BAB 1

Drama Completed 143

BANDAR MEMORI Sudah lama Purnawa Dwi menantikan kepastian dari Jalal tentang hubungan mereka. Sudah lama ia menunggu kabar darinya. Tak ada telepon, sms, dan surat yang ia dapatkan sejak Jalal tinggal di Bandung . Purnawa Dwi semakin dirundung nestapa dan kegelisahan. Hubungan mereka sudah berjalan selama lima tahun. Tapi, sejak Jalal bekerja di Bandung sebagai guru, ia sudah tidak memberi kabar padanya. Purnawa Dwi masih terus menanti dengan segudang kesabaran. Sebenarnya, Purnawa Dwi bisa saja bertanya dengan kedua orangtua Jalal , di mana Jalal tinggal. Atau mungkin, ia bisa mendapatkan nombor teleponnya yang baru, agar ia bisa menghubunginya dan melepas kerinduan yang sudah kian memuncak. Tapi, entah kenapa, sikap kedua orangtua Jalal menjadi dingin dan cuek terhadapnya. Purnawa Dwi semakin tidak enak dan bimbang akan sikap kedua orangtua Jalal . Apalagi, rumah mereka hanya berjarak beberapa meter saja.

Purnawa Dwi berusaha mencari informasi tentang Jalal melalui Soleh , sahabat dekat Jalal . “Soleh , aku sudah lama tidak tahu kabar dari Mas Jalal . Aku mencuba menghubungi nombor teleponnya juga tidak aktif. Sikap kedua orangtuanya juga biasa saja denganku. Bahkan mereka seperti tak menganggapku.” Kata Purnawa Dwi pada Soleh .
“Lalu?” Taya Soleh .
“Kamu kan sahabat dekat Mas Jalal , kamu pasti tahu kan?” Desak Purnawa Dwi .
“Seberapa penting dia bagimu, Fit?” Tanya Jalal . Pertanyaan Soleh memebuat hatinya kalut dan ada suatu sentuhan kata yang menyentil hatinya. Matanya mulai berkaca-kaca.
“Dia sangat berarti bagiku, Solehl. Aku sangat mencintainya, dan dia sangat mencintaiku. Aku tahu itu. Kita sudah lima tahun menjalani hubungan yang serius. Kerana itu aku berusaha untuk mempertahankannya.” Kata Purnawa Dwi panjang.

“Aku memang tahu dimana Jalal berada.” Jawabnya lirih.
“Tolong katakan padaku, Soleh! Aku sangat merindukannya. Aku ingin bertemu dan mendengar suaranya. Sudah lima bulan ia sama sekali tak memberiku kabar.” Purnawa Dwi memohon, dan perlahan air matanya menetes menuruni kedua pipinya. Soleh semakin tak tega melihat sikap Purnawa Dwi yang demikian.
“Aku tak bisa berbuat apa-apa, Fit. Maafkan aku, kerana aku tidak bisa memberikan nombor telepon Jalal padamu. Kerana , itu adalah permintaan dari Jalal sendiri, dan aku sudah mengiyakan permintaannya.” Kata Jalal yang membuat Purnawa Dwi semakin cemas.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan, Soleh?” Air mata Purnawa Dwi justru mengalir semakin deras.
“Aku akan memberikan alamat kontrakan Jalal , dan kamu lebih baik datang sendiri untuk menemuinya.” Kata Soleh . Ada sedikit kecurigaan dalam hati Purnawa Dwi . Namun, ada sedikit perasaan lega dalam hatinya. Ada persaaan plong, kerana bebannya selama ini perlahan terurai. Ada sedikit senyum berkembang dari bibirnya.
“Baiklah.” Kata Purnawa Dwi .
“Ini alamat kontrakan Jalal .” Soleh memberikan secarik kertas bertuliskan alamat kontrakan Jalal .
“Satu pesan dariku, Fit. Bicarakan masalah kalian dengan baik dan kepala dingin. Kalian sudah dewasa. Apapun keputusannya, yakinlah bahwa itu yang terbaik untuk kalian berdua.” Kata-kata Soleh membuat Purnawa Dwi tercengang dan mencuba mencerna maksud di balik kata-kata Soleh itu.
“Adakah sesuatu yang kamu sembunyikan dariku, Soleh?|” Tanya Purnawa Dwi dalam hati. Dan air matanya kembali menetes.

Purnawa Dwi terus mengamati alamat kontrakan Jalal dalam secarik kertas itu. “Aku sangat merindukanmu, Mas. Aku ingin kita membicarakan rencana kita untuk menikah. Orang tuamu bersikap dingin terhadapku. Aku bingung harus bersikap bagaimana. Aku malu dengan jiran tetangga. Aku malu kerana mereka sudah mengetahui hubungan kita dan bagaimana jika mereka tahu bahwa sikap kedua orangtuamu begitu dingin terhadapku. Aku ingin kita segera menikah.” Kata Purnawa Dwi .

Ada pertanyaan dalam hati Purnawa Dwi akan sikap Soleh yang tidak mau memberitahu nombor telepon Jalal . Tapi, ia berusaha menepis kecurigaannya itu. Kini, hatinya sedikit lega dan berbunga-bunga. Esok hari ia dan Adiknya Nimas, akan pergi ke Bandung . Purnawa Dwi akan mengantarkan Adiknya yang akan mengikuti tes masuk STAN. Purnawa Dwi mulai membayakan bagaimana jika ia bertemu dengan Jalal . “Aku sangat merindukanmu, Mas. Aku akan meluangkan waktuku untuk bertemu, mengobrol, dan bercanda denganmu.” Kata Purnawa Dwi sembari tersenyum saat duduk di bilik nya.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience