BONUS BAB

Fantasy Series 5

BONUS BAB — SEBELUM DUNIA MELUPAKANNYA

> “Sebelum menjadi pedang, aku adalah kehendak.
Sebelum menjadi kehendak, aku adalah luka yang tidak bisa sembuh.”
— Fragmen dari segel kuno yang ditemukan dalam reruntuhan dunia terdalam.

 

Jauh sebelum samurai pertama menggenggam katana,
sebelum manusia mengenal langit dan bumi sebagai milik mereka,
terdapat kekosongan.

Dari kekosongan itu,
lahirlah bukan cahaya…
melainkan kesadaran yang tidak mau tunduk.

Mereka menyebutnya iblis.
Tapi sesungguhnya, ia bukan kejahatan.
Ia hanya satu hal:
Penolakan terhadap keterikatan.

Ia tidak ingin dunia memiliki bentuk.
Ia tidak ingin waktu memiliki arah.
Ia tidak ingin keberadaan memiliki nama.

Dewa-dewa, yang membangun dunia dari keteraturan dan doa,
berusaha memadamkannya.
Mereka mengirimkan hujan suci,
petir surgawi,
dan api dari tujuh langit.

Namun kesadaran itu tidak mati.
Ia menghimpun kehendaknya menjadi bentuk padat —
bukan tubuh, tapi senjata.

Dan dari kehendak itu,
lahirlah pedang.

Pedang yang tidak diciptakan oleh tukang besi,
tidak diasah oleh tangan,
tapi tumbuh dari kehancuran dunia itu sendiri.

Shin’en no Akuma.
— Iblis dari Jurang Terdalam.

 

Dalam Perang Kosmik Ketiga, ketika para dewa hampir kalah,
pedang itu ditebas ke arah langit,
dan langit pecah.
Tiga bintang hilang dari rasi.
Delapan kerajaan langit tenggelam dalam kehampaan.
Waktu selama tujuh hari tidak bergerak.

Dan saat itu,
semua makhluk — dewa, manusia, dan iblis —
sepakat untuk melakukan hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya:
melupakan.

Mereka mencabut namanya dari semua kitab.
Mereka menyegel sejarahnya dalam ruang yang tidak bisa dicapai.
Mereka menghapus simbolnya dari bahasa para roh.

Dan akhirnya,
mereka menyegel pedang itu —
di tempat terdalam dunia,
di mana bahkan bayangan pun tidak mau tinggal.

Bukan karena pedang itu terlalu kuat.
Tapi karena...
ia mengingatkan mereka bahwa segala sesuatu, termasuk Tuhan, bisa dilupakan.

 

Namun, segel bukanlah akhir.
Karena sesuatu yang lahir dari kehampaan…
tidak butuh alasan untuk kembali.

Ia hanya perlu satu hal:

manusia yang cukup patah untuk mendengarkannya.

Dan pada musim gugur yang sangat sunyi,
ketika dunia sudah melupakan napasnya,
pedang itu membuka mata untuk pertama kalinya dalam seribu tahun.

BONUS BAB YANG KE 2 — PEMEGANG PERTAMA

> “Bahkan iblis pun bisa jatuh cinta pada kehampaan.”
— Catatan yang ditinggalkan di balik altar goa, tertulis dalam darah.

 

Sebelum Renji...
ada satu makhluk yang pernah menggenggam Shin’en no Akuma.

Ia bukan manusia.
Bukan iblis.
Bukan dewa.

Ia disebut hanya dengan satu nama:
Kuraki (昏き) — Yang Gelap.

Makhluk ini dulunya adalah pelindung dunia bagian dalam.
Ia menjaga pintu antara dunia roh dan dunia manusia.
Ia tidak memiliki wajah.
Ia hanya memiliki satu tugas:
menutup semua celah antara terang dan gelap.

Namun tahun demi tahun, abad demi abad,
ia menyaksikan apa yang dilakukan terang pada gelap.
Ia melihat doa berubah menjadi penjajahan.
Ia melihat terang menuntut ketaatan,
sementara gelap hanya ingin tenang.

Dan saat para dewa memburu kehampaan,
Kuraki bertanya dalam dirinya sendiri:

> "Mengapa gelap tidak boleh memiliki tempat?"

Pertanyaan itu, pelan-pelan, tumbuh menjadi pemberontakan diam.
Kuraki mulai membiarkan celah.
Ia mulai membuka sedikit ruang...
dan dari sana, ia mendengar suara.

> “Aku bukan kehancuran.”
“Aku hanya dunia yang menolak dilahirkan.”

Itulah suara pedang yang tersegel.

 

Kuraki berjalan jauh,
hingga ia menemukan altar batu yang dijaga oleh waktu.
Tidak ada roh penjaga.
Tidak ada cahaya.
Hanya... mata iblis yang tertutup.

Ia menggenggam pedang itu.
Dan saat darah kegelapan menyentuh bilahnya,
mereka menyatu.

Kuraki menjadi pembawa pedang pertama.
Dalam tiga hari, ia menghapus dua kerajaan langit.
Dalam seminggu, ia membuat waktu runtuh di wilayah tenggara.
Dalam bulan berikutnya, ia berjalan ke gunung tempat para dewa bersembunyi—
bukan untuk menyerang,
tetapi untuk bertanya:

> “Jika aku bisa mencintai gelap,
kenapa kalian membenci kehampaan?”

Para dewa tidak menjawab.
Mereka menyegel Kuraki.
Bukan membunuhnya…
karena Shin’en no Akuma tidak bisa mati.

Mereka menyembunyikannya
di tempat waktu dan suara tidak bisa mencapainya.

 

Dan sejak saat itu,
dunia menyebut Kuraki sebagai pengkhianat dimensi.
Tapi tidak satu pun dari mereka yang mengingat wajahnya.
Karena setelah menggenggam pedang itu,
kau tidak akan dikenang sebagai siapa pun.

Kau hanya akan dikenang sebagai:
“Dia yang tidak seharusnya pernah ada.”

 

Namun dalam altar yang sama,
di tempat Renji kini berdiri,
terdapat ukiran kecil di balik batu.

Tertulis dengan darah, hampir pudar:

> “Jika kau menemukan pedang ini…
jangan takut pada kegelapan.
Takutlah pada dunia yang menolak gelap tanpa pernah mengenalnya.”

— Kuraki

Bonus bab ini aku tulis dengan sangat bersemangat.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience