4

Romance Series 488

Keysha sudah bersiap-siap. Padahal waktu di jam dinding rumahnya masih menunjukkan jam setengah enam. Penampilannya hari ini dan dua hari seterusnya akan terasa aneh di mata Keysha sendiri.

Pita-pita warna ungu yang telah dibentuk berbagai macam bentuk sudah tertempel apik di jelbab Keysha. Di lehernya tergantung kalung yang terbuat dari permen rasa stroberry. Di bahu kanannya sudah ada tas yang terbuat dari kardus dan dihias dengan kertas kado. Terakhir adalah kaos kaki Keysha yang berbeda warna. Kanan warna merah dan kiri warna putih.

Keysha benar-benar tidak suka berpenampilan begini. Baginya, atribut yang sekarang dikenakannya hanya akan membuatnya malu.

"Yakin jam sekarang berangkatnya?" tanya Reza pada putrinya.

Keysha langsung mengangguk. Lebih cepat berangkat akan jadi lebih baik. Dia tidak ingin menjadi sorotan ketika di sekolah nanti gara-gara penampilannya ini.

"Baiklah kalau itu yang sayang mau," ucap Reza sambil mengambil kunci mobil dan bergegas keluar rumah.

Keysha bersalaman pada umminya. Kemudian juga bergegas menyusul abinya yang sudah di luar.

Mobil sudah meluncur keluar area kompleks. Keysha benar-benar deg-degan dan duduk gelisah di dalam mobil. Abinya yang menyadari itu hanya bisa memasang senyum kemudian memberi semangat pada putrinya.

"Yakinlah, semua akan baik-baik saja," ucap abi Keysha.

Mendengar ucapan abinya membuat Keysha sedikit lega. Tapi ada hal yang mengganggunya sejak kemarin.

Apa nanti aku akan punya teman?

Bisakah aku beradaptasi dengan cepat?

Dua hal itulah yang sangat mengganggunya.

Mobil sudah berhenti di depan gerbang sekolah Keysha. Setelah bersalaman dengan abi, Keysha melangkah pelan memasuki gerbang SMA Adellia.

Bismillah.

Seandainya saja hanya Keysha yang berpenampilan seperti ini, sudah pasti ia akan benar-benar malu. Tapi untungnya ini waktu MOS, dan masih banyak yang lain juga bernampilan sepertinya.

Kemarin, Keysha sudah menyempatkan diri ke sekolah untuk melihat-lihat ruangan serta fasilitas dan hal lainnya di SMA Adellia. Jadi, sekarang Keysha tidak perlu pusing lagi mencari ruangan kelas untuk murid baru sementara.

Keysha masuk ke salah satu kelas beriringan dengan murid baru lainnya. Sudah cukup banyak yang datang, padahal ini masih terlalu pagi.

"Isi absen yang ada di meja depan," ucap seoang kakak kelas yang berada di ruangan. Sepertinya ia bertugas mengawasi murid baru.

7. Keysha Aqila Putri

Absen sudah ia isi. Tinggal menunggu apa yang harus mereka lakukan berikutnya. Dengan langkah pelan sambil menundukkan wajah, Keysha berjalan ke arah meja barisan kedua dari depan. Ia lebih memilih di paling pinggir dekat dinding daripada di bagian tengah. Walaupun ia tahu ini bukan tempat duduk yang sebenarnya.

Salah satu sifat Keysha adalah tidak bisa akrab dengan orang lain kecuali orang itu yang memulainya. Jadi sudah dipastikan ia akan berdiam diri di tempat sampai ada orang yang mengajaknya kenalan atau tidak sama sekali.

Kelas semakin terisi dengan siswa yang berpenampilan sama. Kemudian dua orang kakak kelas masuk menuju meja depan diiringi satu kakak kelas yang tadi. Jadi jumlah kakak kelas yang ada di ruangan sekarang ada tiga. Dua cowok dan satu cewek.

"Sebelum memulai acara MOS hari ini, perkenalkan dulu kami dari OSIS. Nama saya Rifani menjabat sebagai ketua. Di sisi kanan saya Dimas sebagai wakil dan di sisi kiri saya Thalia sebagai sekretaris."

Rifani mulai mengecek nama yang tertera di absen satu persatu. Kemudian dilihatnya ada satu kolom nama yang kosong.

"Siapa yang tidak hadir?" tanyanya suara lantang. Menatap siswa baru satu persatu sambil menghitungnya.

"Siswa baru tahun ini ada 35 orang dan semuanya sudah hadir. Jadi, siapa yang belum mengisi absen di sini?" tanya Rifani seraya mengangkat tinggi kertas absen yang hanya terisi 34 dari 35 siswa.

Semuanya diam. Saling menatap satu sama lain. Kemudian salah seorang cowok berdiri dari tempatnya dan maju ke depan.

"Kenapa tidak diisi? Bukankah tadi saya bilang isi absen dulu sebelum duduk?" Dimas menatap cowok yang maju itu dari atas sampai bawah.

"Saya lupa," jawab cowok itu dengan tenangnya.

"Nama kamu siapa?" Thalia ikut berbicara.

"Panggil saja Raka."

"Dia nanya nama lengkap kamu!" Dimas sedikit membentak.

"Cukup panggil itu saja."

Jawaban Raka membuat Dimas mau tidak mau harus menahan emosi yang sudah meluap sampai ke ujung kepala. Sekali lagi, Dimas menatap Raka berharap ia bisa menyalurkan emosinya ini jika ia menemukan kesalahan dari penampilan Raka.

Dapat!

Dimas segera mendekat ke arah Raka dengan tatapan sangar. Rifani hanya diam menyaksikan. Sementara Thalia sepertinya tahu apa yang diincar Dimas.

"Apa ini?" Dimas menarik kalung yang terpasang di leher Raka dengan paksa. Membuatnya putus dan permennya berjatuhan ke lantai.

"Permen," jawab Raka kemudian menguap begitu saja di depan Dimas tanpa merasa bersalah.

"Saya tau ini permen." Emosi Dimas mulai meledak. "Bukankah sudah tertulis kalau cowok harus permen rasa cokelat, bukan kopi. Kamu kira saya bisa dibodohi hanya karena warna bungkusannya mirip. Tidak akan!"

Mata Dimas kemudian beralih ke siswa yang sedang duduk. "Siapa yang merasa salah harap segera maju sebelum kami yang memeriksa dengan paksa."

Tidak ada sahutan. Dimas menganggapnya semua yang duduk sudah melakukan yang semestinya.

"Kamu," ucap Dimas seraya menunjuk Raka. "Keliling lapangan dan jangan berhenti sebelum kami ke sana."

Raka hanya diam. Melangkah pelan menuju meja untuk mengambil tasnya, kemudian beranjak keluar kelas tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Kejam kamu Dim," ucap Thalia.

"Biar mereka tahu kalau aturan harus dipatuhi, bukan dilanggar."

Setelah itu kegiatan di kelas berjalan dengan lancar. Hanya perkenalan satu persatu dan maju ke depan.

***TBC***

?(???)?

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience