Dua hari sudah terlewati, tetapi Melora masih larut dalam kesedihannya. Dia menolak untuk makan, dan mengurung dirinya di kamar.
Sudah dua hari juga dia tak masuk sekolah. Bangku Melora pun kini kosong tak berpenghuni, Rindha dan Pita sesekali melihat bangku Melora . Ada perasaan bersalah di diri Rindha, tapi dia terlalu jaim untuk mentak uinya.
Jam istirahat pun sudah berbunyi, Pita pun meninggalkan kelas dan menuju ke belakang sekolah. Sesampainya disana, Pita ngelihat Tomi sedang duduk di tepi danau sambil memeluk lembar lembar diary Melora yang sudah ia urutkan dan dijadikan satu.
“Disini juga?” tanya Pita “boleh duduk sini?”
“silakan? tumben kesini?”
“hem.. kelas sepi tak ada Melora .”
“oh gitu.”
“Dia tuh sahabat aku paling bawel, dan kèkè sama pendiriannya.” ucap Pita menceritakan Melora . “Mimpi dan harapan yang sangat besar membuat dia semangat untuk meraihnya. termasuk soal percintaannya. Dia tak peduli sebesar apa perjuangannya. Heh.. Aneh emang tuh anak.” ceritanya sambil menahan air matanya.
“Dia pernah tanya ke aku, apakah aku percaya sama mimpi?, apa ini alasannya?” tanya Tomi ke Pita.
“mungkin.”
“soal seseorang yang membenci mimpinya?”
“itu Rindha, dia juga suka sama kamu. Dia tak suka kalau kamu deket sama Melora .”
“bukannya mimpinya itu menjadi penyanyi?”
“hahahhaha… Mana ada, kak?, Melora itu tak boleh nyanyi lagi. Mimpinya yang dia maksud itu kak Tomi.” jelas Pita. “Di diary ini jelas banget kalik..” tambahnya.
Sementara itu, Melora berjalan menuju danau itu, tetapi dia bersebrangan dengan Tomi dan Pita.
“kak.. bukannya itu Melora ?” tanyanya sambil menunjuk gadis di sebrang danau.
“oh iya.” jawab Tomi.
“samperin gih!” pinta Pita.
“tapi naik apaan?” tanya Tomi.
Mereka berdua mencari sesuatu, hingga melihat perahu kecil.
“itu dia!” tunjuk Pita.
“oke.. aku kesana dulu ya?”
“ati ati.” ucap Pita.
Perahu yang didayung Tomi perlahan lahan menyeberangi danau yang kelihatannya kecil tapi sangat luas itu. Keringatnya sudah membanjiri wajah dan badannya. Walaupun sudah merasa lelah, Tomi masih bersemangat mendayung perahunya, hingga dia berhasil sampai di seberang sana.
“Mel..” sapa Tomi yang membuat Melora terkejut . Ia ingin berlari tapi tangan Tomi terlanjur memagangi tangan Melora .
“Plis.. jangan lari lagi!” pintahnya.
“kenapa kamu kesini?” tanya Melora .
“mau ngembaliin ini!” jawabnya sambil memberikan buku diary yang sudah tersampul rapi.
“jangan berhenti untuk mengejar mimpi panjangmu!” tambahnya.
“Buat apa? semuanya sia-sia.” jawab Melora .
“aku rasa tidak!”
“maksudnya?”
“Berjuanglah, biar aku tau seberapa kuatnya kamu menggapai mimpimu itu?, aku akan menemanimu. Jadi kamu tak perlu takut tuk jatuh sendiri, karena aku akan jatuh bersamamu.” Jelas Tomi yang membuat senyum manis menghiasi wajah Melora .
“serius?” tanya Melora yang dijawab anggukan oleh Tomi.
Tomi menarik tangan Melora , sehingga Melora kini berada di pelukan Tomi.
Dari seberang danau, Pita menyambut kebahagiaan Melora dan Tomi dengan Melambaikan kedua tanggannya ke atas. Masih berada di pelukan Tomi, Melora membalas lambaian tangan itu.
Share this novel