Part -2

Romance Series 1187

Mimpi, Mimpiku cukup sama dengan anak anak seusiaku.
Punya kekasih, menikah dan merasakan bagaimana indahnya merawat anak.

Tapi, bagian dari mimpiku terlebih seperti harapan. Aku berharap agar semua itu akan menjadi kenyataan.

Obat.

Terapi Biologi.

Apapun hal untuk mewujudkan mimpiku sudah ku lakukan.

Kalian tau bagaimana rasanya jadi diriku?

Raisya

Melihat anak kecil itu tertawa membuatku seakan hidupku akan bertahan lama.

Persetan dengan berbagai macam keputusan dokter.
Aku tak percaya dengan Dokter. Apapun perkataan mereka tentang hidupku, Tentang bagaimana mereka memvonis hidupku.

"Almeera?"

Kepalaku mendongkak dengan reflek ketika suara berat milik suster yang selalu menjadi teman ku selama 4 tahun belakangan ini. Dia sudah seperti kakak bagiku. terdengar bergema. Dengan senyum musim seminya ia mendekat, gerakannya lambat tapi perlahan ia mengambil posisi di sampingku.

"Sedang apa?" Suaranya yang lembut membuatku meringis, ia tak pernah berkata selembut ini.

"Seperti yang kamu lihat"

"Aku hanya melihatmu melamun di jendela" ia mengusap puncak kepalaku dengan lembut, lagi. Sejak saat itu semua orang terlihat prihatin kepadaku, itu membuatku seakan menyedihkan.

"Aku sedang membayangkan"

"Apa yang kamu bayangkan?"

Aku memutar bola mataku, ia selalu ingin tahu apa yang ku perbuat meski itu bukan urusannya.

"Apapun"

Jemariku mengapai ujung jendela, Angin malam berhembus dengan kencang. Malam ini penuh bintang tetapi
angin malam yang menusuk ini memaksaku untuk segera masuk.

Seseorang mengapai bahuku, menuntunku ke ujung kasur. Menyedihkan.

Kau menyedihkan Almeera

Hal yang menyedihkan dalah hidupku adalah menyadari betapa aku bergantung kepada orang lain tanpa pernah bisa hidup mandiri.

Langit langit kamarku membuatku berfikir dengan tenang. Seakan ada deru ombak di atas sana, membuatku jatuh. Dan seakan ada kayu yang terbakar di hadapanku. Bagaimanapun hal itu membunuhku secara perlahan. Ketika aku jatuh ke dalam laut itu, aku tak akan bisa berafas dan ketika aku terbakar bersama kayu itu, aku akan habis di lahap api.
Kehidupan untuku akan terasa singkat bahkan ketika aku...

Entah lah. Terasa berat jika aku katakan.

Kemudian pikiran ku melayang ke 2 hari belakang ini. Tentang sesosok lelaki itu. Yah dia lelaki tampan yang tiba tiba ada di sampingku. secara itu membuat ku kaget.

Entah ada angin apa yang membuatku keluar dari ruangan ku itu menuju luar sendiri tampa di kawali oleh Tasya. Kaki ku yang tampa Alas kaki berjalan secara perlahan menuju ke arah belakang rumah sakit itu. Aku sangat ingin menikmati semilir angin.

dan sekarang aku berdiri di tepi laut. Sambil memeluk diriku sendiri Dan berdiri terdiam terpaku. Aku mendogak menatap bintang di atas sana. Seperti membingkai sebuah senyuman.
dan aku juga tersenyum di buat nya. Aku tersenyum lalu menutup mataku menikmati angin yang menerpa tubuhku yang seakan ada yag memelukku.

"Aku suka senyuman mu. " ucap seseorang sambil tersenyum. yang entah dari mana tiba tiba ada di samping Almeera.

"Kamu? " almeera berusaha mengingat wajah lelaki itu. Dan plong. Dia mengingat nya.

"Halo cewek aneh. " ucap lelaki itu sambil tersenyum meledek.

"Aku punya nama, jangan memanggilku seperti itu. " ucap Almeera menatap kezal lelaki yang di depan nya.

Lelaki itu terbahak. "Oh ia, sedang apa kamu di luar seperti ini? Ini juga dingin. Apa kamu tidak takut masuk angin? "

"Bukan urusan mu. Dan pergi dari sini jangan mendekatiku." ucap datar Almeera.

"Dasar cewe aneh. Aneh. Aneh. " ucap lelaki itu mencoba meledek Almeera.

"Berapa kali Aku bilang, Aku punya nama! Apa kamu tuli. Namaku Almeera. Bukan cewek aneh! " pekik Almeera menatap nyalang lelaki itu. Seakan ingin menerkamnya.

"ah akhirnya aku mengetahui namamu nona Aneh yeahhh" teriak lelaki itu sambil tersenyum bahagia.

Almeera terkekeh geli melihat lelaki itu. Lucu.

"segitunya? "

"Hahahha. "

"Ah ia, perkenalkan namaku Reza. " ucap lelaki itu memperkenalkan namanya.

"Dan kau sudah tau pastinya namaku kan? " ucap Almeera di sertakan senyuman khas nya.

"Nona Almeera. Ya kan "Ucapnya sambil menaik nurun ka Alisnya.

"Panggil Al aja atau Meera. "

"Okey Meera! Ah iya sedang apa kau disini? Apa kau sakit? Sakit apa? "

senyum di wajah Almeera memudar wajah nya redup. Mulutnya terkunci.

Menyadari perubahan raut wajah di muka Almeera, reza seakan merasa bersalah.

"Maaf. " ujarnya pelan sangat pelan.

Almeera menatap reza. "Maaf apa za?

Tampa menjawab pertanyaan Almeera, reza menggemgam tangan Almeera lalu manariknya.

"Heii! Kau mau bawa aku kemana??!" pekik Almeera.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience