BAB 2

Drama Completed 317

“Kau akan segera menemukan pria itu, dia akan datang dengan caranya sendiri tak pernah merasa lebih. Menjagamu meski tidak tahu apa yang terbaik untukmu, sederhana bukan? Untukmu yang tak pernah menyukai takaran melodramatis” terkekeh-keh ayahku mengatakannya di tengah kesunyian yang menyergap selang beberapa menit.

Aku mendengus pada ayahku meski akhirnya diikuti rentetan tawa juga tiap kali duduk berbincang ia tak pernah lupa untuk mengatakannya padaku, rasanya seperti mendengar rekaman yang terus terulang.

“Jangan bahas itu terus yah, kau tahu aku hanya menganggap itu lelucon saja mana ada lelaki bersama wanita sepertiku yang bersifat Singa gunung”.

“Sebenarnya kau mencari lelaki seperti apa? jangan harap kau akan menemukan lelaki sepertiku kerana aku adalah stok terbatas yang hanya dimiliki oleh ibumu seorang, lagi pula jika ayah perhatikan ibumu sepertinya penyakitnya mulai kambuh untuk menjodohkanmu lagi” kata ayah setengah mengejek

Aku memutarkan bola mataku sejenak. Untunglah ibuku tidak mendengar suara kami di teras depan rumah, sibuk membuat kudapan. Teman kopi kami sebelum bergabung bersama kami.

“Siapa yang hilang, kenapa aku harus mencari seseorang?” kilahku membalas ejekan ayahku.

Ayah hanya tertawa mendengar perkataanku, mengedikkan bahu dan menimpali, “Tunggu saja, tidak akan lama pria itu akan datang sebelum insiden memalukan kedua akan terjadi lagi”. Dengan memasang mimik muka serius yang dibuat-buat.

Wajahku merah padam mendengar ayahku menyebut insiden memalukan yang akan terjadi. Mengingatkanku kejadian sebulan lalu saat ibu sibuk mengingatkanku untuk pulang lebih awal dari pekerjaan. Menyuruhku untuk berdandan dan ini itu yang membuatku pusing. Ternyata maksud dan tujuan ibuku yang terselubung adalah menyuruhku mempersiapkan banyak hal kerana ibu mengundang salah satu teman ibu bersama anaknya ke rumah untuk menjodohkanku. Bagiku hal ini tidak mengejutkan kerana sebelumnya ibuku juga sudah melakukan ini.

Jadilah waktu itu kami makan bersama diselingi pembicaraan meskipun yang paling banyak bicara adalah ibuku, berulang kali ibuku menyikut lenganku agar ikut berbicara tetapi aku hanya lebih banyak melongo dan tertawa saja ibuku mulai kesal dan akhirnya membiarkanku.

Sejam, aku masih bertahan, dua jam aku mulai gatal-gatal dan rasa rimas lebih-lebih lagi anak dari temannya ibuku seakan-akan membanggakan dirinya yang menyatakan dia kononnya belajar di university ternama , siap gebang bakal confirm 100% dapat kerja dan gaji yang lumayan. Dia tidak berhenti bercoletah aku mulai bosan dengan sikap ibunya yang juga ikut mempromosikannya. Aku menoleh pada ayahku dan mencuit kakinya dengan sengaja agar membantuku untuk keluar dari scenario yang tak ubah macam filem horror ini.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience