Rate

BAB 3

Drama Completed 1009

“heh.. Mas. Mas ini masih brondong cakep lagi, kok mau maunya sama Nikita?” tanya Ibu Ruli ke Rizman yang menunggu aku membereskan barang-barangku di depan pintu.
“dia cewek yang baik, bu. Cuma satu faktor yang membuat dia dipandang hina.” jawab Rizman dengan nada tegas.
“baik apanya, setiap hari pergi malam pulang dini hari, ya tak ibu-ibu?” sahut ibu-ibu satunya.
Aku pun ke luar dengan membawa dua tas yang berisi barang-barangku.
“dia lebih baik daripada kalian, yang rela tak tidur hanya ingin menghina Nikita.” jawab Rizman sambil menarik tangan aku hingga di depan kereta nya Rizman .

Kini kakiku menginjak ke sebuah apartement yang cukup mewah, dengan masih menggenggam tanganku Rizman masuk ke dalam.
“kamu nanti tidur di situ, aku di sebelah bilik kamu. Kalau ada apa-apa ke bilik ku aja.” jelas Rizman sambil menunjuk ruangan demi ruangan.
“kenapa kamu baik sama aku? Kita baru kenal bahkan aku bukan orang yang pantas kamu kenal.”
“takdir yang menemukan kita. Kamu istirahat dulu. Kamu belum tidur kan seharian?”
Aku mengangguk lagi. Kebaikan Rizman membuat aku jatuh cinta sama dia, perhatiannya tanpa melihat aku siapa dan dari mana.

Ku cuba memejamkan mata tapi aku tak dapat . Rumah ini memang mewah tapi aku tak merasa nyaman tidur di sini, aku bangun dari kasur dan ke luar bilik . Ku langkahkan kakiku menuju bilik Rizman , sesampainya di bilik Rizman , aku mendengar Rizman menelepon seseorang.
“tenang aja, dia udah di apartemen aku.”
“yakinlah.. Kamu tunggu hasil jadinya aja. Pokoknya skripsi kita akan jadi bacaan yang menyenangkan.”
“iya aku tahu. Memang ngambil tema p*k itu risiko besar. Tapi apa salahnya kita cuba . Lagian dia orangnya baik kok, jadi mudah dimanfaatin”
“oke… Dah dulu ya?”
Kira-kira itu lah percakapan Rizman sama temannya itu. Ku urungkan langkahku untuk ke bilik Rizman dan aku kembali ke bilik untuk membereskan lagi pakaianku, dan kembali ke rumah kardus yang walaupun sederhana tapi nyaman dan aman buat aku.

“mau ke mana kamu?” tanya Rizman saat aku udah di depan pintu apartementnya.
“pergi dari sini. Aku kira kamu baik tapi kamu sama aja sama cowok di luaran sana.”
“apa maksudmu?”
“aku tahu kok kamu buat aku bahan penelitian kamu kan? Jahat kamu.”
Rizman mencuba memelukku tapi secepat mungkin aku menolaknya.
“seharusnya dari awal aku tak percaya sama kamu. Sekarang jangan pernah temuin aku, muncul di hadapanku, anggap aja kita tak pernah kenal.” ucapku sambil meninggalkan apartement itu.

Air mataku mengalir selaras dengan langkah kakiku. Kejadian dimana pertama aku kenal Rizman , hingga pengkhianatan yang dilakukan dia terputar kembali di ingatanku. Ku berhenti sejenak di pinggir jembatan. Ku teriak sekeras-kerasnya ke bawah jembatan. Dengan harapan aku akan melupakan semua masalah ini, tapi itu cuma harapan, semakin aku mencuba melupakannya, malah semakin aku memikirkannya. Penderitaanku mulai bertambah saat melihat rumah kardusku hangus tanpa sisa, air mataku tak lagi mengalir. Ku balikkan badan dan berjalan menelusuri kota jakarta.

“niki?” panggil Rita. Ku tatap Rita sambil memaksakan tersenyum.
“kau kenapa?” tanyanya sambil memelukku.
Di pelukan Rita aku menceritakan semuanya hingga air mataku kembali mengalir. Dengan merasa iba, Rita membawaku untuk tinggal di rumahnya. Betapa terkejutnya aku saat sampai di kampung dimana Rita tinggal. Mayoritas warganya berkerja sebagai p*k. “mereka sama kayak kita. Tapi bedanya mereka mencari pelanggan dari media sosial.” jelas Rita yang mengerti dengan apa yang aku pikirkan.

“online?”
“iya.. Lebih simple. Kita hanya perlu muat naik gambar seksi, aturkan pertemuan dan pergi ke hotel kemudian kita akan dapat duit.”
“semudah itu?”
“yup… Tapi risiko nya lebih besar.”
“kamu mau cuba ?” tanya Rita yang membuat aku terkejut.
“tak kayaknya, aku mau mencuba mencari pekerjaan yang lebih baik.” jawabku yang membuat Rita tertawa.
“oke.. Lihat aja nanti.”

“ini rumahku.” jelas Rita sambil menunjuk ke rumah yang cukup besar.
Aku sempat binggung, tapi Rita langsung menjawab kebingunganku. Jadi, ada salah satu pelanggan Rita yang memberikan rumah ini. Kerana Rita sudah menemaninya selama 2 minggu. Semudah itu? Tentu tidak. Selama 2 minggu itu Rita harus memenuhi hasrat pelanggannya itu, bukan hanya satu pelanggan tapi 3 pelanggan sekaligus. Ku langkahkan kakiku untuk masuk ke dalam rumah itu. Aku merasakan ketidaknyamanan yang sama seperti aku masuk ke apartement Rizman .

“Rita.. Dia siapa?” tanyaku saat aku melihat seorang anak laki-laki yang sudah cukup besar.
“anak aku .” jawaban Rita membuat aku tak percaya.
“anak?”
“jangan heran deh.”
“tapi…”

“aku jujur sama kau . Aku dulu bukan cewek yang suka bermain s*ks sama cowok, jangankan berhubungan s*ks, peganggan tangan aja tak berani. Tapi, ada 3 cowok yang merenggut keperawanan aku , salah satu dari mereka adalah bapaknya anak aku . Dari situ aku diusir sama keluarga aku . Dan tinggal di sini.”
“jadi yang kamu cerita 3 pelanggan itu?”
“dia bukan pelanggan aku . Dia cowok memperk*sa aku . Mereka takut aku akan laporin ke polisi. Jadi dia membelikan rumah di sini. Semenjak itu orang-orang di sini mengajariku untuk bekerja s*ks komersil”

Cerita Rita membuat aku ngerti, kalau pekerja s*x komersil itu bukan pilihan tapi keterpaksaan. Banyak yang mempengaruhinya. Salah satunya faktor ekonomi yang aku rasakan, dan faktor lingkungan yang dirasakan Rita. Semenjak Rita menceritakan tentang buruknya pendidikan di lingkungan rumahnya beberapa bulan lalu, aku memutuskan untuk membangun sebuah sekolahan untuk anak-anak di lingkungan itu. Dan hasilnya sekarang, banyak anak-anak yang mendapatkan pendidikan yang layak, dan aku memutuskan berhenti menjadi p*k.
Nikita.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience