BAB 4

Drama Completed 550

Hari ini dengan langkah yang begitu berat, aku sempatkan untuk datang ke acara akad nikah Fadza dan Nuraisha. Ya, namanya Nuraisha. Sesosok gadis yang kelak akan menjadi istri Fadza l. Namanya begitu indah. Begitupun ketika aku melihat foto yang ditunjukkan oleh Fadza l. Sosok yang tampaknya begitu sempurna. Terlebih kerana ia sudah menunaikan ibadah haji di usianya yang cukup belia. Ia pun sudah mempunyai pondok pesantren atas namanya sendiri. Hebat bukan? Tak salah lagi, orang tua Fadza memilih Nuraisha untuk menjadi pedamping hidup Fadza l.

Waktu berlalu begitu cepat, hingga aku tidak tau berapa lama waktu yang telah ku lalui dengan sia-sia. Menunggu seseorang yang akhirnya menjadi milik orang lain. Tapi apa daya, aku tidak bisa merubah takdir. Aku hanya bisa mengikhlaskan dia. Aku tau ya Allah, kau lah yang paling tau siapa jodoh yang terbaik untuk hamba. Ku serahkan jodohku hidup dan matiku hanya padaMu.

Detik jam terus berputar. Akupun telah duduk disini. Menyaksikan Fadza yang akan mempersunting wanita lain dan itu bukan aku. Aku harus ikhlas. Aku harus tegar.

Tiba-tiba ada suara handphone berdering. Tampaknya itu suara handphone milik Fadza l. Dengan sigap, Fadza mengangkat panggilan itu dengan suara lembutnya.

Aku tidak tau, apa yang baru ia bicarakan barusan. Yang aku tau, raut wajahnya berubah seketika. Seperti orang yang baru saja mendengar kabar buruk.

Dugaan ku pun tepat. Ya. Nuraisha mengalami kecelakaan ketika sedang melakukan perjalanan kesini. Aku ikut Fadza dan rombongannya untuk menjenguk Nuraisha di rumah sakit.

Baru kali ini aku melihat wajah Nuraisha untuk pertama kalinya. Tapi sayang, aku melihat wajahnya ketika nyawanya telah di ambil oleh sang maha kuasa. Aku tidak tau pasti kejadian sebenarnya. Aku hanya tau, ia mengalami pendarahan besar diotaknya yang mengakibatkan nyawanya tak dapat di tolong kembali.

Semua orang yang ada disini telah larut dalam kesedihan. Bagaimana tidak? Ia meninggal ketika hendak melangsungkan pernikahan. Dan pernikahan itu sendiri adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat manusia kerana hanya diakukan sekali seumur hidup. Begitu suci, dan salah satu sunnah nabi.
Tapi, lagi-lagi ini telah menjadi garis takdirNya. Manusia tidak dapat merubah, manusia hanya bisa menerimanya dengan hati yang ikhlas.

Wajah Fadza pun terlihat begitu cemas dan lelah. Mungkin ia masih belum bisa menerima kepergian calon istrinya itu.
Aku mencuba menghampiri Fadza l. “Sabar ya Fadza l. Di setiap kejadian pasti ada hikmahnya.” ucapku
“Iya,Arini . Aku tau, di balik kepedihan pasti ada kebahagiaan yang terkandung didalamnya. Yang aku tak mengerti, mengapa takdir harus mengalihkan jalan cintaku untuk yang kedua kalinya.” balasnya masih dengan wajah tirusnya
“Fadza l, kamu tidak boleh berburuk sangka sama Allah. Kamu harus yakin, bahwa Allah telah menyusun rencana yang paling indah untukmu.”
“Ya aku yakin. TerimakasihArini , telah meyakinkanku.” Ucap Fadza dengan senyum yang ia lempar dengan hangat.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience