BAB 4

Drama Completed 317

Memasuki bulan November hujan lebih sering datang. Kembali lagi berkutat dengan sekelumit pekerjaan. Untunglah hari ini tidak terlalu banyak yang dikerjakan jadi sisa waktu yang ada lebih banyak dihabiskan di kedai seperti saat ini, sibuk memandangi orang-orang lewat jendela dengan langkah cepat menghindari bulir-bulir hujan yang semakin cepat datangnya dan semakin deras. Aku mulai meneguk kopiku lagi dan mulai asyik kembali memerhatikan mereka yang sibuk berlarian dan berteduh.

Hujan sejak sejam lalu belum menunjukkan tanda-tanda akan reda. Ini sudah cukup lama bagiku sekali-kali biarlah bermain hujan aku mulai mengambil tasku dan membayar pesananku dan pulang. Saat membuka pintu kedai, hawa dingin menerpa wajah dan badanku, kurapatkan jaketku dan merapikan kerudungku yang berkibar kerana angin yang cukup kuat.

Saat aku melangkahkan kakiku untuk menuju ke jalan, tiba-tiba seorang perempuan berjalan ke arahku dengan berlari-lari dengan maksud untuk mencari tempat berteduh, tetapi tidak sengaja menyerempet bahuku. Aku yang tidak siap kehilangan keseimbangan dan jatuh. Jangan tanya seperti apa sakitnya kerana yang aku rasakan duluan adalah malunya jatuh di jalan di tengah hujan dengan bonus tatapan dari orang-orang.

Tetapi anehnya aku tidak merasakan hujan membasahiku, saat kudongakkan kepalaku ada seorang pria yang memayungiku dan membiarkan dirinya kehujanan. Aku terkejut kerana dia tidak menawariku pertolongan untuk berdiri tetapi hanya melindungiku dari hujan dengan menggunakan satu payung dan membiarkan dirinya ditempa air hujan. Dengan sisa-sisa tenagaku, aku berdiri dengan kikuk tidak berani menatapnya. Sekilas kulihat ia menundukkan kepalanya juga tidak berani melihatku dan hanya menyuruhku memegang payungnya. Dengan cepat payung itu sudah beralih ke tanganku.

Dan dia hanya mengenakan jaket dan menggunakan tudungnya sesaat dan dia meninggalkanku begitu saja. Aku tidak sempat melihat wajahnya kerana terhalang oleh tudung jaketnya dan aku tak sempat berterima kasih padanya. Tubuhnya yang tinggi berbaur dengan orang-orang yang lain.

Aku mulai memikirkan pria itu saat jalan pulang ke rumah sampai aku tiba di rumah, sempat terlintas perkataan ayah berulang-ulang tentang datangnya pria yang menjagaku meski tidak tahu apa yang terbaik, apa dia orangnya?, aku mengusap wajahku sejak kapan aku percaya pada lelucon Ayah.

Aku ingin sekali memberi tahu ayah tetapi kuurungkan niatku. mungkin ayah akan heboh dan mengejekku habis-habisan, biarlah aku membicarakannya nanti jika waktunya memungkinkan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience