BAB 3

Drama Completed 550

“MaafArini , kemarin aku nggak bisa datang. Aku benar-benar ada urusan penting, jadi tidak sempat mengabari mu. Apa kamu marah padaku?“
Aku hanya berdehum pelan sambil memampang senyum dihadapannya. Sebetulnya aku begitu kecewa atas kejadian kemarin. Tapi tak apalah, aku hanya ingin mengambil hikmah dari setiap kejadian.
“Oh iyaArini , sebenarnya ada suatu hal yang aku mau katakan padamu.” ucap Fadza dengan nada yang sedikit menaik dan memandang kosong batu-batuan yang tersusun rapi di sisi kiri taman ini.
“Apa itu?” tanyaku cepat
“Lusa, aku akan melangsungkan akad nikah.” jawab Fadza datar.
Aku lansung merunduk lemah setelah mendengar itu, seolah tak percaya akan kalimat yang baru ia ucap. Mimpi-mimpiku seakan hancur seketika. Sepenggal asa yang kupunya juga perlahan menjauhi harapku. Aku tidak mengerti, mengapa takdri harus berkata seperti ini. Sungguh berbanding terbalik dengan semua mimpi-mimpi yang telah ku ukir sempurna.
Tapi anehnya, aku sama sekali tak melihat wajah bahagianya yang biasa terpampang jika setiap orang akan melakukan suatu upacara yang sangat suci sehidup semati. Ya, pernikahan. Entah ini hanya pikirku atau memang benar adanya.

“Selamat ya Fadza l.” Ucapku begitu berat tanpa sedikitpun memandangnya.
“Kenapa kamu mengucapkan selamat padaku?” tanya Fadza yang sungguh aku tak mengerti apa maksud dari pertanyaan itu.
“Maksudnya?”
“Iya. Bukankah kamu memiliki rasa lebih denganku? Aku pun begitu,Arini . Aku benar-benar tidak tau, mengapa harus perjodohan ini yang menjadi pemisah cinta kita.” Fadza berkata begitu serius. Wajahnya pun bergurat dengan perasaan bingung bercampur cemas. Menyiratkan hatinya sedang gusar tak menentu.
Aku malah menatapnya bingung, mencuba mencerna setiap kata yang keluar dari bibirnya. Apa mungkin, Fadza masih menyimpan rasa yang 3 tahun lalu kutinggal pergi?
“Apa kamu..”
“Ya! Aku masih mencintaimu. Bahkan rasa ini tak berkurang sedikit pun dari perjalanan waktu yang telah memisahkan kita.”
Kata-kata ku yang sempat dipotong olehnya. Tapi, ia seakan menjadi peramal yang mampu mengetahui maksud dari pertanyaanku itu walau belum sempat ku ucapkan.
“Tapi Fadza l, kamu sudah dijodohkan dengan wanita lain yang mungkin lebih tepat untuk kamu dan hidupmu.”
“Tidak.” jawabnya begitu cepat hingga hampir memotong kata-kataku lagi. “Bagiku, kamulah yang paling tepat untukku dan hidupku,Arini .” lanjutnya
“ Fadza sudahlah. Hidup itu realita bukan khayalan. Mungkin ini cara Allah memberitahu kita bahwa sebenarnya kita.. tidak berjodoh.” ucapku pasrah dengan takdir yang sudah terlanjur membalikkan arah mimpi cintaku.
“Aisyah, mengapa kamu jadi begini? Buang semua pikiran negatif kamu. Apa kamu tidak melihat, bahwa ini suatu cuba an yang sengaja Allah berikan untuk menguji cinta kita?”
“Menguji dengan sebuah pernikahan yang begitu suci dan sakral?” tanyaku yang aku sendiripun tak tau, darimana kata-kata itu berasal.
Fadza tampak membisu, mungkin ia juga sedang mencerna kalimat yang tak sengaja kuucap tadi.
“TapiArini ..” kata-katanya terjegat kembali. Mungkin otaknya sedang berfikir keras untuk menemukan jawaban itu.
“Sudahlah Fadza l. Aku tak butuh jawaban itu. Tataplah kedepan. Lihatlah! Pasti disana akan ada cahaya yang menuntunmu menuju ruang kebahagiaan. Ikutilah perkataan orang tuamu. Ingatkah, jika ridho Allah bergantung pada ridho orang tua? Ya, itu jawaban dari penantianmu selama ini.” jelasku panjang lebar.
Entah kenapa aku bisa setegar itu mengucap semua nya pada Fadza l. Padahal, jauh di lubuk hatiku, di dalam mimpiku, aku begitu rapuh. Apakah aku munafik? Apa aku yang selalu bermimpi, kerana takut menghadapi realita yang ada? Ya Allah maafkan hambamu ini. Yang tak sanggup menjalani takdir yang telah kau tetapkan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience