenjangnya membawanya menuju suatu tempat, yang dulunya kerap kali ingin ia kunjungi bersama seseorang, yang sekarang takkan bisa ia temui lagi.

Tangan putihnya membuka kenop pintu dengan hati-hati, dan berjalan memasuki ruangan tersebut. Ruangan itu cukup besar dan banyak sekali jenis alat musik disana. Ya, ruang musik. Sekarang gadis itu tengah berada di ruang musik. Ia mengambil sebuah gitar yang biasa dikenal dengan sebutan gitar akustik. Jari-jari lentiknya mulai memetik senar demi senar hingga terciptalah sebuah instrumen lagu yang sangat enak didengar.

Suaranya yang merdu mulai menghiasi ruangan itu.

(Tinggal kenangan-Gaby)

Pernah ada rasa cinta antara kita
Kini tinggal kenangan
Ingin ku lupakan semua tentang dirimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu oh kasihku

Jauh kau pergi meninggalkan diriku
Di sini aku merindukan dirimu
Kini ku coba mencari penggantimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu,oh kekasih

Pernah ada rasa cinta antara kita
Kini tinggal kenangan
Ingin ku lupakan semua tentang dirimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu oh bintangku

Jauh kau pergi meninggalkan diriku
Di sini aku merindukan dirimu
Kini ku coba mencari penggantimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu,oh kekasih...

Gadis itu tampak sangat menghayati lagu tersebut, sampai tanpa sadar setetes cairan bening mulai jatuh dari mata hazelnya. Masker yang selalu dipakainya pun tak dapat meredam suara tangisannya yang tampak begitu sedih.

Prok... prok... prok...

Tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan dari seorang laki-laki tampan. Dengan senyuman yang mengembang ia memasuki ruang musik itu.

"Wahh suara Lo keren banget," Ucapnya kagum dengan tangan yang masih tetap bertepukan. "Kar, besok Lo nyanyi aja di ulang tahunnya sahabat gue. Eh bukan sahabat sih, tapi ultahnya si Monik tuh, sepupuku. Duet bareng gue," Saran Alfa menyarankan.

Karin menggeleng.

"Yahh masa gamau. Duet bareng cogan gak mau, mumpung gratis loh." Tutur Alfa.

Alfa baru menyadari bahwa ada air mata yang tersisa di sudut mata Karin.
"Lah? Lo abis nangis? Kenapa?" Tanyanya berturut-turut.

Lagi-lagi Karin menggeleng.

"Lo tau gak kalo suara Lo itu merdu dan lembut banget, dan gue yakin hati Lo sebenarnya juga lembut. Saking lembutnya, hati Lo jadi hampir rapuh. Eh ralat, mungkin udah rapuh," Ucap Alfa sok puitis:v. "Eh gue puitis banget kan? Ya iyalah kan Alfa gitu lohh. Haha," Sambungnya sambil tertawa.

Sedangkan Karin hanya tersenyum kecil melihat tingkah Alfa yang diluar nalar orang. Orang lain pasti akan berfikir bahwa Alfa adalah orang yang dingin, cold, dan jarang bicara, tapi kenyataannya itu tidak sama sekali. Alfa malah sangat ramah dan humoris di mata Karin.

"Lo udah makan Kar?" Tanya Alfa. Karin menggeleng lagi untuk kesekian kalinya. "Lo apaan sih. Entar sakit gimana? Makan yuk, kita ke kantin." Ajak Alfa.

Karin mengambil tas biru ranselnya dan mengeluarkan kotak berwarna biru yang berisi nasi goreng. Lalu, ia menunjukkannya pada Alfa.

"Oh Lo bawa bekel? Yaudah makan dulu." Suruh Alfa pada Karin. Karin mengangguk dan menyodorkan kotak bekal itu pada Alfa. Seolah tahu maksud Karin, Alfa segera berucap, "Oh gue udah makan tadi. Kenyang gue. Lo aja yang makan ya, gue keluar dulu. Bye," ucap Alfa lalu segera berlalu.

Sesaat sebelum menutup pintu kembali, Alfa sempat berkata,
"Selamat makan princess."

©®©®©

Tampaknya, langit sedang menumpahkan airnya ke bumi. Rintik-rintik hujan mulai turun ke bumi. Tapi, hal tersebut tidak dapat menghalangi seorang gadis cantik yang sedang berjalan seorang diri di tengah padatnya kota tersebut. Kaki jenjangnya membawanya ke suatu tempat, yang selalu ia kunjungi setiap hari dan dijam yang sama.

Gadis itu tersenyum getir, melihat lapangan yang dipenuhi oleh timbunan tanah yang berbentuk persegi panjang, dengan karpet rumput berwarna hijau yang melapisinya. Makam. Ya, ia sedang berada di tempat pemakaman umum.

Kakinya membawanya menghampiri salah satu dari makam tersebut. Makam yang selalu ia kunjungi. Makam yang diisi oleh orang yang ia cintai. Makam yang selalu membuatnya menangis. Makam dari orang yang membuatnya selalu menyesali perbuatan masa lalunya. Makam yang menyimpan seribu kenangan bersama orang yang ada didalamnya. Makam yang menyimpan seribu rindu dan sejuta kasih.

Ditengah hujan yang semakin deras, gadis itu tetap setia duduk disamping makam itu. Ia mengusap-usap nisan yang bertuliskan nama seseorang yang ia sayangi. Ia cintai bahkan ingin ia temui kembali.

