BAB 6

Family Completed 304

Sukarelawan membuka kedua matanya yang penuh belek(kotoran mata). Ia terkejut. Ia merasa senang ternyata telah dihidupkan kembali oleh Tuhan dalam keadaan yang berbeda, yakni kaya raya! Spring bed yang begitu elegan, bilik yang begitu besar dengan desain ala Yunani. Sukarelawan begiti bergembira. Ia tak mampu lagi menahan dirinya untuk segera keluar dan berkeliling rumahnya demi meninjau kekayaannya. Betapa tidak, ternyata ia memiliki banyak mobil di garasinya. Mobil yang plat merah, hitam, putih, tak berplat. Ia juga memiliki tv yang melengkung seperti bulan sabit, komputer merk ternama, laptop, ruang fitness, kolam berenang meski berlumut, ruangan basket meskipun ia tak bisa memainkannya, ruang khusus musik, dapur dengan interior yang menawan, pokoknya ia begitu tergila-gila. Sampai pada akhirnya ia membuka lemari yang isinya berjuta juta lembar uang kertas berwarna merah. Tanpa pikir panjang, dan merasa belum mandi wajib, ia pun memutuskan mandi wajib dengan uang-uang kertas tersebut.

“Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Haha, kalau begini nikmatnya, siapa yang mampu mendustakannya?”

Ia pun berbicara sendiri kerana tak ada lagi yang bisa ia ajak bicara. Ia hanya sebatang kara di situ. Ngenes abis.

Kerana merasa haus berat, ia pun memutuskan untuk minum. Tanpa disadarinya, ia malah meminum cairan pewangi pakaian yang telah diwadahi botol plastik. Wanginya begitu semerbak, namun rasanya itu membuat perut Sukarelawan menjadi mulas. Ia langsung bergegas menuju kloset. Alangkah malangnya, ia mendapati kloset tersebut begitu kotor. Ia jadi malas untuk buang hajat disitu. Oleh sebab itu, ia pun BAB di ruang tamu kerana ruang tamunya begitu mewah dan megah, sehingga membuat perasaan nyaman saat buang air besar.

Selang beberapa menit, ternyata nasib buruk berkunjung ke rumah Sukarelawan . Puluhan personil kepolisian bahkan sampai pasukan khusus berhasil masuk mendobrak setiap pintu rumahnya. Mereka pun berhasil menyergapnya dan langsung mematikan langkahnya.

Ia terpaku dan mematung dengan keadaan tak bercelana dan setengah jongkok.

“Tidak mungkin saya terlibat dengan jaringan teroris!”

“Tutup mulutmu, Jorge Lorenzo Tambunan! Katakan itu pada hakim nanti!” Teriak salah satu personil.

Wajah Sukarelawan langsung berubah dari polos bodoh menjadi bego kebingungan. Kenapa Tuhan membuat hidupnya jadi seperti ini? Kenapa ia dihidupkan kembali sebagai pembalap GP yang korupsi? Ia menyesal betul telah memilih untuk hidup kembali. Seharusnya yang mati ya mati saja.

“Tidak mungkin Jorge Lorenzo Tambunan dapat menjadi begitu kaya tanpa korupsi dan berubah menjadi babi ngepet!”

“Jangan salah Anda. Ia juga punya tuyul yang berambut!”

Masyarakat sekitar begitu gembira melihatnya tertangkap tanpa mengenakan celana. Bahkan mereka sampai membuat barisan untuk mengiringi kepergian Sukarelawan menuju penjara. Dilihatnya seorang pengemis yang begitu pengemis sedang menjilat-jilat kertas nasi bekas gulai ayam. Sukarelawan jadi menginginkan kembali pada kemiskinan seperti itu .

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience