BAB 16

Romance Completed 8931

"Gue bakal nganter lo. Lo siap-siap gih. Bentar lagi gue ke rumah lo.
See you ra."

Gue kaget banget begitu liat pesan yang masuk ke handphone gue. Gila
aja. Vano bakal nganterin gue. Oh My God! Hal ini mampu bikin jantung
gue berulah. Okay gue harus siap-siap. Vano anaknya gak akan telat kalau
masalah ginian.

Setelah gue rasa udah lengkap semua, gue turun ke bawah. Baru banget gue
nurunin tangga, Vano udah muncul aja di depan pintu. Tentunya disambut
sama mamah papah.

"Eh ada Vano, masuk dulu Van. Duduk dulu." Mamah mempersilahkan Vano
buat duduk.+

"Iya tante. Tapi itu Aelkanya kayanya udah siap."+

"Sarapan bareng dulu lah Van. Aelka aja belum sarapan. Ayo ah." Papah
narik Vano buat duduk di meja makan. Papah orangnya emang gini, maklumin
aja. Kalian udah tau kan tingkah papah mamah gue kayak gimana.+

"Weis, ada someone nih. Hai bro!" Kak Vino langsung turun secepat kilat
dan duduk di meja makan. Posisinya Kak Vino tuh ada di sebelah mamah,
otomatis kursi yang nyisa ada di sebelah Vano. Dan itu pasti gue yang
dudukin kan? Errr. Mau gak mau gue duduk disitu. Tapi jantung gue gak
bisa diajak kompromi banget. Cuma duduk di sebelah Vano aja bikin
jantung gue gak karuan kayak gini.+

"Tumben nih Van nganter Aelka. Ada apa ayo?" Mamah ngebuka suara.+

"Gak ada apa-apa tan. Pengen aja nganterin anaknya tante. Hahaha."+

"Yakin gak ada apa-apa? Atau jangan-jangan kalian balikan?" Pertanyaan
yang keluar dari mulut papah sukses bikin gue sama Vano keselek yang
ujungnya bikin kita batuk-batuk gak jelas.

"Makanya kalau makan yang bener. Atau jangan-jangan apa yang dibilang
papah bener ya?" Mamah menatap kita berdua dengan tatapan minta
penjelasan. Kayak detektif yang lagi introgasi buronannya aja.+

"Gak tan, kita gak balikan. Hehe."+

"Iya mah. Apaan sih, gak balikan juga."+

"Alah bentar lagi juga balikan." Kali ini Kak Vino ikutan buka suara.
Aduh, ni anak.+

"Oh gitu. Mamah sih terserah aja. Tapi Vano kalau mau balikan sama
Aelka, kasih dulu mamah martabak, kan kamu masih punya hutang martabak."
Aduh mamah masih di inget-inget aja masalah ini.+

"Iya bener kata mamah. Papah sih boleh-boleh aja kalau mau balikan. Asal
kamu bisa ngejagain Aelka terus Van. Jangan kayak siapa tuh? Xico ya?
Bisanya bikin anak papah nangis aja." Hah? Papah tau darimana? Perasaan
gue gak cerita deh.+

"Papah tau darimana?" Mata gue membulat sempurna. Mulut gue juga nganga
tanpa diperintah. +

"Gue yang ngasih tau. Kenapa?" Kak Vino nunjukin muka songongnya.+

"Ih ngapain sih lo bang. Ih." Gue ngelempar dia pake roti.+

"Ara, stop! Jangan suka buang-buang makanan. Okay? Masih mau lempar
roti? Mamah gak akan kasih kamu roti lagi besok." Mamah kalau urusan
yang kayak gini mulai deh sadisnya keluar. Mau gak mau gue cuma bisa
diem. Kak Vino, papah, sama Vano cuma bisa ketawa ngeliat gue yang jadi
diem gara-gara diomelin mamah. Gue kesel fix.+

Setelah sarapan beres, gue, Kak Vino, sama Vano langsung berangkat.
Tentunya gue ikut di motor Vano, orang dia yang ngajak kan. Gak mungkin
gue sama Kak Vino.

"Hati-hati dijalan ya Van. Jangan ngebut-ngebut, nanti Aelkanya kebawa
angin."

"Apaan sih pah, emangnya Ara apaan." Gue cuma bisa cemberut.

"Haha. Siap om. Anak om aman kalau sama Vano." Vano berlagak hormat gitu
ke papah. Aduh.

"Sering-sering maen kesini Van. Bawa martabak jangan lupa."

"Ihh mamah apaan sih. Minta-minta martabak mulu."+

"Biarin napa ra. Mamah kan pengen martabak."+

"Haha. Santai aja tan, nanti Vano bawain." Karena gue yakin kalau
lama-lama disini pasti makin geje, gue narik tangan Vano buat langsung
berangkat.+

"Udah ah, mah, pah, Aelka pergi sekolah dulu." +

Setelah itu kita langsung berangkat ke sekolah. +

**********+

Gue nyuruh Vano buat nurunin gue di jalan sebelum sekolah aja. Kenapa?
Gue yakin kalau kita turun di deket sekolah, anak sekolah bakal liat
kita dan kita lebih tepatnya gue, bakal diomongin. /Kemaren deket sama
Xico, masa sekarang deket sama Vano? /Kira-kira mungkin seperti itu
pemikiran mereka, yang akhirnya bakal nebarin gosip yang nggak-nggak
tentang gue.+

Gue jalan sendirian macam orang ilang gini. Gak jauh-jauh amat sih dari
sekolah. Tapi tetep aja gue keliatan kayak anak ilang. Sendirian. Huft.
Malang banget nasib gue. +

Dari sini gue juga liat dua orang yang sering banget gue liat. Yup! Vani
sama Xico. Mereka berangkat bareng ternyata. Dan Xico juga nurunin Vani
disini. Okay, dia punya pemikiran yang sama kayak gue. Sakit liatnya?
Gak terlalu. Gue udah gak terlalu sakit kalau ngeliat mereka berdua
gitu. Gue kan udah ada Vano. Eh. Bukan deh, belum tentu juga kan?+

**********+

"Hey" Vano dateng nyamperin gue sama Kak Vino diparkiran.+

"Eh ada lo Van. Napa kesini? Mau ketemu adek gue?" Kak Vano naik turunin
alisnya. Please.+

"Apaan sih bang." Gue mukul pelan lengan kakak gue ini.+

"Hahaha. Gue mau ngungsi dirumah kalian dong. Kalian tau kan mamah papah
gue jarang dirumah. Gue kesepian. Huhu." Vano sok melas gitu wajahnya.+

"Alah, bilang aja lo mau deket-deket sama adek gue. Yakan?" Vano cuma
bisa cengar-cengir gak jelas. Kenapa coba dia?+

"Boleh gak nih? Gak lama-lama kok. Gue gak akan ngungsi nyampe 1 abad
ini. Boleh yaa?"+

"Boleh gak ra?" Kak Vino ngelirik ke arah gue.+

"Free. Terserah lo aja bang."+

"Yaudah boleh deh. Tapi adek gue, gue titipin ke lo ya Van. Jadi lo yang
anterin dia ke rumah." What?!+

"Idih. Apa apaan sih bang. Sama lo aja bisa kan?" Gue sedikit melas
disini.+

"Udaaah. Lo sama Vano sana. Hush hush." Kak Vini ngedorong gue ke Vano
dan dia langsung lari entah kemana.+

"Bang Vinoooo. Ish!" Gue kesel. Ngapain coba nitipin gue ke Vano. Udah
tau kalau deket Vano, jantung gue gak karuan. Eh.+

"Ayo ah. Kita cabut. Tapi lo harus anter gue dulu."+

"Hah? Anter kemana?"+

"Tar juga lo tau. Hahaha. Nih pake helm." Vano ngasih helm ke gue. Dia
emang suka bawa 2 helm gitu. Helm cadangan kali ya. Yaudah lah gue
ngikutin aja maunya dia. Toh dia gak akan bawa gue kabur ini. Haha.+

**********+

Setelah perjalanan yang gak lama-lama amat, akhirnya kita sampai ke
tempat yang Vano maksud. Kalian tau? Ini tuh tempat yang jualan
martabak! Gila, beneran mau ngasih martabak ni anak.+

"Lo beneran mau ngasih martabak ke mamah?"+

"Iya. Lo kira gimana? Haha. Lagian ini syarat yang mamah lo kasih kan?"
Syarat? Jangan-jangan syarat yang tadi mamah bilang. Jadiiiii?+

Gue cuma bisa diem aja. Gue bingubg mau jawab apaan. Yaudah gue diem.+

"Lagian kan gue mau ngungsi dirumah lo. Masa gak bawa makanan?" Vano
ngacak-ngacak rambut gue.+

"Ish! Tar ga rapih Vanooooo." Gue ngebenerin rambut gue. Dianya? Cuma
ketawa-ketawa doang. Huft.+

Keliatannya dia mesen martabak mini gitu. Rasa coklat, sesuai yang papah
bilang waktu gitu. Hm. Ingatannya bagus juga. Haha. Udah selesai, kita
langsung pergi lagi. Gue kira bakal langsung ke rumah, tapi Vano ngajak
gue ke suatu toko. Keliatannya sih toko kue gitu.+

Baru juga masuk ke toko ini, harum kue udah masuk ke hidung gue. Hmmm.
Harum banget. Rasanya pengen gue makan semua kue di toko ini. Eh.
Lagi-lagi gue cuma bisa ngikutin Vano. Ngekorin dia gitu.+

"Mau yang mana lo?" Vano nawarin gitu ke gue.+

"Hah? Kenapa nanyain ke gue? Kan lo yang beli "+

"Yeh, pan buat dimakan sama lo juga. Cepet pilih. Donat sama cupcake
ya." Yaudah, gue ngikutin aja apa yang dia mau. Gue milih yang
keliatannya enak. Haha. Vano juga milih. +

Beres milih, Vano yang bayar semuanya. Ni anak lagi kesambet apaan ya?
Udah gitu kita langsung pergi. Yang pastinya langsung ke rumah gue lah.
Kemana lagi. Wkwkwk.
+

*********
+

"Mah, pah, Ara pulaaaang." Gue masuk ke dalem rumah.
+

"Udah pulang ra? Eh ada Vano juga." Mamah langsung nyambut kita.
Diikutin sama papah. Iya, papah udah pulang jadi jam segini udah ada di
rumah.
+

"Iya tan. Hehe. Vano numpang dulu disini ya tan. Eh ini sekalian mau
ngasih martabak pesenan tante sama om. Diterima ya." Vano nyerahin
kresek yang isinya martabak. Kalau donat sama cupcakenya? Kayaknya buat
kita makan bareng deh. Haha.
+

"Wuih, Vano baik banget ya mah. Udah deh om restuin balikan sama Aelka.
Haha." Ujar papah sambil ngambil martabak dari tangan Vano.
+

"Iya, tante juga ngerestuin deh."
+

"Hahaha. Makasih ya tante." Aduh Vano juga, apa-apaan sih.
+

"Yaudah deh, tante sama om mau makan martabaknya dulu. Kalian sana main
kek, itu Vino katanya nungguin. Mau main game katanya." Ish! Kakak gue,
game mulu kerjaannnya. Setelah itu mamah langsung pergi entah kemana
bareng papah. Gue? Pastinya mau ganti baju dulu.

"Lo ke kamar Bang Vino dulu aja. Gue mau ganti baju."
"Ini donat sama cupcakenya gue bawa ya. Beres ganti baju langsung ke
kamar Bang Vino lo."

"Siap bos. Hahaha." Gue langsung lari ke kamar gue.
Gue seneng banget masih bisa deket gini sama Vano. Cuma dia yang bisa
ngertiin gue. Gak cuma dia sih, masih ada mamah, papah, sama Kak Vino.
Hahaha. I love you Van! I'll be waiting for you! Eaaaa. Hahaha.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience