Rate

BAB 1

Drama Completed 470

Kutelusuri lorong sekolah yang mulai sepi, suara sepatuku terdengar keras memecah keheningan ini. Tak ada seorang pun yang berada di sini, hanya aku.

Seperti biasa, sebelum pulang ke rumah, aku selalu berdiri di lorong ini, menghadap ke arah lapangan sekolah sambil mendengarkan lagu favoritku. Kenyamanan seperti ini yang kuinginkan setiap harinya, kenyamanan yang gak akan pernah aku dapatkan di rumah.

“Kriiing… Kriing…” tanganku mencoba meraba gagang teleponnya.
“hallo…” angkatku dengan setengah sadar. “Ini siapa?” tanyaku lagi.
“kamu tidur di sofa lagi?” tanya orang di balik telepon.
“iya… Ini siapa sih?” tanyaku kesal.
Kututup teleponnya setelah tak ada jawaban sama sekali, lalu kulanjutkan mimpi indahku yang sempat terpotong.

Tak lama kemudian, telepon itu bunyi lagi..
“ahhh.. Gila… Siapa sih malam malam telpon? Ganggu aja!” omelku sambil mengangkat teleponnya.
“hallo… Siapa sih? Gak bisa biarin orang tenang aja” omelku tanpa tau sama siapa aku bicara.
“aku ganggu kamu ya?” tanyanya yang membuatku makin jengkel.
“Hah? Pertanyaan macam apa ini?,”
“Aku adalah orang yang selalu kamu lihatin dari lorong sekolah.” jawabnya yang membuat mataku terbuka lebar lebar.
“Hah? Masa iya?, tapi dari mana tau kalau… Kalau… Aku…” tanyaku syok.
“Hahaha… Ya tau lah, siapa lagi cewek yang berani berdiri di lorong yang sepi di jam segitu sambil menghadap ke lapangan.”
“oh…” jawabku canggung.
“maaf… Udah buat kamu ngelakuin itu?”
“Yah?”
“Aku tau pasti ini berat buat kita, saling mencintai, tetapi tidak bisa menyatu.” jelasnya yang hampir membuatku menangis.
“aku gak papa kok, kan ini keputusan kita berdua, buat ngebahagiain mereka. Ya kan?” jawabku miris…

Flashback…
Hari ini adalah hari pertamaku sebagai siswi di SMA ternama di kotaku. Oh ya namaku Nadana Trista Wulandari. Beberapa bulan yang lalu ayahku pergi untuk selama lamanya, dan cita citanya hanya satu, melihat putri semata wayangnya di terima di SMA favoritnya.
Hari pertama MOS sangat melelahkan, apalagi kami (siswa siswi baru) harus mendapatkan tanda tangan kakak kakak osis yang menurutku susah susah gampang.

“penatnya” rengekku sambil duduk di bawah pohon Beringin yang tumbuh besar di tengah halaman sekolah.
“gitu aja nyerah!” ucap seseorang yang membuatku makin kesal.
Kucari sumber suaranya, dan akhirnya aku lihat seorang laki laki sedang duduk di atas pohon sambil memainkan bola basket.
“Siapa yang nyerah?, aku?”
“siapa lagi?”
Kutengok sekilas wajahnya, setelah itu kembali menatap kumpulan anak anak yang berlarian kesana kemari.
Aku gak yakin sih, tapi aku inget, kalau ada satu kakak osis yang susah banget di mintai tanda tangan, dia bahkan sering kabur secara diam diam. Dan gelagaknya sama persis sama kakak yang lagi nangkring di pohon itu. moodku pun tiba tiba naik kembali.

“Bukan aku give up.” ucapku sambil berdiri dari dudukku, lalu memberikan sebuah buku dan pena ke kakak itu, tetapi dia menolaknya “aku tau, nama kakak, kak Bima kan?, dan aku tau mereka semua pasti lagi cari kakak. Kira kira kalau aku kasih tau mereka kalau kakak di atas, kakak lebih kewalahan daripada ngasih satu tanda tangan ke aku gak ya?”
“wah… Wah.. Nih anak songong banget. ceritanya ngancam?”
“enggak.. Kakak pernah mempelajari simbiosis mutualisme gak? Itu yang kita lakukan sekarang?”
“wah… Sial banget hari ini, Kenapa juga harus ketemu anak kayak gini!” omelnya sambil menanda tangani buku itu.
“Heh.. Gitu dong dari tadi!, ternyata gak sesusah ya? Hahaha, terima kasih ya kak?, dah…” ucapku langsung pergi ninggalin kak Bima (kakak osis yang demen banget nangkring di pohon beringin). Tanda tangan dari kakak Bima adalah tanda tangan terakhir yang harus aku miliki.

Pagi ini kami melakukan outbound di hutan terbuka. panitia MOS bilang hari ini hari terakhir kami MOS. Banyak tantangan yang harus kita lewati sebelum nantinya dinyatakan lulus MOS dan resmi menjadi siswa/siswi di SMA ini.
“oke, kami akan membagi kalian menjadi 20 team masing masing team beranggotakan 15 orang. Dsn masing masing team akan dipimpin oleh ketua team dan 1 kakak pembimbing. Paham?” jelas Kak Rizal (ketua panitia MOS).
“Paham kak.” jawab peserta MOS
Kak rizal mulai membagi kelompoknya.
“Dan kelompok terakhir diketuai oleh Nadana Trista Wulandari, dan di bimbing oleh Bimasta Baskaranendra mdan anggotanya adalah…” ucap kak rizal yang membuat aku sport jantung, pasalnya pembimbingku adalah kak Bima (kakak osis yang nangkring di pohon beringin waktu itu)
“Oh My God.. Kenapa harus dia sih..” rengekku ke lola teman satu teamku.
“siapa?” tanya lola
“siapa lagi?”
“udahlah.. Ini hari terakhir juga.”
“terpaksa deh…” ucapku pasrah.

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience