Rate

BAB 4

Drama Completed 470

Suasana pun berubah seketika, acara yang awalnya bahagia kini dipenuhi oleh isak tangis. Dunia yang sangat sempit ini membuat salah satu dari kami harus mengalah demi kebahagiaan orang yang kami cintai. Dan aku… Aku memutuskan untuk mengalah, walaupun itu adalah keputusan yang sangat berat.

“kita gak bisa kayak gini!, mereka yang seharusnya ngalah” protes kak Bima.
“Setelah kematian papaku, mamaku yang besarin aku seorang diri, merelakan kebahagiannya untuk aku. Dia bahkan rela menghentikan karir cemerlangnya demi aku. Masa aku harus merebut kebahagiaannya lagi?” jelasku.
“tapi aku sayang sama kamu.”
“I know, tapi ini adalah satu satunya cara, agar kita bisa melihat mereka bahagia.” jawabku ragu akan kata kataku. Kutatap matanya yang berkaca-kaca.
“gak semudah itu, Nada.”
“kak… Selama hidup ku, aku belum pernah ngebahagiain mama, dan aku ngerasa om Ray… Adalah orang… Yang berhasil… Buat mama bahagia. Aku gak mau, ngerusak semua kebahagiaannya” jawabku sambil terus menangis.
“terus gimana sama kita?, sama perasaan kita?”
“Aku yakin, menjadi saudara adalah jalan terbaik buat hubungan kita” jawabku sok yakin
“Kalau ini yang terbaik ya… Kita akhiri semuanya.” jawabnya yang berhasil membuat air matanya membasahi wajah tampannya.

Back.
“Hallo… Nada… Hallo…” panggil kak Bima dari balik telvon.
“yah?”
“lagi ngelamun ya?”
“eh.. Enggak kok.” jawabku salah tingkah.
“kabarnya mama sama papa gimana?” tanyanya yang membuatku sadar kalau kami resmi menjadi kakak adik, setelah mamaku resmi menjadi istri syahnya om Ray.
“Entahlah, mereka selalu sibuk.” jawabku.
Kami menghabiskan malam dengan saling teleponan, tetapi dengan status kakak adik, bukan pasangan kekasih lagi.

Pagi harinya, ku berjalan menelusuri lorong itu, tak ada yang berubah, mading itu pun masih dipenuhi oleh foto kami berdua.
“cuma ini… Cuma ini kenangan kita.” ucapku pelan sambil menatap mading yang dipenuhi oleh debu.

Kubalikkan badan ke arah lapangan setelah mendengar suara ring basket. Benar aja, saat kulihat ke arah lapangan, aku melihat dia sedang memainkan bola basket kesayangannya dengan lentur, bahkan dia tetap menawan tanpa kehadiranku.

Tak sengaja lagu itu (virgoun – surat untuk starla) terputar di telingaku, lagu yang berhasil membuat air mata ini jatuh, lagu yang sebenarnya tak ingin aku dengarkan tapi tetap aku dengarkan, lagu yang membuat aku kembali mengingat tentangnya, lagu yang membuatku jatuh cinta kepadanya, dan lagu yang seharusnya membuatku bahagia, tetapi malah membuatku bersedih.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience