BAB 1

Drama Completed 572

Hidup dengan anakku dan anak mantuku, membuat masa-masa tuaku semakin menyedihkan. Aku tak dihormati dan dihargai sebagai seseorang yang sudah tua dan sebagai orang tua. Bahkan cinta anakku sendiri terhadapku, sangatlah sedikit dapat aku rasakan. Semua hanya tercurahkan untuk anak dan istrinya. Nasihat orang tua yang sejatinya selalu dipatuhi, kini tak diindahkan mereka. Baginya, aku adalah wZafran yang sudah tua, rapuh, tidak tahu akan kehidupan anak muda sekarang. Sakit, sakit sebagai orang tua aku diperlakukan seperti itu.

Aku mendidik Arman, anakku dengan segenap jiwa dan raga, bekerja keras agar dia bisa sekolah dan menjadi orang sukses. Ayahnya yang telah meninggalkan aku bersamanya, tak membuat hidupku patah dan berhenti di tengah jalan. Aku berharap, di masa tuaku nanti, kesuksesannya bisa kita nikmati bersama dengan anak cucu dan mantuku. Aku ingin masa tuaku senang dan hidup bahagia. Melihat anakku berkeluarga dan mempunyai anak.

Aku hanya ingin masa tuaku, aku habiskan untuk beribadah. Nyawa kapan saja bisa terbang dan kembali kepada Yang Maha Kuasa. Hidup hanya untuk beribadah dan melihat kebahagiaan anak dan cucu tercinta di masa tua. Semua pekerjaan menjadi berat dilakukan, kini hanya dikerjakan sekedarnya saja. Untuk olahraga dan membuat badan sedikit gerak dan menjadi enteng.

Tapi, masa tuaku amatlah menyedihkan. Perih dan hanya bisa menerima. Aku tinggal dengan anakku dan juga anak mantu. Entah kenapa, rasa cinta, dan sayang Arman begitu berbeda. Apakah dia tidak tahu siapa aku dan siapa wZafran yang baru hadir dalam hidupnya. Apakah wZafran itu tidak tahu, bahwa aku ibu dari suaminya, yang menjadi ibunya juga, orang yang harus dihormati di rumahnya sendiri, sedangkan dia hanya menumpang.

Ingin sekali aku berbicara apa yang menjadi sakit hatiku kepada mereka. Tapi, semua itu hanya memancing amarah mereka. Akupun tak yakin, anakku sendiri mengindahkan aku. Bagiku, hidupku tak lama lagi. Menggunakan waktu sebaik-baiknya, agar kelak ada bekal yang akan kubawa jika aku telah tiada. Oleh kerana itu, aku hanya diam dengan sakit yang hanya aku sendiri yang merasa. Terkadang hatiku bertanya, adakah kaitannya terhadap sikapku dahulu terhadap ibuku sendiri. Aku selalu menengadahkan tangan dan meembumbungkan permintaan ke angkasa agar dosaku diampuni-Nya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience