Part 2 : "Makan Malam Bersama"

Romance Series 349

“Hei, kemana saja kau, aku sedari tadi menghubungimu tapi kau tak mengangkat panggilanku??” Seru seorang pria berusia awal 30-an dengan wajah kesal kepada Mia yang baru saja hendak masuk ke dalam kamarnya.

“Oh? Big brother menghubungiku? Tapi, mengapa aku tak merasakan ponselku bergetar? Aku pikir aku sudah mengisi batrei nya penu-... ah?! Dimana ponselku?!” Kejut Mia di akhir karena baru menyadari bahwa ponselnya tak berada pada dirinya.

Pemuda yang melihat itu menggeleng kepalanya tak berdaya, “Bukankah sudah ku peringatkan berkali-kali agar menjaga ponselmu sedikit lebih ketat, little sister?! Aku tak mau tahu, kau harus berhasil mendapatkannya kembali.” Sahutnya yang bernama Hans Gurien, ia melemparkan ponselnya kepada Mia. “Coba hubungi ponselmu dengan itu. Mungkin saja, akan ada yang menjawab.”

Mia terharu dengan bantuan dari Hans, “Uh, terima kasih banyak, big brother.”

“Jika, bukan karena ponselmu memiliki banyak data penting, kita tak perlu repot dengan semua. Kita bisa membeli yang baru jika ponselmu tak berguna.” Balas Hans terus terang.

“Uh, aku tahu, big brother. Maafkan Mia.” Ucapnya sembari pergi ke dalam kamar tidurnya.

Di kamar...

Mia menarik nafas sebelum menekan panggilan kepada nomornya.

Panggilan pertama tersambung, namun tidak terjawab...

Panggilan kedua juga sama...

Namun, pada saat panggilan ketiga, itu tersambung...

‘Halo!’

‘Ya, dengan siapa ini?’

‘Apakah anda yang menemukan ponsel ini?’

‘Ini adalah milikmu?’

‘Iya, benar. Bisakah kau mengembalikannya padaku?’

‘Tentu saja. Tapi,...dengan sebuah syarat.’

‘...Apakah itu?’
‘Temui aku di lantai atas hotel luxury royale pada pukul 22:35 p.m dengan penampilan yang dewasa.’

‘Apa?!’

‘Ikuti atau ponselmu tak akan kembali.’

‘tuut’ panggilan diputuskan secara sepihak oleh pihak lain, membuat Mia kesal bukan main.

“Ah, bagaimana bisa ia memiliki persyaratan begitu?” Marahnya. “Ah, tapi, aku harus melakukan ini karena isi di dalam ponsel itu sangat berharga atau big brother akan menendangku.” Frustasinya memutuskan untuk segera bersiap-siap karena waktu sudah menunjukkan pukul 21:49 p.m, ia harus segera kesana.

Pukul 22:20 p.m,...
Hotel Luxury Royale,...
Di lobi utama,...

Baru saja, Mia masuk ke pintu masuk, ia sudah di hampiri beberapa orang yang memakai pakaian pekerja hotel. Mereka sejenak menatap Mia dari atas ke bawah, membuat Mia merinding. Mia berpenampilan dengan sesuai permintaan si penemu ponselnya itu. Pakaian yang dipakainya cukup ketat dan terbuka, tapi di mata para pekerja hotel, Mia hanya terlihat sangat imut, bukan seksi ataupun dewasa.

Mereka segera berkata, “Tuan sudah menunggu anda, nona. Namun, pertama-tama silakan ikut kami untuk sedikit berubah.” Ucap mereka sopan dan rapi.

“Uh, mengapa aku perlu berubah? Bukankah aku sudah cukup dewasa karena memakai pakaian ketat dan rok mini?” Bingung Mia agak keberatan.

“Nona, anda terlihat sangat cantik dan imut, tidak dengan dewasa. Jika tidak keberatan, kami akan membantu nona berubah.” Lanjut mereka dengan senyum yang terlihat mengerikan di mata Mia. Namun Mia hanya dapat pasrah demi mendapatkan kembali ponselnya.

Pukul 22:45 p.m,...
Di ruangan teratas dari hotel Luxury Royale,...

“Dimana dirinya? Ia sudah terlambat selama 10 menit.” Seru seorang pemuda yang sedang berbaring santai di sofa mewah dengan segelas anggur di tangannya.

Seorang yang terlihat pelayan yang tak jauh berdiri di belakangnya segera berkata, “Tuan muda, tunggulah sebentar lagi. Para pelayan yang lain sedang sibuk merubah dirinya.” Jawabnya.

“Huh?”

“Orang yang tuan muda tunggu tak memenuhi permintaan anda.”
“Maksudmu apa?”

“Ah, memberitahu tuan muda, ia tampil dengan imut, bukan dewasa seperti yang anda minta.”

Pria itu terdiam sebelum tertawa geli, “Ah, bagaimana bisa ada perempuan seperti itu di dunia ini?!” Tanyanya hanya sekedar bersuara, bukan pertanyaan untuk siapa pun. Ia hanya sibuk pada ponsel Mia, dimana ia berhasil membuka kode kunci yang terpasang pada ponsel itu, dan melihat-lihat isinya. Ia hanya fokus pada galeri, melihat beberapa video yang merupakan rekaman dance grup yang seperti dikatakan Mia. “Hm, ia berkata kebenaran. Dan teknik nya memang bukan sekedar bualan.” Komennya sembari menonton video yang berdurasi singkat itu.

Di galeri, ada yang membuatnya penasaran, yaitu album yang di private, tapi lagi-lagi ia berhasil membukanya dengan mudah. Isi dari album itu adalah banyak video, sekilas biasa, tapi jika seseorang menontonnya satu per satu, seseorang tahu dimana letak kejanggalannya. Pria itu melihat dan menonton beberapa video dan hanya diam membisu, di ruangannya hanya ada suara dari video yang di putar.

(“Mia hanya ingin mengatakan bahwa... Mia tak akan pernah menari lagi. Mia telah mengecewakan kalian semua dan membuat Nugi terluka, Mia tak pantas untuk melanjutkan hal yang disebut impian...”) itu adalah video yang berdurasi sekitar semenit.

(“Seperti yang kalian katakan, Mia memang tak pantas untuk melanjutkan lagi. Mia tak akan menganggu kalian. Mia tak akan melakukan hal yang membuat kalian terganggu.”) itu adalah video dimana Mia hanya mengatakan beberapa patah kata.

(“....bzzt ...kau hanyalah beban grup kami dari awal ....zzt ...lihatlah sekarang! ...zzt ...kau ...zzzt ...membuat Nugi terluka!! ...zzzt ....kau tak ...pantas ...zzt ...berada disini...!” “Hentikan ..zzt ...Seto! ...zzt ...kau tak bisa menyalahkan .... zzt ... Mia ... zzzt” “Apa?! ...zzt ...salahku?! ...zzt ...Mia ....tak tahu ...zzzt ...apapun ....zzzt ... dan ..zzt ...apa yang kalian ...zzzt ...maksudkan dengan ...zzzt ..bahwa Nugi ...zzt ...terluka?!” “Ahhhh ...lihatlah ... zzzt ...sejak awal ...zzt ..kau hanyalah ....yatim piatu ....zzt ...gelandangan yang ...zzzt ...tak tahu ...zzt ...diri ...zzt ...cih ...hanya ..zzzt ...seekor anjing ...zzt ...yang tak patuh dengan ....zzzt ...tuannya...” “Ztt... apa maksudmu?! ...zzt... mengapa ...zzzt ...bicaramu kasar?! Zzt... aku tak melakukan... zzt... kesalahan! ..zzt ....kumohon ..dengarkan... aku.... zzt... aku tak tak tahu ...apapun ...zzzt...”) kali ini, itu hanyalah video dengan pemandangan hitam dan suara yang telah rusak dan tak terlalu jelas. Itu masih berlanjut, (“...zzt... dasar sumber malapetaka! ...zzzt ...pantas saja ...jika orang tuamu ....membuang dirimu ...zzt ...kau hanya ...zzzt ...pembawa bencana! ...zzt ...kau ...zzt ...seharusnya ...zzt ...memang pantas ..zzt ...diperlakukan lebih ...zzt ...buruk dari sampah!!!... zzt.” “Kak Seto!... zzzt... hentikan... omong kosongmu... zzzt...” “Kak ..zzzt ...Seto zzzt... bagaimana bisa... zzt... kau mengatakan hal... zzzt.. begitu kasar padaku... zzt.. hiks... zzt... hiks.... apa... zzt.. salahku???”) Itu berakhir begitu saja pada menit pertengahan dimana bagian selanjutnya benar-benar sudah rusak.

Saat video itu berhenti, suara ketukan pintu terdengar jelas. Orang yang ia tunggu telah tiba. Segera, ia mengembalikan keadaan ponsel seperti keadaan semula dan menaruhnya di meja yang tak terlalu jauh darinya.

“Silakan masuk, nona. Tuan muda sudah menunggu anda untuk waktu yang lama.” Seru pelayan itu kepada Mia yang baru saja tiba.

“Jangan salahkan aku. harusnya aku tiba lebih cepat dari perjanjian, tapi ada beberapa dari mereka yang berseragam denganmu mengatakan bahwa aku tak berpenampilan seperti syarat.” Balas Mia sedikit merasa tak adil. Ia kemudian masuk dan mendekati seseorang yang sedang bersantai di sofa, dimana tubuh orang itu membelakangi Mia. Tanpa sepatah kata pun, Mia berjalan ke hadapan orang itu dan tak bisa terkejut atas identitas orang di hadapannya.

“Yong?”

“Senang berjumpa denganmu lagi, Mia.” Sapa Yong masih dengan senyum nakalnya. “Kau cocok dengan penampilanmu yang sekarang, Mia.” Lanjutnya entah memuji atau memiliki maksud lain.

“Uh, apakah rambutku tak akan rusak dan akan kembali seperti semula?” Khawatir Mia melihat rambut lurus dan halusnya berubah menjadi bergelombang dan tampak mengkilat.

Penampilannya sekarang sangat berbeda dari dirinya yang polos dan terlihat murni. Ia, Mia, sebenarnya memiliki tubuh yang luar biasa indah, dan dengan gaun tipis berwarna merah darah yang melekat sempurna di tubuhnya, hanya menambah sosok menawan dan menggoda. Gaun itu hanyalah gaun yang tak memiliki banyak hiasan dan motif, tapi dapat dengan baik membuat tubuhnya terlihat sempurna. Kulitnya putih pucat tak wajar, hanya menambah rasa kehadiran yang tak dapat dilupakan di malam yang indah ini.

“Kamu cantik bahkan jika rambutmu tak kembali seperti semula.” Balas Yong sebenarnya terpana pada perempuan di hadapannya.

Ia, Yong, tak menyukai gadis bagai teratai putih ataupun bagai dewi. Baginya, gadis dihadapannya yang dapat menjadi seorang dewi dan iblis penggoda sekaligus dapat membuat keingintahuannya menyala.

“Oh, Yong, lihatlah bagaimana bisa mulutmu begitu manis memuji diriku sekarang yang bahkan aku sama sekali tak merasa percaya diri.” Cemberut Mia terlihat begitu menggemaskan.

Yong yang melihat itu hanyalah tersenyum geli, “Benar, aku sudah menonton videomu. Kau terlihat sangat keren dan memiliki bakat.” Lanjutnya mengganti topik.

Mia terkejut, “Benarkah? Aku tak menyangka kau akan menontonnya secepat itu.”

“Ya, aku kebetulan memiliki beberapa waktu luang di waktu ini.”

“Oh, terima kasih juga.”

“Oh, ya, kapan-kapan aku ingin mengajak mu untuk berkolaborasi denganku. Kau menginginkannya?” Ajak Yong menatap Mia dengan senyum cemerlangnya.

Namun ajakan dari Yong hanya membuat senyumnya membeku.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience