Series
55
===£••£===
alarm pada ponsel Gabriel berdering nyaring, memaksanya untuk segera membuka mata. pukul 06:00 pagi, masih terlalu pagi untuk memulai hari. terlebih lagi ketika ia tahu bahwa hari ini akan menjadi hari yang buruk. ia mengulurkan tangannya untuk mematikan alarm, lalu kembali berbaring, menatap langit-langit kamar nya yang nampak kusam. apartemen studio kecil ini adalah segalanya bagi Gabriel yang ia punya, sebuah tempat untuk berlindung, tempat untuk berkarya dan tempat untuk melarikan diri dari kenyataan. namun, kenyataan itu selalu mengejar, ia sudah menunggak sewa selama dua bulan, dan hari ini adalah hari terakhir nya.
jika Gabe sampai tidak bisa untuk membayar sewa, maka ia akan di usir dari apartemen nya. pemuda berwajah cantik itu menghela napas pelan, ia sudah mencoba segala cara untuk bisa mendapatkan uang. dari mengambil pekerjaan freelance tambahan, menjual barang-barang pribadinya bahkan sampai meminjam uang dari teman-teman nya. namun, semua itu masih belum cukup. dunia desain grafis memang sangat kompetitif, dan Gabe, dengan kepolosan nya, seringkali dimanfaatkan oleh klien yang tidak bertanggung jawab.
ia beranjak bangkit dari ranjang dan berjalan menuju dapur kecil nya, tangannya membuka lemari es hanya untuk menemukan sebotol air mineral dan satu bungkus mie instan. Gabe memasak mie instan itu, lalu memakannya dengan lahap. mencoba untuk mengumpulkan energi untuk menghadapi hari yang berat. setelah selesai dengan acara makannya, pemuda itu lanjut bersiap-siap. ia mengenakan kemeja flanel longgar dan celana jeans yang sudah terlihat usang.
Gabriel kemudian menyisir rambutnya yang bergelombang, mencoba membuat nya agar terlihat rapi. ia menatap pantulan dirinya pada cermin, melihat wajahnya yang pucat dan matanya yang sayu, ia tampak seperti orang yang kalah. Gabe berjalan keluar dari apartemen, membawa tuju pada kantor manager apartemen. ia mengetuk pintu dengan ragu-ragu, jantung nya berdebar agak kencang.
tak lama kemudian pintu itu terbuka, dan seorang pria bertubuh besar dan ekspresi wajah yang masam menyambut nya. "Gabriel." kata pria itu. "aku sudah menunggumu."
"aku tahu." Gabriel menjawab pelan. "aku... aku belum bisa membayar sewa."
si pria menghela napas yang terdengar kasar. "aku sudah memberimu cukup waktu, Gabriel. aku tidak bisa lagi menunggumu, kau harus keluar dari apartemen ini hari ini."
Gabriel menunduk, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "aku mohon, beri aku waktu lagi. aku janji akan membayar secepatnya."
"maaf, Gabriel." kata pria itu. "aku tidak bisa, aku sudah punya penyewa baru yang akan menggantikan mu." pria itu lantas memberikan Gabe sebuah surat pengusiran, Gabe menerima surat itu dengan tangan agak bergetar. ia merasa dunianya seakan runtuh.
"kau harus keluar dari apartemen ini sebelum jam lima sore." katanya. "jika tidak, aku akan memanggil polisi."
Gabe mengangguk pelan, tidak bisa berkata apa-apa lagi. kemudian ia berbalik, berjalan kembali menuju apartemen nya. ia masuk ke dalam, menutup pintu dan bersandar di sana, menangis sejadi-jadinya. Gabe tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan, ia tidak punya uang, tidak punya tempat tinggal dan tidak punya harapan. ia seolah merasa sendiri di dunia ini.
Gabe melihat ke sekeliling apartemen nya, melihat barang-barang nya yang berserakan. ia harus segera mengemasi nya, dan mencari tempat untuk menyimpan semuanya, dan juga mencari tempat tinggal baru. semua hal itu terasa begitu berat, ia menghapus sisa air mata nya, mengambil napas dalam-dalam dan mulai mengemasi barang-barang nya.
di luar apartemen nya, langit kota Helsinki mulai tampak mendung, seolah turut merasakan kesedihan dari Gabriel.
===£••£===
Share this novel