Ily Rhaniya berperang dengan perasaannya yang bergolak.
Aku sakit bila kita terus begini.
Kenapa kau tidak pergi?
Tinggalkan aku lagi.
Pergilah Angin.
Aku sudah tidak mampu lagi. Aku rapuh.
Mengertikah kau bahawa aku ‘sakit’.
Hanya angin yang bertiup meluahkan rasa. Ily Rhaniya memejamkan erat matanya buat seketika. Baru sahaja dia mengambil kata putus untuk pergi dari situ, tiba-tiba langkahnya kaku. Irama busking membuatkan tubuhnya pegun.
Aku tahu! Aku tahu lagu ini
Suara lunak penyanyi wanita tersebut membuatkan Ily Rhaniya menggaris senyum hambar.
Mencampuri perasaanmu kasih
Tak hentinya aku berpikir keras
Memang salah apa aku hingga kau pergi
Kamu tak sedikitpun mengerti aku luka
Ku merelakan walau pahit
Pandangan dihalakan kearah Mikh Sophian yang dari tadi seperti tunggul.
Tahukah engkau lagu ini menjadi puisi indahku saat aku mencuba dan berusaha melupakan kau setelah kau memilih untuk pergi meninggalkan aku. Ily Rhaniya menggenggam erat tangannya. Ingin sahaja dia meraung saat itu untuk menyatakan betapa dia terluka disebabkan Sang Angin yang kejam.
Suara merdu penyanyi lelaki pula menyanyikan bait bahagiannya. Menusuk kalbu.
Sebut namamu saja ku tak sanggup
Bagaimana aku berterus terang
Anginmu di hati ini berarak-arak
Menutup semua harapanku pada hidup
Namun cintaku hanya kamu
Mikh Sophian membalas pandangan Ily Rhaniya.
Entah mengapa seolah bait lagu itu ditujukan ikhlas khas buat Sang Bintang. Mengertilah wahai Bintang. Aku tahu kau inginkan penjelasan. Tapi aku sendiri tidak tahu tentang mengapa aku memilih untuk pergi meninggalkan dirimu waktu dulu.
Namun cintaku hanya kamu. Masih kamu.
Di antara awan dan udara
Badai teriak menghantam cinta
Bila aku sanggup menghentikan putaran waktu
Akan ku dekap engkau sampai mati
Bila saja ku bisa menawar
Takdir waktu yang dia berikan
Akan ku minta segala sisa waktu yang ada
Sehirup nafas pun asal denganmu
Lagu yang masih berkumandang berlegar-legar dimindanya. Tanpa dipinta, memori yang tidak pernah terpadam itu kembali bermain dibenaknya.
Share this novel