Rate

BAB 1

Drama Completed 1009

Namaku Nikita, seorang gadis yang mendapatkan nasib yang kurang begitu beruntung. Orangtuaku membuangku di panti asuhan, tahu alasannya apa? Yang jelas selama ini aku tinggal di panti asuhan sebelum aku memutuskan pergi dari sana dan kini tinggal di jalanan. Teriknya matahari, dinginnya angin malam, tidur berbasahan, semua itu aku pernah merasakannya, kini umurku menginjak 19 tahun, tanggal 1 oktober adalah tanggal dimana Ibu panti menemukanku tepat di depan pintu panti asuhannya, maka dari itu tanggal 1 dibuat tanggal ulang tahunku.

Pergaulan di jalanan, dan faktor ekonomi yang pernah menjerumuskanku dalam pengalaman yang kelam, lebih tepatnya hina. Hidup yang bebas tanpa mengenal Tuhan membuat aku nekat melakukan itu, dosa atau tidak aku tak tahu, yang aku tahu aku harus bertahan hidup. This is my story. Malam itu, aku berkumpul di sebuah rumah yang cukup mewah. Sesampainya aku di sana, aku langsung ditarik dan suruh duduk di depan kursi rias. Langkah demi langkah wajahku mulai berubah. Polesan bedak dan make up lainnya mempercantik wajahku, pakaianku kini juga sudah berubah. Rok mini dan baju yang sangat terbuka membungkus badanku. Air mataku mulai mengalir, perasaan takut mulai menyerangku. Tapi apa boleh buat ini demi hidupku.

“Niki… Niki..” panggil seorang wanita paruh baya dengan penampilan seksi dan make up yang sedikit menor.
“ya madam” jawabku.
“eh dengerin omongan aku . Pelanggan yang di depan itu dia berani bayar paling mahal di sini. Kamu harus dapat memuaskan di depan dia. Paham.” teriaknya sambil mencengkeram daguku. “paham tak kau ? Nangis mulu.” tambahnya dan sedikit mendorongku, tenaganya yang kuat berhasil membuatku hampir terjatuh.
“kenapa harus aku madam?” tanyaku pelan.
“kerana kau baru di sini. Jangan banyak tanya, layanin sana.” suruh madam sambil sedikit menarik tanganku. Dicengkeramnya leherku hingga aku susah banget bernapas, “inget ya. ”

Dengan sedikit malas, aku melangkahkan kaki menuju suatu ruangan yang sangat mengerikan. Membendung prost*tusi memang bukan perkara mudah , semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, gelihat usaha syahwat ini menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Namun lagi-lagi, aku itu terpaksa, bukan pilihanku untuk menjajakan diri menjadi pelepas dahaga napsu pria hidung belang. Aku buka pintu, lalu melihat cowok yang masih memakai almamater universitas, lagi duduk di kursi sambil memegang sebotol minuman alkohol. Perlahan-lahan aku memasuki ruangan dan duduk di sebelah cowok itu.

“aku Nikita..” ucapku sambil menyalurkan tangan aku ke dia.
Ditepisnya tangan aku. “oke..” jawab aku singkat. Aku tungguin dia sampai beraksi, tapi dia sama sekali tak menyentuhku.
“kamu diam aja di situ.” ucap cowok itu dengan muka yang sedikit babak belur.”
“oke.” Cowok itu hanya diam, sambil memperhatikan aku.

“umur berapa kamu?” tanyanya yang akhirnya dia angkat mulut.
“17 tahun.”
“heh? Kamu tak sekolah?”
“emm… Mana ada anak jalanan sekolah. Ya gini ini kerjaan aku. Hina tapi ini adalah jalan satu-satunya.” ceritaku mengalirkan air mata, “kau sendiri, kenapa di sini?”
“aku? Banyak masalah?”
“kenapa harus ke sini?”
“bodyguard Papa aku udah ngepung semua d*skotik di sini. Daripada aku di rumah mending aku ke sini. Btw, kenalin aku Rizman .”
“oh…”

“ini kemauan kamu?”
Aku menggelengan kepala.
“udah pernah ngelakuin?”
Aku hanya menganggukkan kepala sambil menunduk malu.
“ini uang buat kamu. Bilang aja aku puas sama layanan kamu. Aku balik dulu. Thanks udah mautemani aku”
Aku balas dengan senyuman, lalu menganggukkan lagi kepalaku.

Aku tatap punggung cowok itu, yang semakin lama hilang dan lenyaplah sudah. Aku kembali ke ruang make up dan kembali mengganti bajuku. Selepas itu, aku pergi untuk pulang ke rumah kardus di bawah fly over. Sepanjang perjalanan ke rumah aku dilihatin oleh warga yang juga tinggal di bawah fly over.
“baru pulang neng?” tanya salah satu tetangtak u.
“iya bu.”
“udah laku berapa neng?” tanya Ibu-ibu satunya yang berhasil membuat aku diam seribu bahasa.
“puas tak neng pelanggannya?” tanyanya lagi.

Aku hanya tersenyum sambil langsung menghiraukan pertanyaan ibu ibu itu dan bergegas masuk ke dalam rumah kardus. Pertanyaan ibu-ibu itu selalu terngiang di telinga, tapi aku terima kerana itu memang pekerjaanku. Pekerjaan yang mungkin dibenci oleh Tuhan. Pagi itu aku memutuskan untuk tidur kerana nanti sore aku harus kembali ke rumah itu untuk bekerja lagi. Sebenarnya madam sudah menawarkanku untuk tinggal di sana, tapi dengan syarat yang cukup berat. Syarat itu yang membuat aku menolak tinggal di sana.

“kau baru datang?” tanya Rita yang juga jadi p*k di rumah ini.
“iya nih, tadi ketiduran. Madam nyariin aku?”
“iya. Cepet make up sana! Langsung ke ruangan kemarin ya!?” suruhnya.
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Selesai make up aku langsung ke ruangan kemarin saat aku menemui Rizman , aku berharap dia yang datang. Ternyata benar dugaanku, saat aku membuka pintu aku melihat Rizman duduk di sofa dengan penampilan lebih rapi.

“hai…” sapanya sambil tersenyum.
“hai… Butuh teman lagi?” tanyaku sambil duduk di sebelahnya.
“tahu aja. Udah ada tamu lain? Atau aku yang pertama?”
“kamu yang pertama kok. Aku tadi ketiduran jadi aku baru datang.”
“bagus lah.” jawab Rizman sambil bergeser duduk mendekati aku. Sangat dekat mungkin jarak kami hanya beberapa senti.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience