Rate

bab 6

Romance Series 1303

Setelah tiba dikantor Zie Thien. Liha Lee menghubungi terlebih dahulu agar mudah masuk kedalam yang dijaga oleh kedua satpam berpakaian hitam tersebut.

Supaya tidak ada keributan Liha Lee selalu meminta izin kepada Zie Thien, sedangkan kedua Twins tersebut masih merengek untuk cepat masuk kedalam kantor sang mami. Mereka saling bersautan untuk meminta persetujuan dari Liha Lee.

"Mama, kenapa menunggu begitu lama?" tanya Yanyan memegang tangan Liha Lee.

"Iya, aku sudah tidak sabar memberikan kejutan pada mami ..." lanjut Chen tertegun.

"Beby Twins, kenapa kalian kemari?" teriak seorang paruh baya berlari menuju mereka.

Zie Thien ternyata menyusul mereka yang masih memegang berkas dokumen. Liha Lee sedikit tidak paham dengannya, begitu antusias mendengar anaknya datang berkunjung langsung keluar begitu saja.

"Zie, bukankah kau bilang sedang ada rapat?" tanya Liha Lee curiga.

"Bagaimana bisa aku diam disana sedangkan Twinsku ada di sini?" tanya balik Zie.

"Ow, oke. Kalau begitu apakah kau bisa pulang cepat hari ini."

Mereka mengobrol panjang lebar tanpa memperhatikan kedua anak kembarnya, Zie Yanyan dan Zie Chen menyelinap pergi memasuki kantor Zie Thien dengan diam-diam. Mereka melaksanakan drama yang bakal terjadi hari ini.

Chen berlari memasuki lift ke lantai 3, sedangkan Yanyan pergi ke lantai yang paling atas. Mereka tidak tahu bahwa kedatangan mereka justru mengundang perhatian para karyawan dan karyawati disana.

Semua menatap kedua anak tersebut ketika didalam lift. Ada lima karyawan yang masing-masing membawa dokumen pentingnya. Namun, mereka selalu mengarahkan pandangannya ke arah dua anak kembar itu.

"Anak siapa ini? Ganteng dan manis sekali," kata salah satu karyawan memuji.

"Paman, bolehkah aku bertanya?" ujar Chen mendongakkan kepalanya.

Chen memasang wajah yang manis sehingga para karyawan itu merasa seperti terpanah dengan busur yang sangat suci. Mereka mengangguk sembari tersenyum manis.

"Dimana ruang direktur?" ujar Chen tersenyum.

"Ruang direktur ada dilantai yang paling atas, kau bisa kesana jika kau ingin pergi. Aku akan membantumu menekan tombol liftnya," katanya dengan lembut.

"Paman, kau baik sekali ..." ucap Chen tersenyum senang.

Yanyan justru hanya terdiam sembari menatap angka yang ada di atas pintu liftnya. Ketika pintu left terbuka, Chen langsung berlari menuju ruangan sekretaris. Yanyan masih didalam lift, ia hanya menatap Chen begitu senangnya untuk mencoba rencana yang tidak tau akan berhasil tidaknya.

"Hei, kenapa kau masih disini? Bukankah kau harus selalu bersama anak kembar?" tanya karyawan berjongkok sembari tersenyum,

Yanyan justru membalas tatapan dingin dan acuh tak acuh kepadanya. Karyawan itu seketika tertegun kaget, ekspresi Yanyan jauh berbeda dengan Chen bermulut manis. Bahkan diantara mereka bingung, siapa diantara kedua anak kembar itu yang paling tua darinya.

"Mereka kembar, manis dan juga memiliki wajah yang cocok untuk menjadi model. Tapi sikap mereka jauh berbeda dari apa yang kubayangkan," bisik salah satu karyawan berbicara dengan karyawan lainnya.

"Aha, Om. Sudah menua tapi bergosip itu tidak baik untuk kesehatan lho ..." sindir Yanyan melirik tajam.

Pintu lift terbuka, mereka tiba-tiba langsung bubar dan keluar begitu saja. Sedangkan Yanyan butuh bantuan untuk menekan tombol lift keatas, diapun terkejut. Tidak ada yang mau menolongnya untuk pergi ke lantai paling atas.

Dewi keberuntungan ada dipihaknya, seketika pria memakai baju jas berwarna hitam yang begitu rapih, wajahnya cukup lumayan itu membuat Yanyan harus berakting untuk meminta bantuannya.

Yanyan sebenarnya enggan untuk mengucapkan kata manis seperti Chen, tapi demi rencananya untuk sang mami Yanyan harus melakukannya.

Pria itu menatap Yanyan dengan lembut, Yanyan hanya bisa memasang wajah manis dengan senyuman paksa.

"Anak muda, bagaimana kau ada dikantor ini? Disini bukan taman bermain," ujar pria itu tersenyum sindir.

"Om, aku ingin pergi mengunjungi pamanku dilantai atas. Bolehkah aku ..." ucap Yanyan terpotong.

"Boleh, aku juga akan kesana."

Jawab pria itu tanpa berpikir dua kali untuk menyetujui permintaan Yanyan, tapi pria itu merasa bahwa anak itu sangat familiar wajahnya. Ia seperti merasa bahwa anak itu pernah akrab bersamanya. Aku merasa ada yang aneh dengan anak kecil ini, siapa dia dan siapa yang berani membawa anaknya ke kantor ini? Gumam pria itu memandang Yanyan.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience