BAB 2

Drama Completed 370

Pengakuan Rindha membuat Melora dilema. Di tempat ini, Melora berharap akan menghilangkan ucapan Rindha dari ingatannya, tetapi ucapan itu selalu terngiang ngiang di telinganya.
“sendirian?” tanya seseorang mengagetkan Melora . Saat dia melihat sumber suara, lagi lagi dia melihat kak Tomi.
“iya” jawabnya sambil kembali menatap danau kecil di belakang sekolah.
“suka kesini juga?” tanyanya sambil duduk disebelah Melora
“kalau lagi ada masalah aja.” jawabnya binggung mau jawab apa.
“Bermakna sekarang ni kau ada problem?”
“Boleh dibilang gitu.”
“Kalau tak keberangkatan nak tahu masalah tentang apa? mimpi kamu?” tanyanya sambil melempar batu kecil ke arah danau.
“iya. Ada seseorang yang terluka jika mimpi itu terwujud.” jawabnya juga ikutan melempar batu kecil.
“kenapa?”
“Entah, barangkali dia membenci mimpiku.” jawabnya menahan air mata.

Suasana pun tiba-tiba hening. Tak lama kemudian hujan sangat deras pun turun membasahi mereka. Mereka berdua pun berlari menuju pohon besar di tengah tengah tanam sekolah.
Dilepas jaket yang Tomi kenakan, lalu di berikan kepada Melora
“thanks” ucapnya canggung. Ada perasaan senang dan sedih yang dirasakan Melora saat berada di bawah pohon berdua dengan Tomi
“emb” ucap mereka berdua bersamaan.
“kak Tomi dulu!”
“ladies first!”
“oke.. kak Tomi percaya sama mimpi?
“mimpi?, ya.. kenapa?”
“tidak papa. Aku kira hanya aku yang percaya sama mimpi.” “Anyway, kak mau ngomong apa?”
“Tak jadi, oh ya, aku dari tadi tak tau nama kamu, tak adil kan kamu tau namaku, tapi aku tak tau namamu?” ucapnya sambil menyalurkan tangannya.
“Melora .” jawab Melora membalas saluran tangan Tomi.
“Melora , nama yang bagus.” jawabnya. “hujannya udah reda, aku kembali ke sekolah dulu ya?.”
“jaketnya?” tanya Melora sedikit teriak.
“pakek aja dulu, besok pulang sekolah aku ke kelasmu” jawabnya berteriak.

Di bawah pohon ini, Melora masih terdiam sambil memeluk jaket Tomi yang kini membungkus tubuhnya.
“Tuhan, Melora harus gimana?, menyerah atau terus berjuang?” tanyanya. Air matanya pun akhirnya membasahi pipi tembemnya.

Keesokan harinya, Melora datang ke sekolah mengenakan jaketnya Tomi. Semua orang di sekolah pun menatapnya penasaran. Hingga Ia sampai di kelas. Ia melihat Rindha dan Pita yang udah duduk di bangkunya masing masing, mereka juga menatap Melora seperti anak anak di sepanjang lorong tadi.
“Tumben pake jaket?” tanya Rindha to the point.
Melora pun melihat jaket yang ia kenakan. “apa ini alasannya?” tanyanya dalam hati, sambil melepas jaket yang ia kenakan.
“cuacanya lagi dingin banget!” jawabnya sambil duduk di bangkunya.
“heh… munafik!” ucap Rindha pelan tetapi Melora masih boleh mendengarnya.

Bel pelajaran pun dimulai, kami satu kelas mengerjakan tugas Matematika yang ditinggal gurunya pelantikan.
“emb… Pit, Rin. kalian tak bosen?” tanyanya berpura pura tak ada masalah.
“Bosen sih!” jawab Pita.
“ke kantin yuk!” ajak Melora
“ayuk, Rindha ikut ya?” ajak Pita. “udah.. ayuk” paksa Pita sambil menarik tangannya Rindha.

Mereka bertiga pun berjalan menuju kantin, di tengah perjalanan mereka bertemu Tomi dan kawan kawannya. Melora hanya menundukkan kepalanya, begitu juga dengan Tomi.
Sesampainya disana, mereka langsung memesan siomay terenak di sekolahan ini. Tak begitu lama menunggu, Siomay yang mereka pesan sudah tersaji di meja.
“enak ya?” ucap Melora mencairkan suasana.
“iya, tak tertandingi.” jawab Pita.
“Mel, kemarin waktu jam terakhir kamu kemana?” tanya Rindha.
“oh.. emb… ke… ke… ke rumah, aku kemarin tak enak badan, jadi izin pulang dulu.” ucapnya bohong, karena kalau dia jujur pasti Rindha akan marah.
“oh gitu..” jawab Rindha tak percaya.
“oh ya, Mel. jaket yang kamu kenakan tadi kok mirip sama punyanya kak Tomi sih?” pancingnya lagi.
“oh iya?, aku baru tau” jawabnya berbohong lagi.
“iya, beneran deh.”
Melora pun hanya diam, sambil memakan siomay yang Ia pesan tadi.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience