Terlihat Bram datang membawa dua cangkir kopi. Bau wangi itu merayuku untuk meliriknya.
“Secangkir kopi teman menikmati malam yang indah, nona jean” Bram menaruh secangkir kopi di atas meja.
“Dengan senang hati.” Aku mengambil dan menyeruputnya dalam-dalam.
“Kau ingat dengan kotak pusaka mang Paes?.” Bram membuka pembicaraan.
“Tentang mitos-mitos tidak masuk akal itu”.
“Hmm.. bisa saja itu nyata, kau tahu bahwa pohon cemara itu dapat hidup hingga ribuan tahun?”
“Benarkah?, coba jelaskan lebih detail”.
“Pohon gymnospermae itu sangat diagung-agungkan oleh para pecinta botani. Selain digunakan sebagai penghias taman-taman, kayu pohonnya dapat dijadikan perabot. Strukturnya kuat dan awet. Lihatlah, kau bisa melihat pohon cemara di mana saja. Bahkan di area bersalju, kecuali ya daerah gurun. Tidak heran pohon kuat itu dijadikan tempat penyimanan benda-benda pusaka”.
“Tentang usianya?” Aku menegaskan.
“Dan hubungannya dengan kejadian sejarah itu?” Bram tersenyum kecut.
“iya, cepat jelaskan!”. Aku makin penasaran.
“Sepertinya dari tadi kau menyimak perkataanku dengan cermat ya. Baiklah jean, dengarkan baik-baik.” Bram menceritakan dengan amat serius.
Mungkin ada benarnya pendapat Bram, Mahasiswa jurusan biologi itu memang tidak bisa kuremehkan sekarang. Terkadang aku sangat suka untuk membantah perkataan orang, seakan lupa pada diri sendiri. Tapi perkataan bram kali ini patut kucermati juga. Bahwa pohon cemara mungkin hidup hingga ratusan bahkan ribuan tahun lamanya.
Peristiwa kerajaan sunda itu terjadi pada seribu limaratus tahun lalu. Mungkin ketika mayat-mayat para prajurit itu mati. Mereka terkubur di bawah deretan pohon cemara yang kini kayunya dianggap bertuah oleh orang-orang, dan dijadikan sebuah kotak pusaka oleh seorang penganut ilmu hitam radikal mang Paes.
Share this novel