"Hai, aku Dateng lagi," Ucapnya Sambil tersenyum ditengah air matanya yang bersatu dengan air hujan. Masker yang selalu ia pakai pun kini telah ia buang sehingga terlihatlah wajah cantiknya.

Setelah mengucapkan itu, ia hanya bergelut dengan pikirannya saja. D itengah lamunannya tentang masa lalunya bersama orang yang ia sayangi itu, ada sebuah tangan kekar yang menariknya dan membawanya ke bawah pohon yang cukup besar dan cocok untuk menjadi tempat berteduh dari hujan yang terus turun.

Orang yang menarik gadis itu alias Karin adalah Alfa. Cowo itu memang sengaja ingin mengikuti Karin. Ia membuntuti Karin sejak dari sekolah tadi.

"Lo ngapain ujan-ujanan disitu sih? Entar sakit gimana? Lagian ngapain ke kuburan jam segini sih Karina Gunaikes Advendita Radenia Saputri?!" Bentaknya pada Karin yang tak direspon Karin. Cewe itu malah melamun kembali. Dengan sigap, Alfa memeluk Karin dengan erat. "Lo kalo ada masalah cerita ke gue. Gue gak suka Lo kayak gini," Ucapnya Sambil terus memeluk Karin.

Karin memberontak ingin melepaskan pelukan tersebut. "Lepas." Cicitnya pelan yang masih dapat didengar oleh Alfa.

Alfa pun terbengong mendengar Karin yang berbicara padanya. Yah, walaupun hanya satu kata tetapi itu suatu keajaiban bukan? Bahkan ini adalah pertama kalinya Alfa mendengar suara Karin berbicara padanya. Jika bernyanyi tadi pagi sudah pernah. Dan suara Karin sama-sama merdu.

Alfa pun melepaskan pelukannya perlahan.
"Gue lepas tapi Lo gausah ujan-ujanan lagi," ucapnya setelah melepaskan pelukannya.
"Gue gau mau Lo sakit. Entar gue duduk sendirian lagi," sambungnya cengengesan dan berhasil membuat Karin tersenyum tipis.

"Lo... Numben gak pake masker?" Tanya Alfa sedikit terheran.

Karin menunjuk maskernya yang ada di tanah dan sudah dalam keadaan basah. Sebenarnya, tadi ia membuang masker itu.

"Oh, udah basah. Lo mau pulang?" Tanyanya pada Karin. Karin menggeleng lagi. "Lo mau sekolah?" Kali ini Karin mengangguk. "Baju Lo basah Kar. Mending pulang aja. Biar gue yang ijinini ke guru. Oya, ini pake sweeter gue aja, baju lo tembus tuh," Tutur Alfa jujur.

Karin pun mengambil sweeter yang diberikan Alfa dan langsung memakainya. Jujur saja, ia merasa sedikit terkesan dengan Alfa. Karena, kebanyak lelaki akan membiarkan dan menikmati pemandangan di depannya tanpa memikirkan harga diri perempuan itu. Tapi, Alfa malah menyuruhnya memakai sweeternya dan itu termasuk menjunjung harga diri Karin. Dihadapannya, ataupun laki-laki lain.

Setelah memakai sweeter yang diberikan oleh Alfa, Karin pun pulang. Tak lupa, Alfa mengantarkan Karin pulang terlebih dahulu.

Di jalan.

Saat mereka berjalan kaki bersama menuju rumah Karin, Alfa memulai pembicaraan karena rasa penasarannya yang sedikit berlebihan.

"Hm, Rin. Boleh gue nanya?" Tanya Alfa. Karin mengangguk. "Tadi kenapa Lo ke sana?" Tanya Alfa dan dibalas oleh gelengan oleh Karin.

Cukup dengan gelengan saja, Alfa sudah tau bahwa Karin belum bisa terbuka padanya. Padahal, ia sudah capek-capek membuntuti Karin sejak tadi. Tapi tak apa, baginya dengan Karin mau merespon perkataannya dengan gelengan kepala dan anggukan saja sudah perkembangan yang cukup baik.

Tak terasa, langkah-langkah kecil mereka membawa mereka sampai di rumah Karin. Rumah Karin bukanlah rumah yang besar, tapi sangat nyaman jika dilihat dengan mata. Tapi, tak nyaman jika dirasakan. Karna yang terlihat tak selalu menjadi kebenaran.

"Udah sampe, Lo masuk gih. Gue mau nelpon Reno dulu. Minta jemput," Suruh Alfa pada Karin.

Karin pun membuka Pagar dan masuk ke dalam rumahnya. Sebelum benar-benar masuk, ia sempat tersenyum pada Alfa. Alfa yang melihat senyum itu seketika terpesona dengan senyuman Karin yang menurutnya sangat manis.

"Gila, mimpi apa gue semalem bisa dapat senyuman limited Karin? Ya Allah, dia cantik banget, jadiin bini boleh gak sih?" Batin Alfa terpesona.

Masih dengan keterpesonaannya terhadap senyuman Karin, Alfa menelfon Reno.

"Woi Ren, tolong jemput gue di jalan mawar nomor 26. Cepetan ya, Oya bawain gue sweeter sama baju ganti juga ya. Gue kehujanan. Thanks, Ren." Ucap Alfa tanpa henti dan tanpa mendengarkan Reno yang berusaha menolaknya. Setelah itu, dia segera mematikan teleponnya agar Reno tak dapat menolak permintaannya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience