BAB 4

Drama Completed 113

Keesokan harinya semangat Kasman kembali memuncak. Dengan menggebu-gebu ia sangat bersemangat memasuki kelas yang berbeza. Berharap keberadaannya di kelas kali ini akan diterima dengan baik.

“Selamat pagi anak-anak.” Ucap Kasman saat sudah berada di dalam kelas.

Hening. Semua tatap mata justru teralih pada layar sebuah benda yang ada pada genggaman mereka. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang tertawa-tawa kecil entah kerana apa. Kehadiran Kasman seperti antara ada dan tiada di kelas ini. Semua penghuni kelas sibuk memainkan ponsel cerdas masing-masing. Tidak ada sahutan salam singkat satu pun di antara mereka. Mereka benar-benar menjadi pekak !

“Selamat pagi anak-anak!” ulang Kasman . Kali ini dengan suara yang lebih lantang disertai dengan gebrakan meja kerana ia merasa sangat kesal.

Dan berhasil. Perhatian mereka kini teralihkan dari layar ponsel. Berganti memandangi Kasman dengan tatapan aneh sekaligus marah. Lalu salah seorang dari mereka beranjak dari kursi dan berdiri tegap menghadap Kasman . Tanpa ada keraguan sedikitpun yang terpapar pada raut pelajar itu.

“Kenapa bapak harus menggebrak meja? Tidak bisakah bapak berbicara lebih sopan?” celetuknya tanpa dosa.

Kasman terhenyak. Bukan kerana keberanian pelajar itu dalam berbicara, melainkan kerana isi pembicaraannya yang bernada protes dan tak ragu untuk memerintah seorang guru agar berbicara lebih sopan. Siapa yang salah sebenarnya? Pikir Kasman tanpa habis pikir.

“Kami bisa saja melaporkan bapak ke pengetua kerana sudah mencontohkan sikap kurang baik kepada kami, dengan menggebrak meja.” pelajar yang lain menyusul protes. Kali ini justru lebih pedas.

“Ya, betul. Kami akan melaporkan bapak!”

Lalu seorang pelajar berlari keluar kelas. Kasman hanya tidak menduga mereka benar-benar akan melaporkan tindakannya kepada pengetua . Seberani dan setidak beretikanya-kah para tuna wicara di sini? Pikir Kasman .

Dan beberapa minit setelah pelajar pelapor tadi kembali ke kelas. Dengan memasang wajah penuh kemenangan ia berkata,

“Pak pengetua memanggil Bapak ke ruangan.”

Entah apa yang dipaparkan olehnya ketika berada di ruang pengetua . Yang pasti sesuatu yang buruk akan terjadi kepada Kasman . Senario seperti dipecat atau digantung dari bertugas sudah pun bermain-main di fikirannnya.

“Terima kasih atas sikap kalian yang sama sekali tidak mencerminkan sebagai seorang pelajar!” lalu Kasman bergegas menuju ruang pengetua . Dia ingin tahu dengan keputusan apa yang diambil oleh si Kepsek.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience