Pendem adalah bahasa jawa yang artinya tertimbun tanah. Ada sebuah benteng di Cilacap yang terkenal dengan nama Benteng Pendem. Apakah benteng ini benar tertimbun tanah?
Sempat tertimbun tanah tapi bangunan benteng ini tidak sengaja dibangun di bawah tanah.
Bernama asli Kustbatterij Op De Landtong Te Tjilatjap yang berarti suatu bangunan benteng yang menjorok ke arah laut di Cilacap.
Penamaan tersebut menunjukkan letak Benteng Pendem yang berada di kawasan Teluk Penyu Cilacap. Lokasi ini sangat strategis karena dekat dengan laut.
Benteng Pendem dibangun secara bertahap selama 18 tahun. Dari tahun 1861 sampai dengan 1879 Benteng Pendem dibangun di area seluas 6,5 ha. Dari tembok yang tebal dan batu bata merah yang tertata rapi menunjukkan bahwa bangunan ini merupakan benteng khas Belanda.
Sejak berdiri Benteng Pendem digunakan oleh tentara Belanda sampai tahun 1942, setelah itu dikuasai oleh Jepang sampai tahun 1945. Seiring berakhirnya penjajahan Jepang di Indonesia, Benteng Pendem diambil alih oleh TNI sampai tahun 1965.
Setelah itu benteng ini terbengkalai yang menjadikan hampir seluruh bangunan tertimbun tanah. Hal inilah yang kemudian oleh masyarakat dinamai Benteng Pendem. Namun, pada tahun 1986 Benteng Pendem mulai dikelola kembali hingga kini menjadi objek wisata.
Walau beberapa bagian masih tertimbun tanah, namun sebagian besar bangunannya sudah terlihat dan dapat kita kunjungi.
Benteng Pendem dibangun untuk tujuan menahan serangan dari arah laut. Hal ini juga terlihat dengan dibangunnya parit yang mengelilingi area benteng. Bangunan Benteng Pendem memiliki banyak ruang. Ada barak, penjara, gudang senjata, klinik, ruang rapat, tempat meriam, kamar penjaga, ruang akomodasi, dan ruang perwira.
Dan ada terowongan juga yang katanya di bawah laut tembus sampai benteng di Nusakambangan, tapi nyatanya tidak terbukti. Terowongan itu masih ada di dalam kawasan Benteng Pendem.
Tidak terhubung dengan Benteng Klingker atau Benteng Karang Bolong yang ada di Nusakambangan. Walaupun benteng tersebut dibuat saat masa penjajahan Belanda, memiliki ciri yang sama, dan fungsi yang sama.
Sekarang Benteng Pendem bisa kita kunjungi setiap hari, buka dari jam 8.00-18.00. Tiket masuk dikenai tarif Rp. 7.500,00 per orang. Bila kita mengunjungi Benteng Pendem, tidak hanya sejarah yang kita dapat. Tapi juga pengalaman seru bertemu langsung dengan rusa yang hidup bebas di area benteng.
Selain itu, parit yang mengelilingi benteng juga bisa kita jelajahi dengan menggunakan perahu bebek.
Dan, jangan lupa untuk mengunjungi Pantai Teluk Penyu yang berada tepat di depan Benteng Pendem. Sambil menikmati segarnya es kelapa muda dan mendoan yang besarnya sepiring, cukup mengobati rasa haus dan lelah setelah mengelilingi Benteng Pendem. Atau bisa juga melanjutkan perjalanan naik perahu ke Nusakambangan untuk mengunjungi Benteng Karang Bolong.
Ada mitos dan cerita dari mulut ke mulut bahwa ada jalan tembus dari benteng kuno ke Pulau Nusakambangan.
Benarkah di dalamnya ada terowongan yang menembus sampai ke benteng lain di Pulau Nusakambangan?
Dari cerita yang berkembang, tak perlu menyeberang menggunakan sampan untuk sampai di sana. Cukup masuk ke gua itu dan menyusuri terowongan di bawah laut.
Terowongan itu dipercaya membantu aksi-aksi Belanda dalam menghadapi musuh. Persis di sebelah timur Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jawa Tengah, berdiri ratusan benteng kuno peninggalan Belanda, yakni Benteng Pendem.
Aris, petugas yang berada di Benteng Pendem mengamini mitos dan cerita yang beredar tersebut. Namun ia menegaskan, hal tersebut belum terbukti.
Aris sudah puluhan tahun bekerja di tempat bersejarah ini. Ia juga berkali-kali masuk ke setiap bangunan di Benteng Pendem namun tak pernah menemukan jalan tembus dari Cilacap ke Nusakambangan.
Selain itu, berdasarkan peta Benteng Pendem yang dibuat Belanda, memang ada beberapa terowongan. Panjang terowongan itu beragam, ada yang 100 meter dan 200 meter.
Ada pula yang memang belum diketahui panjangnya, lantaran gua tersebut sudah dipenuhi oleh tumpukan bangunan yang roboh.
Ia juga bercerita, benteng dan gua yang ada di Nusakambangan memang bagian dari markas pertahanan Belanda. Namun bukan berarti ada terowongan yang bisa menembus lautan. Apa lagi menghubungkan antarpulau.
"Masyarakat tahunya terowongan tembus ke Nusakambangan. Kalau kita lihat petanya, saya pernah lihat petanya yang dikirim dari Belanda itu, ya tidak sampai ke sana. Memang ada terowongan," kata Aris.
"Enggak ada (terowongan tembus ke Nusakambangan). Perlu diedukasi ke masyarakat," ujarnya kembali menegaskan.
Untuk ke Nusakambangan, pengunjung bisa menyeberang dari Pantai Teluk Penyu.
Penyeberangan memakan waktu sekitar 10-15 menit menggunakan sampan.
Sesampainya di sana, hanya berjalan beberapa menit akan ada bangunan benteng yang mirip dengan Benteng Pendem. Tak jauh dari situ, memang ada pula terowongan.
Setelah Belanda pergi dari Indonesia, Benteng Pendem ini kemudian jatuh ke tangan Jepang pada 1942. Namun benteng ini kembali terbengkalai setelah Jepang yang kalah Perang Dunia II juga hengkang dari Indonesia.
Jepang kalah perang dari Sekutu pada 1945.
Benteng Pendem Cilacap pun kembali ke tangan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) sampai dengan tahun 1950.
Aris menyebut, pada 1950-an, Benteng Pendem tak dikuasai siapa pun. Hingga akhirnya pada akhirnya 1952, Benteng Pendem dijadikan markas Tentara Nasional Indonesia antara lain Pasukan Banteng Loreng.
Benteng Pendem kini dibuka untuk umum sebagai tempat wisata.
Arsitektur bangunannya tidak banyak berubah, masih kentara khas Belanda dan Jepang. Aris menjelaskan, bangunan peninggalan Belanda asli kebanyakan konstruksinya menggunakan batu bata, sementara Jepang menggunakan beton.
"Penempatan batu batanya pun rapi. Meskipun dulu, penempatannya seperti diukur presisi. Bangunan miring pun enggak sembarangan," kata Aris.
Aris menyebut ada sekitar 102 benteng dan bangunan di Benteng Pendem. Ia mengatakan masih ada benteng lain yang belum ditemukan.
Pasalnya, 102 benteng itu tadinya terkubur oleh tanah dan rerumputan hingga menyerupai bukit. Dalam bahasa Jawa, istilahnya 'pendem'. Oleh sebab itu juga, kata Aris, kawasan ini dinamakan Benteng Pendem.
Aris mengatakan tanah yang berhasil digali dan dicek baru 60 persen dari total luas lahan 10,5 hektare. Artinya, kemungkinan masih ada lagi benteng yang belum ditemukan karena tertimbun tanah.
Menurut cerita dari pemandu wisata juga di benteng pendem ini para pekerja paksa tersebut sudah pasti mati dicambuk di dalam terowongan di ruang eksekusi oleh orang-orang Belanda, karena takut membocorkan rahasia dan seluk beluk pertahanan tentang benteng pendem ini.
Share this novel