Rate

BAB 2

Drama Completed 470

Tantangan demi tantangan berhasil team kulewati, kekompakan, kerja sama dan saling percaya adalah kunci keberhasilan teamku.
“Ah…” teriak salah satu teamku.
“astaugfirllah… Rea..” teriakku saat melihat Rea terpeleset ke bibir jurang.
Kutarik tangan Rea sekuat tenagaku, anak anak yang lain pun juga membantu Rea naik ke pinggir jurang. Jalanan yang licin, dan banyak ranting yang tajam membuat kami sedikit kewalahan.
Keringat yang kami keluarkan tak sia sia, Rea berjaya naik dengan selamat setelah beberapa jam kami berusaha membantunya. Senyum kebahagiaan terpancar dari raut wajah ahli pasukanku. Kami pun meneruskan perjalanan kami yang hampir selesai.

Kini nafasku tak bisa ku atur lagi, badanku mulai menggigil. Kuputuskan duduk di bawah pohon yang rendang. Kulihat tangan kiriku yang dipenuhi oleh darah, kerana menyelamatkan Rea.
“Jadi cewek jangan sok kuat deh!” ucap kak Bima yang gak tau darimana munculnya. “nolongin ya nolongin, tapi kamu sendiri jangan sampai terluka” tambahnya sambil menutupi lukaku dengan saputangannya.
“kakak kok baik sih?” tanyaku.
“Jangan mikir aneh aneh” ucapnya sambil ikut bersandar di pohon itu.
“makasih ya kak?”
“Hmmmm…” jawabnya.
Kami cukup lama duduk berdua disitu sambil menikmati indahnya pemandangan dari atas bukit ini.

Hari ini adalah hari pertama kami menimba ilmu di sini, semangat yang masih menggebu-gebu terpancar dari raut muka teman satu kelasku. Canda tawa mereka membuat suasana kelas semakin menyenangkan. Tak ada kejaiman yang kami tunjukkan.
Ku memutuskan memilih tempat duduk di tengah tengah. Entah dengan siapa nanti aku akan berbagi meja.
“boleh aku duduk di sini?” tanya seorang gadis cantik sekali.
“ya… Silakan” jawabku ramah.
“namamu siapa?” tanyanya memulai obrolan.
“Nada. Kamu?”
“Nada?, nama yang bagus. Namaku Ratu. Salam kenal ya?”
“terima kasih, namamu juga bagus. Salam kenal juga.”

Bel pulang sekolah, sudah beberapa waktu lalu mengema di sudut sudut ruangan. Semua murid telah meninggalkan sekolah ini, terkecuali aku yang masih terdiam dalam dudukku.
Kubereskan buku yang berserakan di meja dan memasukkan ke dalam ranselku. Kulangkahkan kakiku menjauhi ruang kelasku yang tampak gelap. Hingga kakiku berhenti di sebuah lorong sekolah, lorong yang jarang sekali dilewati, kerana terkenal dengan gelapnya. Semua murid di sini lebih memilih jalan utama yang lebih jauh dari gerbang, daripada lewat lorong ini walaupun mereka gak perlu penat penat jalan jauh.
Kakak seniorku pernah bilang, kalau hanya ada satu siswa yang berani melewati lorong itu. Dan orang itu, kini berada di depanku.

“masih belum pulang?” tanyanya sambil memainkan bola basketnya.
“belum.” jawabku singkat. “kakak sendiri?” tambahku.
“Sini deh!” pintanya.
Kuturuti permintaannya.
Ada perasaan aneh yang aku rasakan ketika duduk berdampingan dengannya, ini bukan pertama kalinya, tetapi perasaan ini semakin hari semakin hebat.
“Kamu dengerin ini deh!” pintanya lagi, sambil memasangkan satu earphonenya ke telinga kananku, dan satunya ia pasangkan ke telinga kirinya.
Alunan lagu dari (virgoun – surat untuk starla) yang romantis membuat air mataku ingin menetes, sesekali kulihat kak Bima yang mendengarkan lagu itu dengan sesekali ikut mendendangkan lagu itu.

“lagunya bagus” komentarku setelah lagunya berakhir.
“pastinya. Dulu, waktu pertama kali aku dengerin lagu ini, aku pernah bilang. Aku akan dengerin lagu ini untuk yang kedua kalinya sama cewek yang aku suka.” jelas kak Bima yang langsung membuatku kaget.
“yah?”
“hehehe… Bisa gak mukanya dikondisikan?” tanyanya diselingi tawa.
“eh… Apaan sih kak? Udah ah.. Aku pulang dulu ya?, takutnya gak dapet bus nanti” pamitku sambil bangkit dari dudukku.
“aku antar ya?” tawarnya.
“boleh.. Kalau gak ngerepoti ya?”
“oke.”
Semenjak itu, setiap pulang sekolah kami berdua selalu menghabiskan waktu di lorong sekolah. Entah, ada hubungan apa diantara kita, yang jelas kita nyaman dengan kondisi seperti ini.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience