Rate

BAB 2

Drama Completed 1009

Didoronglah aku sampe aku berbaring di ranjang. Aku hanya diam sambil memejamkan mataku. Bibirnya kini sudah menempel di bibirku. Lalu secepatnya dia tarik untuk menjauh dari bibirku.
“ini buat kamu.” tangannya menyerahkan setangkai bunga mawar yang masih segar. Aku pun menerima bunga itu. Semenjak kejadian itu Rizman selalu ke sini untuk minta ditemani, kami semakin dekat. Hingga orang di rumah itu menyangka aku pacaran sama dia. Soalnya setiap Rizman kesini selalu minta aku yang menemaninya. Hingga… Malam itu, aku menghabiskan waktu berdua bersama Rizman . Di ruangan ini aku mulai mengenal apa itu namanya cinta. Berhubungan dengannya lebih berarti daripada dengan pria hidung belang yang sudah beristri ataupun cowok bodoh yang hanya mencari kenikmatannya saja. Tanpa mengerti arti setiap langkahnya.

“aku cinta sama kamu.” bisiknya di telinga aku.
Aku hanya diam sambil masih terlentang di atas kasur.
“maukah kamu jadi pacar aku?” tanyanya yang berada di atasku lagi-lagi wajah kami hanya berjarak beberapa senti.
“hah? Kamu bercanda kan? Mana ada yang mau sama aku, aku hanya gadis pelacur .” tanyaku sambil menyingkirkan badan Rizman dan cepat bangun dari tempat tidur.

“tak . Aku tak peduli itu. Aku dapat ngeluarin kamu dari pekerjaan ini. Kamu cewek baik yang terpengaruh sama pergaulan bebas kamu, dan lagian aku bukan cowok yang baik juga kok.”
“kalau aku cowok baik-baik aku tak akan datang ke sini”
“maaf, aku tak dapat . Aku tak mau buat kamu malu. Image-ku udah jelek, tak mungkin akan baik seketika. Mending kamu cari cewek lain yang lebih pantas.” ucapku sambil memakai kembali baju untuk membalut tubuhku.

“tapi aku maunya kamu”
“maaf. Aku balik dulu.” ucapku sambil membuka pintu.
“tunggu…” teriaknya. “ini bayaran buat kau .”
Aku membalikkan badanku, lalu mengampiri Rizman yang masih duduk di kasur dengan terbalut selimut.
“tak perlu, kamu belum melakuin apa-apa. Makasih udah percaya sama aku selama ini. Percaya buattemani kamu.” ucapku sambil mengecup bibirnya. Cukup lama hingga air mataku mulai berjatuhan.

Mulai saat itu Rizman tidak lagi menampakkan batang hidungnya, itu yang membuat madam marah besar kepadaku. Kerana pelanggan setianya tidak lagi datang ke sini. Aku memutuskan diam dan tak menceritakan semuanya. Ku terima kemarahan madam yang akhirnya memecatku dari pekerjaan itu, ada perasaan senang dan sedih saat madam memecatku senangnya kerana aku tak harus bekerja pr*stitusi lagi, tapi di satu sisi aku tak dapat mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, mau kerja tapi aku sama sekali tidak memiliki keahlian khusus dan ijazah sekolah, itu yang membuat aku sedih.

Ku telusuri jalanan kota yang tidak pernah tidur ini di malam hari, berharap ada yang memerlukan khidmatku, tapi hingga tengah malam tak ada yang menghentikan kereta nya hanya kereta yang berlalu lalang di depanku. Rasa putus asa sudah menyerangku. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di bahu jalan. Tiba-tiba sebuah kereta berwarna hitam berhenti di hadapanku, ku lihat sepasang mata Rizman ke luar dari dalam kereta . Aku mencuba untuk lari tapi panas saja Rizman mencapai tanganku membuatkan langkahku terhenti.

“ngapain kamu lari? kamu tak mau ketemu aku?” tambahnya. Ku tetap menundukkan kepalaku.
“niki.. Pliss lihat aku.” pintanya. Tangan Rizman menyentuh kedua pipiku. Perlahan-lahan aku mengangkat kepalaku dan menatap matanya.
“kamu ngapain lari dari aku?”
“aku malu sama kamu.” jawabku dengan mata yang berkaca-kaca.
“kenapa harus malu?”
Aku hanya diam.

“oke. Kamu mau ke mana? Ke rumah madam?” tanyanya.
Aku menggelengkan kepala, “aku dipecat.”
“baguslah kalau begitu.”
“kok bagus? Kamu tahu penderitaanku tak sih. Tanpa pekerjaan itu aku tak dapat bertahan hidup.”
“kan ada pekerjaan lain?”
“aku tak punya ijazah kamu tahu itu. Dan mana ada yang mau nerima kerja mantan p*k.”

“niki, dengerin aku. Aku akan bantu kamu mencari pekerjaan. Dan aku akan menghapus image p*k dari hidup kamu. Tapi pliss, izinkan aku bawa kamu untuk tinggal di rumahku.”
“gimana?”
“tak perlu. Aku punya rumah kok.”
“pliss. Mau ya?”
“oke. Aku beresin barang-barangku dulu.”
“aku temenin.”
“terserah.”

Kami pun menuju ke fly over yang tak jauh dari situ. Sesampainya di sana seperti biasa ibu-ibu masih terjaga di depan pintu rumahnya.
“itu dia, tapi sama siapa dia?” tanya Ibu Ruli kepada ibu-ibu yang lainnya.
“mungkin tamunya, kan dia p*lacur.” sahut salah satu dari mereka.
“hmm.. Baru pulang neng? Kok bawa cowok. Mau ngelayanin di rumah kardusmu neng?”
Aku hiraukan pertanyaan mereka aku dan Rizman hanya tersenyum.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience