BAB 3

Drama Completed 370

Bel pulang sekolah pun sudah menggema di sudut sudut sekolah, semua siswa siswi pada berhamburan ke luar kelas. Hanya tertinggallah Melora , Pita dan Rindha.
“tak pulang, Mel?” tanya Rindha.
“nanti aja.”
“oke, kita balik dulu ya?”
“oke. Hati hati ya?”
“sip”.

Rindha dan Pita pun pergi meninggalkan Melora sendiri di kelas, sekolah udah sepi.
Tak lama kemudian Tomi datang dan masuk ke dalam kelas.

“hay?” sapanya rama banget.
“hay juga.” ucap Melora . “oh ya, thanks ya?, udah aku cuci kok, ya tapi tadi aku pakek bentar.” ucapnya sambil memberikan jaketnya.
“oke. tak papa kok. Pasti semua pada heran sama kamu!” tebaknya.
“iya, anak anak yang ada di sepanjang lorong mading pada ngelihatin aku. sepopuler itu kah kamu?”
“halah.. tak kok.” jawabnya merendah.

Di lain sisi, Rindha dan Pita sedang mengintip mereka berdua dari balik jendela.

“munafik tau tak ?” ucap Rindha sambil menatap kearah Melora dan Tomi.
“udah lah, Rin. Biarin Melora bahagia.”
“Tak akan.” jawab Rindha sambil pergi meninggalkan Pita, tak lama kemudian Pita juga meninggalkan kelas.
“Udah sore, tak mau pulang?” tanya Tomi ke Melora .
“duluan aja.” jawab Melora .
“oke. sampai jumpa.” pamit Tomi meninggalkan Melora yang menatap Tomi semakin lama semakin menghilang dari jangkauan matanya.

Di dalam kamarnya, Melora membuka buku diarynya dan Penanya pun menari nari di atas kertas kosong itu.
“Mungkin inilah saatnya, saatnya aku harus bangun dari mimpi panjangku yang berharap mencintaimu, dan memilikimu. Kini harapan untuk dekat denganmu sudah terwujud, dan aku harus membuang jauh jauh harapanku untuk memilikimu. Karena semua kejadian ini menyadarkanku bahwa tak akan pernah ada kata KITA, yang ada hanya AKU dan KAMU hingga sampai kapanpun!.” Tulisnya yang lagi lagi membuat air matanya jatuh membasahi pipinya.

“Mel… Melora … ada Rindha nih!” panggil Bundanya. Melora pun membukakan pintu kamarnya.
“hay..” sapa Rindha manis sekali.
“hay. Btw ada apa, tumben malam malam kesini?”
“mau pinjem buku sejarah, boleh kan?”
“boleh, ambil sendiri aja!, tuh di meja belajar. aku ambil minum dulu ya?”
“oke!” jawab Rindha.

Melora pun meninggalkan Rindha sendiri di kamar Melora . Saat Rindha ingin mengambil buku sejarah, dia melihat buku diarynya Melora tergeletak di meja belajarnya, Rindha pun membuka dan membaca satu persatu curahan hati Melora . Senyuman jahat pun menghiasi wajah polosnya, saat selesai membaca buku diary Melora .

Hari ini adalah hari yang memberatkan bagi Melora , pasalnya di sepanjang lorong mading, dia melihat semua isi Diary tentang perasaannya tertempel di setiap mading, sontak saja membuat semua siswa siswi yang melewati lorong mading itu mengetahui isi hatinya Melisa terhadap Tomi.

“jadi selama ini Melisa juga suka sama tomi?” tanya salah satu siswi yang kelihatannya juga naksir sama Tomi.
“Tak tau diri banget sih!” celoteh siswi lainnya.
“Ada apa sih?” tanya Tomi yang baru datang dan memecah jalanan yang dipenuhi oleh pengagum pengagum Tomi. Tomi pun membaca Diary Melora satu persatu.
Saat Tomi melihat ke arahnya, Melora berlari ke luar sekolah dan menuju ke danau itu.

“aaaaaahhh” teriaknya sambil meneteskan air mata. “kenapa ini terjadi Tuhan? kenapa?” teriaknya. Tubuhnya pun tak sanggup menanggung beban ini, hingga dia terjatuh dan duduk di rerumputan pinggir danau.
“kenapa? harus seperti ini? kenapa?” Rengeknya sambil melempar batu kecil.

Sementara di tempat lain, Pita sedang berdebat sama Rindha. Pita tau kalau semua kejadian yang dialami Melora pagi ini adalah perbuatan Rindha.
“iya.. emang aku yang ngelakuin ini. kenapa?” aku Rindha.
“heh? aku pikir kamu orangnya baik, berani bersaing sehat. Tapi ternyata pikiranku salah.” ucap Pita.
“Ini adalah satu satunya cara agar dia tau diri!” ucap Rindha.
“tak gini caranya, Rin?, masih banyak cara lain?”.

Tak lama kemudian. Tomi berlari masuk ke kelas dan menghampiri Rindha dan Pita.
“kalian temannya Melora kan?, kalian tau dia dimana tak ?” tanya Tomi ngos ngosan.
“Ngapain tanya ke kita?, salah orang!” jawab Rindha sinis.
“Kalian kan sering bareng dia, ya aku pikir kalian temannya?.”
“iya.. Aku temannya Melora , tapi aku tak tau dia ada dimana?” jawab Pita.
Tomi pun mondar mandir mencari jawaban.
“suka kesini juga?”
“kalau lagi ada masalah aja.”.

“iya.. aku tau dia dimana?” ucapnya mengingat percakapannya dengan Melora di danau itu.
“aku ikut ya kak?”
“oke” mereka berdua pun berlari menuju sebuah danau yang Tomi dan Melora sering datangi.

“woy.. keren banget” ucap Pita yang tak pernah menyadari ada tempat sebagus ini di belakang sekolahnya.
“Melora … Mel…” teriak Tomi mencari keberadaannya Melora . Tetapi dia tak menemukan keberadaannya, hingga ia melihat sepatu di balik pohon besar itu. Tomi pun melangkahkan kakinya menuju pohon itu.
“Mel….” panggil Tomi.
“Pergi!, aku mohon kamu pergi!” pintahnya sambil terus menangis.
“kenapa?” tanya Tomi.
“aku mohon pergi.. pergi!”
“oke. aku akan pergi” ucap Tomi menyerah. Tomipun menghampiri Pita yang masih tak sadar ada tempat sebagus ini.
“Dia ada di belakang pohon itu, kamu samperin gih!” pinta Tomi, lalu pergi meninggalkan Melora dan Pita.

Sesampainya di balik pohon, dia melihat Melora dengan kondisi badannya yang super berantakan. Pita pun menundukkan badannya.
“Pit, kenapa kayak gini?” tanya Melora terus menangis.
“Kamu sabar ya?, Tuhan tak akan ngasih cuba an yang hambanya tak boleh laluin kok!” hibur Pita.
“Apa salah ku, Pit?, apa salahku?”
Pita pun memeluk Melora dan ikut menangis. “aku yakin kamu boleh ngelewati ini. Kamu cewek yang kuat, Mel. Sabar ya mel?” bisik Pita ikut meneteskan air mata.
“aku salah apa, Pit?. Apa aku salah menaruh harapan besar pada kak Tomi?.” “Aku malu, Pit.”
“Kamu tak salah apa apa kok.” jawab Pita melepaskan pelukannya. “Mel, aku tau mimpi mu sangat besar, terlalu panjang untuk menyerah. Aku yakin kamu boleh melewati ini.” tambahnya lalu kembali memeluk sahabatnya itu.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience