Rate

bab 5

Romance Series 1303

Pulang sekolah...

Yanyan menunggu diluar gerbang sekolah bersama dengan Chen. Mereka menyenderkan bahu kecilnya disuatu dinding bermotif gambar anak-anak.

Chen merasa sangat bosan menunggu sang maminya untuk menjemput lebih awal, ia bahkan mengharapkan bahwa janji yang maminya katakan harus terlaksanakan pada hari itu juga.

"Yanyan, kenapa mami lama sekali?" tanya Chen menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Entah," ucap Yanyan mengangkat kedua tangan, wajahnya mengekspresikan ketidaktahuannya.

Mereka mondar-mandir didepan pintu gerbang, semua teman sekolahnya satu persatu sudah dijemput oleh kedua orang tuanya. Yanyan yang melihat, pun sebenarnya iri terhadap mereka tapi dengan adanya mami disampingnya menurutnya sudah cukup.

"Yanyan, apakah kau tidak merindukan Ayah?" tanyanya lagi sembari memainkan jari, wajahnya sedikit sedih.

"Kau jangan bertanya soal Ayah lagi Chen, dasar cengeng."

"Katakan bahwa aku adalah kakakmu, sembarangan memanggil saja. Kuadukan itu dengan mami supaya kau dihukum membersihkan kamar mandi," teriak Chen kesal.

"Adukan saja, aku sudah terbiasa."

Yanyan menjawab santai, seolah-olah dirinya tidak memerlukan sang Ayah. Tetapi didalam hati Yanyan tersimpan rasa penasaran, siapakah Ayah mereka dan bagaimana maminya membesarkan mereka berdua dengan sebatang kara.

Saat bulan lalu, maminya pernah bercerita tentang tante Binta. Dia telah mengurus maminya saat sekolah dan kuliahnya, tapi karena mami telah hamil mereka, iapun merantau di Cina untuk membesarkan mereka.

Sebenarnya Chen juga ingin menyelidiki siapa Ayahnya, tapi Yanyan selalu menekannya untuk tidak melakukan apa-apa sebagai anak kecil yang menggemaskan.

Tiba-tiba bus berwarna biru tua berhenti dihalte. Hampir setengah orang dari bus tersebut turun secara bergantian. Chen menatap semua orang yang turun dari bus tersebut, berharap bahwa sang mami keluar dari bus itu.

Satu dua tiga orang keluar, ternyata tidak ada orang yang Chen kenal. Seketika wajahnya kembali datar yang tadinya sedikit senang.

"Whoaa, Chen lihat! Itu Mama," teriak Yanyan seru.

"Benarkah?" tanya Chen menoleh.

Sosok wanita menggunakan rok mini tertulis Channel, dan baju musim semi pun terlihat anggun saat digunakan oleh Liha Lee, sahabat sekaligus patner Zie Thien. Ia pun selalu dipanggil "Mama" oleh kedua anak kembar itu.

"Mama, dimana Mami? Apakah dia lupa lagi?" tanya Chen memasang wajah berbinar sedikit kecewa.

"Ahh, anakku sayang. Mami sedang sibuk dikantor. Dia menyuruhku untuk menjemput kalian sekaligus mengajak kalian ditaman dekat sekolah kalian, bagaimana?" ujarnya memeluk sembari membelai rambut mereka.

Yanyan memasang wajah kesal, tangannya pun mengepal erat. Mami tidak pernah memenuhi permintaan mereka, selalu saja alasan dari kantor. Chen pun memasang wajah sedih, ia tidak bertanya lagi soal maminya.

Liha Lee kebingungan untuk menghibur mereka berdua, terlihat diwajah mereka tidak pantas memenuhi kesedihannya. Liha Lee mulai berpikir untuk menghibur mereka agar tidak sedih lagi.

"Ah, bagaimana klo kita pergi menemui Mami kalian? Setuju!" seru Liha Lee tersenyum.

"Baiklah, asyiikk ..." teriak gembira mereka langsung memeluk Liha dengan sangat senang.

Liha akhirnya memberhentikan sebuah taxi yang sedang berjalan melintas didepan mereka. Tanpa ragu taxi tersebut langsung berhenti. Mereka masuk kedalam taxi dan pergi ke tempat kerja maminya.

Yanyan memikirkan sesuatu hal agar maminya terus bersama mereka. Yanyan membisikan sesuatu kepada Chen, mereka merencanakan suatu yang akan membuat maminya terus bersama mereka.

Liha Lee tidak memperhatikan mereka, ia terus bermain dengan ponselnya sekaligus mengabarkan kepada Zie Thien bahwa anak kembarnya akan berkunjung ke kantor pada hari ini juga.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience