BAB 4

Drama Completed 286

“Hello, Hadi ! Ada apa?” Kudengar suara Lorecia yang bening dari Mexico City.
“Aku lagi unhappy, kerana dimainin Nikita Jose !” kataku ketus. “Mana mungkin you bisa dimainin?” Lorecia tertawa.

“Memang terjadi, Lorecia .Baru kali ini, seumur hidupku, aku dilecehkan habis-habisan oleh perempuan. Aku jauh-jauh dari Indonesia untuk menulis kegiatannya agar bisa dijadikan suri-teladan para perempuan di Indonesia. Kerana menurut pengamatanku, cukup banyak perempuan Indonesia yang kaya, tetapi masih sedikit yang mau memikirkan nasib anak-anak jalanan. Ehhh. Nikita malah begitu terhadapku.”

“Really?” sela Lorecia .“Padahal aku sudah menjelaskan semua tentang maksudmu …,” “Tapi, Nikita dingin-dingin saja ketika kusebut namamu. Padahal you bilang akrab dengannya, pernah satu sekolah dengannya. Kenyataannya?” aku emosional. “Hai, Hadi , jangan berang . Nikita bersikap dingin terhadap you, itu wajar..,” “Wajar bagaimana, Lorecia ?” kutukas kalimat Lorecia dengan nada tinggi. “Kan di Sao Paulo sedang winter. Jadi, semua serba dingin, termasuk Nikita .. You juga kedinginan kan?” kali ini Lorecia tertawa-tawa. “Ah, kau bercanda. Kedatanganku ke Brazil sia-sia!” gerutuku “Jangan begitu. You sudah mengunjungi favela – ya perkampungan slum street-children di Rio de Janeiro dan Sao Paulo. You juga sudah mewawancarai para pengelola panti dan tamanpertanian yang menampung street-children. Juga interview street-children yang terlibat perdagangan narkoba, pelacuran dan penyimpangan seks…,”
“Tapi, aku tidak berhasil mewawancarai Nikita Jose . Katamu – menulis street-children tanpa menulis Nikita berarti, tidak lengkap!” kupotong kalimat Lorecia .

“Tapi, kata-kataku itu kan bukan Bible. Jadi, kalau tidak berhasil mewawancarai Nikita , toh you sudah punya kliping tulisanku mengenai Nikita . Humm, termasuk catatanku mengenai masa kecil Nikita sebagai anak favela yang hidup menderita…,”

“Catatan masa kecil Nikita sebagai anak favela? Rasanya, aku belum menerima materi itu darimu,” Tegasku cepat, tidak mau kehilangan momentum.

“Sudah, dalam amplop kertas coklat. Apa belum you buka?” tanya Lorecia tegas.
“O, sorry, sorry, ya…masih di dalam koperku.. Aku belum sempat membukanya.
Aku malas baca, winter di Sao Paulo sangat menganggu konsentrasiku kerja. Selain itu, waktuku juga habis untuk mengejar Nikita ..,,” aku berterus terang.

“Nah, amplop coklat besar itu berisi tentang masa kecil Nikita yang penuh derita. Ia lahir sebagai moletto – anak yang lahir dari perempuan Negro yang digundik orang Portugis, hidup terlantar di favela. Dalam usia sepuluh tahun ia diperkosa oleh beberapa orang laki-laki mabok. Ketika berusia sebelas tahun ia dijual oleh seorang mucikari ke rumah bordil di Sao Paulo. Hidupnya terangkat sebagai perempuan bermartabat ketika ia dinikahi oleh Don Pedro de Franco, juragan gula dari Minas Gerais. Ketika itu, Nikita berusia enam belas tahun dan Don Pedro tujuh puluh tahun. Sejak jadi istri Don Pedro, Nikita tinggal di casa grande ya..rumah gedong di Morambi. Don Pedro meninggal tiga tahun setelah menikahi Nikita . Sejak itu, Nikita hidup menjanda dan hartanya didermakan untuk anak-anak jalanan…,”

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience