CHAPTER 5: SAMA-SAMA CINTA

Romance Completed 8452

Mula-mula sinar matahari pagi yang menyentuh mataku. Kepalaku terasa berat karena aku tidur terlambat. Hari Sabtu ini aku memang tidak masuk sekolah. Ini hari terakhir masa skorsku.

Aku bangkit dari ranjangku, dan sudut mataku tertumpu pada makhluk manis dengan seragam putih abu-abu sedang duduk di meja belajarku.

"Kristal?!" Mataku membelalak tak percaya.

Janna tersenyum.

"Sudah bangun, Re?" tanyanya sembari tersenyum.

"Kamu tidak sekolah?" tanyaku heran.

Janna menggelengkan kepala.

"Tadi ke sekolah sebentar. Tapi ada acara kerja bakti. Aku telepon ke sini. Kata Mama kamu, kamu belum bangun. Lalu, aku minta izin sama guru piket mengurai dalih sedang ada urusan keluarga, tidak ikut kerja bakti. Lalu, jadilah aku kemari," urai Janna ceria, mengangkat bahunya mengaba 'tidak apa-apa, kan?'. Mata beningnya bergerak indah. Menatap sesuatu yang tertempel di dinding kamarku.

Aku mengikuti pandangan mata kristal itu. Dan mukaku merah. Aku telah melakukan kebodohan. Foto besar Janna yang tertempel di dinding itu lupa kusimpan — tentu saja, karena siapa yang menyangka cewek itu akan datang mendadak lantas duduk sekarang di hadapanku!

"Mungkin kamu tidak akan percaya, Re, kalau aku juga menempel foto kamu di dinding kamarku," ungkap Janna dengan suara tertahan. Pipinya nampak memerah. Tetapi dia cepat mengalihkan paras wajahnya yang 'malu' itu dengan bergerak ke arah jendela, menarik gordin dan mementangkan daun jendela. Angin pagi yang sejuk menerobos masuk ke dalam kamarku yang mungil.

Aku terdiam, terkesima dengan pengungkapannya yang jujur.

"Selama ini kita sama-sama muna kan, Re?!" Janna mengalihkan pandangannya dari jendela ke wajahku.

Aku tertunduk. Tak berani menatap sepasang bola mata kristalnya yang tengah memancarkan kesungguhan.

"Aku takut melukai hati kamu, Kristal! Untuk itu, aku tidak pernah mengingkan sesuatu hal yang lebih dari sekadar persahabatan. Meskipun sebenarnya aku...."

"Kamu tidak pernah berterus terang, Re!"

"Sori, Re. Aku...."

"Kamu mencintai aku kan, Re?!" Janna berjalan mendekatiku, duduk di samping saat tiba di gigir ranjang.

Aku terkesiap. Tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Aku memang pengecut. Tidak pernah jujur dengan isi hatiku sendiri sehingga menciptakan tirai maya yang memenjarakan aku dalam siksaan yang luar biasa sakitnya.

"Ak-aku...."

"Tak perlu kamu katakan, Re! Dari sikapmu, tatapanmu, aku tahu kalau sebenarnya kamu mencintaiku!" Mata beningnya menatapku tajam.

Aku mengangkat wajah. Mencoba membalas tatapannya yang tulus. Dan beberapa saat kemudian kami saling berpandangan. Lama. Lama sekali. Tiba-tiba ada senandung indah menggelepar di ruang hatiku. Senandung cintakah itu?

Aku tersenyum. Menikmati kerjapan bening mata kristal milik Janna, dan membiarkan senandung cinta itu mengalun indah di hatiku.

Indah, seindah mata kristalnya. ©

TAMAT

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience