BAB 2

Drama Completed 669

Seiring para bayi itu dewasa, mereka semakin lupa pada apa yang harus mereka pijak. Langkah menebus dosa dengan melempar para bayi ke tanah yang paling penuh dosa inilah tantangan sesungguhnya bagi para bayi. Dengan tertanamnya kecondongan jahat, para bayi belajar menebus dosa leluhur dengan menahan dosa badani dan tetap berpijak pada akal budi. Satu-satunya kecondongan pada kebaikan hanyalah akal budi yang bisa mereka gunakan untuk memutar pemikiran. Sisanya, tentu saja serahkan pada akal budi.
Terserah mau berguru ke mana. Ke barat, ke timur, dengan kitab apa. Akal budilah yang membuat para bayi bergerak tanpa mendengar konkupisensi yang bisa mengakar jadi dosa betulan. Perjalanan menuju penebusan dosa itu sesungguhnya harus dijalani oleh para bayi dengan sendirian, dengan kesedihan, dengan sadar atas kemampuan dan keyakinan masing-masing. Dipaksa orang lain, buat apa? Seharusnya bayi-bayi lain berjalan sendiri dan memikirkan dosa sendiri. Memikirkan dosa leluhur orang lain malah hanya akan memperburuk keadaan, bahkan menambah dosa pribadi. Dosa itu akan berlipatganda bagai bunga utang rentenir. Mengerikan dan membuat para bayi kemungkinan kembali ke bumi setelah mati, reinkarnasi jadi makhluk lain dengan daur hidup pendek.
Ada pula bayi yang membayar dosa dengan menjadi martir. Boleh saja itu, asal ingat-ingat untuk mati sendiri. Orang lain yang terkena amukan peledak si martir, tentu punya dosa leluhur sendiri yang harus ditebus. Jika semuanya mati bersama-sama, apa jadinya dosa orang lain yang belum tertebus ini? Kasihan sekali pasti. Mereka akan disucikan lagi dan dilempar kembali ke bumi hingga berkali-kali, hingga dosa-dosa tertebus–jika mungkin bisa. Sungguh rumit memang, tapi mau bagaimana lagi. Dosa tetap dosa, walau itu bukan berarti para bayi suci yang melakukannya. Mereka hanya menanggung kelakuan tak berbelas kasih dari masa hidup mereka sebelumnya.
Mereka tak bisa mengingat-ingat apa yang mereka lakukan sebelumnya. Mungkinkah membunuh, memerkosa, mencuri, atau menipu saudara? Tak ada visi lewat di hadapan mereka. Yang bisa mereka lakukan hanyalah terus hidup untuk menebus dosa hingga mati nanti, tanpa tahu dosa apakah yang mereka tebus. Seperti sistem utang yang menyelubungi dirimu karena penipuan, padahal kau juga tak pernah memakan sepeser pun uang dari utang yang disebut-sebut milikmu itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience