Episode 1 - Awal

Drama Series 747

"Ayo!! Ayo!! Ayo!!"

Teriakan siswa yang menonton perkelahian satu lawan satu itu menjadi tontonan yang sangat mengasyikan ketika istirsahat sedang berlangsung.

Semua siswayang berada di dalam kelas hanya menonton perkelahian tersebut , karena takut tidak yang berani memisahkan mereka berdua.

Suasana didalam kelas sangat ricuh kacau balau. Hal ini mengganggu siswi - siswi yang mendengar teriakan - teriakan dari mereka - meraka, sehingga salah cewek yang berada didalam kelas beranjak berdiri lalu pergi meninggalkan kelasnya.

Mereka berdua terus memukul saling bergantian sampai ada yang terdorong kearah meja dan terjatuh lalu dipukul bertubi - tubi kemudia bangkit lalu gantian memukul, darah mereka berdua keluar dari bibir dan hidung.

Setelah beberapa saat ,cewek yang tadi bergi meninggal kelasnya kini kembali dengan membawa seorang guru.

Guru tersebut sudah memegang tongkat bisbol ,mungkin itu untuk berjaga - jaga.

"Hentikan !"

Suara laki - laki yang begitu keras seakan menghentikan waktu didalam ruangan.

Guru tersebut menodongkan dan mengatakan

"Ikut aku kekantor. CEPAT!!"

Setelah ketiga orang tersebut meninggalkan kelas, suasana didalam kelas tiba - tiba menjadi hening dalam waktu yang cukup lama.

***

"Apa kalian masih anak - anak ? Atau kalian memang ingin menantangku? HAH!!"

Mereka berdua menjadi soroton bagi guru - guru yang berada di dalam kantor.

"Gilang.... Arta.... Kenapa kalian... Ck.. Apa yang ingin kalian lakukan sih"

Guru itu menggaruk - garuk kepalanya dengan begitu kasar dan berjalan bolak balik didepan mejanya sendiri. Dia terus menatap kedua muridnya yang di wajahnya ada bekas luka adu jotos.

"Ck... Aku hanya membalasnya..."

Gilang tersentak kaget karena ucapan yang tadi belum selesai langsut dibentak gurunya. Ia baru pertama kali melihat wali kelas itu marah sampai sebegitunya.

"Hei Arta...apa karena ayahmu pemilik perusahaan terkenal didaerah ini, kau berlaku seenaknya saja. Hah !"

Arta terdiam terpaku mendengar ucapan dari gurunya, seolah - olah itu adalah tamparan yang telak baginya. Ia merasa seperti bersembunyi dibalik nama ayahnya.

"Tidak pak...."

"Kau akan kupindahkan. Tenang saja ayahmu mempercayakan kamu ke aku sepenuhnya untuk mendidikmu, jadi aku akan memindahkanmu. Sebelumnya aku sudah bilang masalah ini ke ayahmu jadi, ayahmu pasti setuju dengan pendapatku"

"...."

Arta terdiam dan berusaha mencerna kata - kata itu.

"Kembali ke kelas dan ikuti pelakaran sampai selesai"

"Baik pak"

***

Sore hari setelah pulang,

Bis berhenti depan halte.
Arta segera naik ke dalam bis dan....

"Bayar... "

Arta mengambil dompet yang berada disaku celananya tapi tidak ada dia mencarinya sampai - membuka tasnya.

"Ck.. Dimana ya.."

"..."

"Maaf ya pak tolong tunggu sebentar...perasaan aku menaruh dompetku disini"

"Ini pak. Dua, aku dengan dia"

"Ah.. Terimakasih...... Heh?"

Arta kebingungan karena tiba ada ada perempuan yang membayarkannya padahal dia belum mengenalnya sama sekali.

Perempuan yang barusan itu memberikan uang kepada supir ,lalu berjalan mendahului Arta yang berdiri kebingungan. Setelah dia duduk didekat jendela, Arta juga duduk di dekat jendela tapi berbeda sisi kemudia dia melemparkan HPnya ke perempuan tersebut lalu berkata

"Tulis nomermu, aku ingin berterimaksih kepadamu"

"Huh?"

"Aku mohon, tulis nomermu di hp ingin berterimakasih pada"

"Tapi aku hanya ingin memban.."

"Aku tidak ingin berhutang budi kepada seseorang yang belum aku kenal"

Dengan pasrah perempuan tersebut akhirnya menuliskan nomer HPnya dan memberikan HP tersebut kepada Arta ,tapi saat dia memberikan HP dia menatap bibir laki - laki itu kemudian berpikir kalu itu seperti luka bekas pukulan atau sejenisnya.

Setelah sekitar 10 menit mereka diam di dalam bis. Bis yang mereka naiki berhenti di halte.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience