BAB 7

Family Completed 12255

"Kalau tidak seperti itu mungkin yang kamu alami bukan fobia. Kamu hanya perlu berdamai dengan keadaan," ujar Dinar lagi.

Kemudian Dinar berlalu dari hadapanku. Tapi apa yang dikatakan Dinar tetap tinggal di sini.

Berbaur dengan apa yang disampaikan Tante Elma, tentang berpikir dengan sudut pandang orang lain, mencoba memahami keputusan bunda, hingga berdamai dengan keadaan.

Hari-hari yang kulalui menjadi tak karuan. Sepasang mata dari balik kaca mobil Tante Elma terus hadir membayangiku. Semua hal yang kulewati di hari-hariku seolah terus mengingatkan pada pemilik sepasang mata itu.

Bunga mawar putih yang tumbuh mekar di taman asrama, sup iga sapi yang tersaji sangat sering di kantin, juga pada hujan yang kerap datang di bulan ini. Semua hal yang disukai pemilik sepasang mata itu dan juga aku sukai.

Pada saat libur bulanan tiba, aku menyaksikan Dinar yang berkemas. Memasukkan beberapa potong baju dan buku dalam koper berwarna magenta miliknya.

Untuk pertama kalinya dalam libur bulanan, aku tak meminjam satu buku pun di perpustakaan.

"Kamu tidak ke mana-mana, Alina?"

Pertanyaan rutin Dinar sejak berbulan-bulan yang lalu dan selalu kujawab dengan jawaban yang sama. Tapi, tidak untuk kali ini.

"Kamu mau mengantarku pulang, Dinar?"

Tangan Dinar yang sedang menutup koper miliknya terhenti. Refleks pandangannya menatap ke arahku. Melempar pertanyaan dalam tatapannya. Aku mengangguk. Dinar langsung melompat ke arahku dan memeluk tubuhku dengan erat.

"Tentu, Alina. Tentu. Aku akan mengantarmu walau ke ujung dunia sekali pun," ujar Dinar di sela pelukannya. Aku tersenyum. Ikut mengemasi beberapa barang yang kuperlukan kemudian menyusul Dinar yang menungguku di depan pintu asrama.

Miss Mirna tercengang melihat kemunculanku di pintu asrama. Dinar membisikkan sesuatu pada Miss Mirna.

Membuat Miss Mirna kemudian menyongsong ke arahku dan merengkuhku dalam pelukan hangat.

"Selamat pulang, Alina. Selamat pulang."

Lalu Miss Mirna menepuk pundakku dengan lembut. Aku tersenyum dan mengangguk padanya. Aku akan pulang. Berdamai dengan kenyataan juga tak lagi berusaha membunuh rindu.

Rindu pada pemilik sepasang mata yang menatapku dengan penuh pengharapan di balik kaca mobil Tante Elma sebulan yang lalu. Sepasang mata milik bunda yang ku rindu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience