BAB 5

Drama Completed 317

Setiap ada waktu, aku menyempatkan diriku ke kedai itu sekedar memastikan dia akan lewat untuk ke sekian kalinya tetapi ia tak pernah datang, ia tak pernah muncul meski hanya sekelebat bayangan saja. Begitu banyak pertanyaan yang ada dikepalaku mulai dari dimana tempat tinggalnya, dimana aku bisa bertemu dengannya, bagaimana caranya berterima kasih padanya. Dan semua pertanyaan itu menguap begitu saja dengan adanya senja dikaki langit. Aku tak berhasil menemuinya kali ini.

Ini upayaku ke sekian kalinya datang ke kedai yang sama, memesan kopi dan menunggunya. Mungkin tindakanku ini patut diacungi jempol kerana aku yang buta informasi akan dirinya tetap nekat menunggunya. Aku melirik sebentar pada jam yang sudah menunjukkan pukul 4 seketika aku beralih mengedarkan pandanganku keluar lewat jendela kedai tersenyum sebentar melihat awan berkumpul dengan pekat sebentar lagi akan hujan menurutku. Dan perkiraanku tidak meleset mula-mula hanya rintik kecil yang semakin deras disertai angin yang berembus cukup kencang, aku menunggu di luar kedai agar bisa melihatnya dengan jelas saat dia akan datang. Tetapi ia tak datang kakiku mulai kram berdiri di antara deru hujan, bosan aku mulai menebak apa kali ini kau tak akan datang lagi?.

Ide itu tiba-tiba melintas begitu saja, tidak buruk tetapi layak dicoba aku melangkahkan kakiku berdiri di antara hujan membiarkan diriku kehujanan, tidak memedulikan bisik-bisik tetangga dari beberapa orang yang melihat tingkah ganjilku.

Aku mulai kedinginan, separuh dari bajuku basah tetapi aku tetap menunggunya, saat aku melihat ke bawah aku merasakan hujan tidak lagi membasahiku. Aku tersenyum dan mengangkat kepalaku dia datang memayungiku dan membiarkan dirinya sendiri kehujanan hanya dibungkus oleh jaket kulit (lagi).

Aku tertawa melihatnya dan dia hanya menatapku dengan pandangan datarnya dan menundukkan pandangannya, beberapa tetes air hujan membasahi anak-anak rambutnya dan wajahnya

“Terimakasih untuk datang” kataku mengeraskan suara mengimbangi deru hujan. Dia hanya mengangguk sebentar dan mengangkat wajahnya kemudian

“Jangan menungguku, kerana soal waktu saja aku pasti menemuimu” akhirnya dia bicara suara yang begitu berat dari lelaki minim ekspresi sepertinya.

“Aku percaya tapi aku ingin menemuimu setiap saat bukan hanya saat hujan datang saja tapi di setiap musim yang ditawarkan oleh semesta”. Aku menghela nafasku yang disesaki kebahagiaan melanjutkan lagi perkataanku, “Mukamu memerah, kau baik-baik saja?”. Aku mencoba menggodanya dan tertawa melihatnya mengusap tengkuknya salah tingkah dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat sebagai balasan dan semakin erat memegang payungnya untuk bisa tetap memayungiku dan membiarkan dirinya tetap basah terkena air hujan.

Kau benar ayah akan datangnya pria dengan caranya sendiri, Aku menyukainya lewat pertemuan pertama dan jatuh hati pada pertemuan kedua semoga dia adalah lelaki dalam ramalanmu ya, semoga….

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience