Malam itu, dari atas sebuah gundukan tanah di tepi Mata Air itu, yang sedianya besok dipakai sebagai pentas lomba, terdengar suara indah dari beberapa sosok kecil yang bercahaya kemilau warna-warni, menyanyikan lagu Harmoni Alam .
... bagai embun menyejukkan pagi,
Kebahagiaan yang tak terbagi...
“Uhuk uhuk uhuk..”
“Stop! Stop! Stop!” bentak sesosok pari-pari yang berdiri di depan sebuah kelompok paduan suara. “Lumina Milkyway ! Sejak dulu kau hanya membuat kekacauan saja!”
“Maafkan aku, aku tidak kuat mengambil nadanya. Terlalu tinggi bagiku,”jawab sesosok kecil yang berdiri di antara barisan terdepan kelompok paduan suara itu menahan batuknya
“Tidak ada alasan lagi, Lumina Milkyway . Sudah tidak mungkin lagi diturunkan nadanya. Mungkin sebaiknya kau keluar saja dari kelompok ini.”
“Tolong, berikan aku kesempatan sekali lagi. Aku akan berusaha lebih baik lagi. Aku tidak akan mengecewakanmu!”kata Lumina memohon.
“Sudah berkali-kali latihan, kau selalu saja berbuat salah dan memohon hal yang sama. Ini adalah latihan terakhir kita kerana besok kita siap tidak siap harus berkompetisi di festival. Jika sampai hari ini kita tidak boleh kompak, kita pasti akan kalah. Mengerti?”
“Tapi..,” Kata-kata pari-pari itu telah menyakiti hati Lumina dan membuatnya menangis.
“Paduan suara pada dasarnya mengutamakan kekompakan. Jika kau tidak boleh kompak dengan kawan-kawanmu, lebih baik kau keluar saja daripada kau merusak kelompok ini.”
Tiba-tiba saja seorang pari-pari cahaya lain datang mendekat. “Kau terlalu keras pada mereka, Radius. Itu tidak baik.”
“Luxia! Lihat anak ini, sudah berulang kali ia melakukan kesalahan yang sama. Terbatuk-batuk saat latihan dengan alasan nadanya ketinggian...”
“Kalau begitu turunkan saja nadanya”
“Tidak boleh , Luxia. Itu sudah terlalu rendah bagi yang lain. Memang kusadari warna suara anak ini berbeda sendiri, tetapi ia memaksakan diri untuk menyanyi di nada tinggi.”
“Baiklah. Kata Luxia. Aku hanya ingin kelompok paduan suara ini memberikan yang terbaik untuk Singgasana Cahaya. Dan maafkan aku, anak manis,”Luxia menggelengkan kepalanya. “Tahun depan aku pasti akan mengikutsertakanmu, tetapi tahun ini...”
“Aku tahu,” Lumina menganggukkan kepala. Ia sangat kecewa, tetapi ia mengerti bahwa warna suaranya menjadi penghalang dalam penampilan kelompoknya. “Maafkan aku juga, Radius, aku telah membuatmu marah kerana kesalahan-kesalahan yang aku perbuat selama latihan. Dan kepada kawan-kawan semua, aku pasti mendukung kalian, jadi tampilkanlah yang terbaik untuk singgasana kita.”
Share this novel