Bab:3

Romance Series 1856

AUTHOR POV

Pagi itu suasana SM Internasional High School tak jauh beda dengan hari lainnya. Para murid yeoja sudah mengerumuni pintu gerbang. Mereka menunggu kedatangan seseorang yang dijuluki Ice Prince, Oh Sehun. Para yeoja itu rela datang pagi-pagi sekali agar tidak keduluan Sehun. Mereka mulai mencermati jam kedatangan Sehun ke sekolah semenjak jalan kaki adalah tidak lebih dari jam enam.

Dan benar saja, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya menampakkan batang hidungnya.

SEHUN POV

"Aigoo~ senyum itu. Kenapa dia cantik sekali? Ya Tuhan dosa apa aku sampai jadi seperti ini?" batinku berbunga-bunga.

Sepanjang jalan aku terus senyum-senyum sendiri. Masa bodoh kalau ada orang yang mengira aku gila. Tapi kenyataannya aku memang sedang tergila-gila pada yeoja itu.

"Ah, tunggu. Itu apa?" gumamku saat melihat gedung sekolahku, lebih tepatnya gerbang sekolah itu dari kejauhan. Instingku mengatakan ini bahaya.

"OMONAAA?!" seruku saat mendapati para fansku yang berkerumun di pintu gerbang. Pikiranku kalang kabut. Mau kabur juga tidak bisa. Satu-satu jalan masuk sekolah itu ya hanya ada satu itu. Kalau aku bolos eomma pasti akan marah.

"TIN TIN!" suara itu membuatku tersadar.

"Masuklah!" suara itu terdengar familier. Ya tentu saja itu suara si Kkamjong. Aku langsung masuk ke dalam mobilnya.

"Wow...fansmu sudah berkumpul jam segini. Mereka benar-benar menggilaimu maknae" ucap Jong In terkagum dengan fansku.

"Itu namanya bencana pabbo" ucapku ketus.

"Arraseo. Sekarang pakai sabuk pengamanmu itu, karena pembalap nomor satu dunia akan segera memulai aksinya!" serunya penuh percaya diri.

"Hei, kau tidak berencana menabrak merekakan?" tanyaku khawatir.

"Tentu saja tidak" jawabnya sebelum mobil yang kami tumpangi melaju dengan kecepatan tinggi.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" para yeoja itu berteriak histeris ketika mobil kami lewat. Untung saja mereka menyingkir.

Jong In memarkirkan mobilnya di dekat parkiran guru yang lumayan jauh dari kelas.

"Sehun-ah kajja!" Jong In menarikku untuk berlari karena fansku berlari kearah kami. Jadilah kami seperti maling yang dikejar orang sekampung.

"Hosh host host" aku mengatur napasku setelah berhasil masuk ke dalam kelas dengan selamat.

"Kau berhutang padaku maknae" ucap Jong In sambil mengacak-acak rambutku.

"YAK! Kau merusak tatanan rambutku pabbo" ucapku tak terima dengan perlakuannya.

"Aigoo~ Kyungie chagi cantik sekali! Kenapa rambutnya diikat tinggi begitu? Apa dia mau menggodaku dengan memamerkan leher mulusnya itu?" ucap Jong In ketika melihat Kyungsoo noona dari jendela kelas. Aku memutar bola mataku malas mendengar penuturan tak penting Jong In barusan.

"Bisakah kau mengurangi kadar kemesumanmu itu Kkamjong?" tanyaku malas.

"Tentu saja tidak bisa maknae. Bagaimana kadar mesumku bisa turun kalau setiap hari bertemu dengan yeoja bermata bulat itu" jawabnya masih memandangi sosok bermata bulat itu.

"Terserah sajalah" ucapku tak peduli.

Lima menit sebelum bel masuk berbunyi para murid sudah memadati kelas. Mereka sudah duduk manis di bangku masing-masing. Begitu pula denganku dan teman sebangkuku, Kim Jong In.

"TET TET TET" bel pun berbunyi.

AUTHOR POV

Seorang yeoja yang dikenal dengan Lee songsaenim masuk ke dalam kelas Sehun. Suara ketukan sepatunya menggema memenuhi ruang kelas itu. Banyak murid yang mendadak pucat pasi saat guru itu ada di hadapan mereka. Lee songsaenim terkenal killer dan sulit untuk mendapatkan nilai darinya. Hari ini ia akan membagikan hasil tes yang diadakan minggu lalu.

"Ehem!" mendengar dehemannya saja sudah membuat murid-murid itu tegang.

"Sebelumnya ada beberapa hal yang akan saya sampaikan" ucapnya mengawali pelajaran hari ini.

"Yang pertama saya ingin mengucapkan selamat pada kelas ini, karena ada beberapa dari teman kalian yang lolos tes minggu lalu. Mereka yang telah lolos diperkenankan untuk tidak mengikuti pelajaran. Sedangkan bagi yang belum lolos, maka wajib mengikuti remidial tes hari ini" jelas Lee songsaenim yang membuat seisi kelas was-was.

"Nama-nama yang saya panggil ini silahkan meninggalkan kelas. Pertama, Oh Sehun, Rhim Taewan, Ji Eun Sung, Kim Seungpyo, Kim Jong In, Kim Hana, Choi Haneul, Min Rin Hyang, Han Yewon dan Kim Hyobin. Bagi yang tidak saya panggil tetap di dalam kelas" begitulah penjelasan Lee Songsaenim.

Banyak yang menghela napas pasrah karena harus mengikuti remidial tes yang lebih sulit dari tes sebelumnya.

"Sehun-ah kajja!" Jong In menyeret Sehun keluar kelas menuju parkiran

"Mau kau ajak aku kemana?" tanya Sehun di dalam mobil Jong In.

"Pletak" Jong In menjitak kepala Sehun.

"Appo!" teriak Sehun sambil mengelus kepalanya.

"Tentu saja ke tempat bidadarimu itu" Sehun langsung menghentikan acara mengelus kepala begitu mendengar jawaban Jong In.

"Jinjja?" tanyanya tak percaya.

"Tentu saja" jawab Jong In singkat.

Sepanjang perjalanan mereka hanya diam tak bersuara.

"Sehun-ah, apa yang kau pikirkan saat pertama bertemu dengannya?" tanya Jong In memecah kebisuan di antara mereka.

"Apa ya? Yang kupikirkan adalah dia itu bidadari. Begitu cantik dan bercahaya. Yang langsung muncul di otakku adalah aku akan berkenalan dengannya, mengajaknya kencan, menyatakan perasaan padanya, jadian, berkenalan dengan orangtuanya, melamarnya, berdiri di altar bersamanya dan kami hidup bahagia" terang Sehun.

"Pabbo. Ku rasa tidak akan semudah itu maknae" ucap Jong In jengah.

"Sampai!" seru Sehun.

Jong In memarkirkan mobilnya di dekat tikungan. Jadi tidak akan terlihat dari sekolah TK tempat bidadari Sehun bekerja.

Dua anak manusia itu mengintip keadaan sekolah TK itu dari balik tembok pembatas.

"Aigoo~ lihat itu maknae. Dia sedang bermain basket dengan anak-anak itu" seru Jong In saat melihat dua orang yeoja dan beberapa anak kecil bermain basket.

"Ne. Aku juga melihatnya Kkamjong" jawab Sehun. Ia terfokus pada yeoja yang telah memenuhi hatinya.

"Ahhhhhhh!" seru yeoja tadi ketika melempar bola basket terlalu kencang. Bola basket itu terlempar jauh melewati tembok pembatas. Yeoja itu hendak keluar area sekolah untuk mengambil bola tadi.

"Duk duk duk" bola itu terpental dan menggelinding di dekat Sehun dan Jong In.

"Aha!" muncul bola lampu yang menyala di atas kepala Jong In.

"Wae?" tanya Sehun.

Jong In tidak menjawab pertanyaan Sehun. Dia malah mengambil bola basket itu. Dengan cengiran khasnya ia memukulkan bola itu di dahi Sehun. Lalu menyerahkan bola tadi pada Sehun.

Appo!" Sehun meringis kesakitan dan mengelus dahinya.

"Aigoo!" seru seorang yeoja saat mendapati seorang namja dengan seragam SMA mengelus-elus dahinya dan dia membawa bola basket yang dicarinya.

"Mianhamnida. Aku yang melemparkan bola itu. Apa bola itu mengenaimu? Mana yang sakit? Di sini,ne?" tanya beruntun yeoja itu. Ia merasa bersalah pada namja yang menjadi korban dari lemparannya tadi.

Namja itu, Sehun tidak menjawab pertanyaannya. Dia hanya diam membatu dan hanya menatap yeoja yang tampak mengkhawatirkan keadaannya.

"Gwaenchanha? Apa sakit sekali?" yeoja itu mengelus dahi Sehun. Si empunya dahi malah semakin membatu. Jantungnya berdetak semakin kencang dan napasnya tercekat di tenggorokan.

Sebenarnya dia ingin menjawab pertanyaan yeoja itu. Tapi mulutnya kaku untuk dibuka.

"Na-nan gwaechanha agassi" akhirnya terbuka juga.

"Benarkah? Tapi kenapa mukamu memerah begini? Apa kamu demam?" tanyanya lagi.

"Tidak apa-apa kok. Aku baik-baik saja agassi" jawab Sehun mulai normal.

"Lulu~ bolanya ketemu?" terdengar suara yeoja dari balik tembok pembatas.

"Ah, ne. Bolanya ada. Tunggu sebentar" jawab yeoja yang dipanggil Lulu itu.

"Bisakah aku mengambil bola itu" si Lulu menunjuk bola yang ada pada Sehun.

"Ah, tentu" Sehun menyerahkan bola itu.

"Gamsahamnida. Maaf untuk yang tadi,ne" ucap Lulu sambil memberikan senyum terbaiknya pada Sehun sebelum dia berlalu.

SEHUN POV

"Gamsahamnida. Maaf untuk yang tadi,ne" ucap yeoja itu.

"Aigoo~ kenapa dia tersenyum seperti itu? Cantiknya~" rancauku.

"Bagaimana Oh Sehun?" suara familier itu masuk di gendang telingaku.

Jong In masih memamerkan cengiran yang seperti tadi. Niatku untuk memarahinya luntur mengingat perbuatannya tadi malah membuatku sangat dekat dengan yeoja tadi.

"Cuuup" saking bahagianya aku rela mengecup pipi kiri si Kkamjong itu.

"Yak yak! Kenapa malah menciumku? Pipiku ini khusus untuk Kyungie chagi" protesnya. Aku tak menghiarukannya. Yang jelas saat ini hatiku berbunga-bunga.

"Kau lihat tadi? Aku berbicara dengannya. Bahkan dia mengelus dahiku" ucapku antusias. Kelihatannya si Kkamjong memutar bola matanya malas.

"Ne ne ne. Sudah maknae, berhentilah kegirangan seperti itu. Kau taruh di mana image cool mu itu?" ucap Jong In malas.

"Ehem. Mian, aku tidak bisa mengontrol diriku" ucap Sehun mulai menampakkan sikap coolku.

"Kajja kita kembali. Jam pelajaran Lee songsaenim hampir berakhir" ajak Jong In.

"Arraseo" jawabku mengikuti langkahnya menuju mobil.

.

OH MANSION

SEHUN POV

Seharian ini aku terus senyam-senyum seperti orang gila. Apalagi setelah insiden tadi pagi. Yang ada di otakku hanya yeoja bernama Lulu itu.

"Ya Tuhan kenapa aku jadi seperti ini?" monologku. Untung saja aku masih ingat pada Tuhan.

"Sehun chagi~" terdengar suara eomma.

"Sehun, bisakah kamu mengantarkan ini pada Min ajumma?" ucap eomma sambil menunjukkan bingkisan di tangannya.

"Aku tidak boleh bawa mobil eomma" tolakku halus.

"Eomma tidak memintamu naik mobil chagi. Jalan kaki kan juga bisa" ucap eomma enteng.

"Mwo? Jalan kaki? Shireo!" tolakku.

"Ayolah chagi. Eomma tidak enak pada Min ajumma. Minggu lalu dia kemari membawakan oleh-oleh dari Jepang" ucap eomma lagi.

"Hah...ne akan ku antar itu" jawabku pasrah.

"Terimakasih chagi~" ucap eomma dengan senyum sumringah.

Dan jadilah aku jalan kaki ke rumah Min ajumma. Setelah berbasa-basi sebentar aku pamit pada Min ajumma.

"Ah, malam ini panas juga ternyata" ucapku sambil membuka dua kancing teratas kemejaku.

Aku memutuskan untuk mampir di minimarket yang ada di depan sana.

Belum sampai minimarket itu, aku menangkap siluet orang yang ku kenal. Yeoja itu, Lulu kelihatan kerepotan dengan bawaannya yang sangat banyak.

"Kenapa bisa yeoja mungil seperti dia membawa barang sebanyak itu?" batinku.

.

AUTHOR POV

"Perlu bantuan agassi?" tawar Sehun pada Lulu.

"Eh?" yeoja itu kaget mendengar suara barusan.

"Sini, biarkan aku membawa ini" Sehun mengambil kantong plastik besar dari tangan Lulu. Lulu masih terbengong dengan perlakuan Sehun.

"Ah, kamu yang tadi pagi kan?" tanya Lulu setelah menyadari siapa namja itu.

"Ne. Sudah ingat ternyata" ucap Sehun sambil tersenyum pada Lulu.

"Ah, mian untuk yang tadi. Apa masih sakit?" tanya Lulu khawatir.

"Tidak usah dipikirkan. Aku baik-baik saja. Geunde, agassi mau kemana?" tanya Sehun ramah.

"Aku mau ke halte di sana" jawab Lulu sambil menunjuk halte di seberang jalan.

"Arraseo. Ayo ku antar" Sehun mendahului langkah Lulu menuju halte dengan menenteng bawaan Lulu.

"Gamsahamnida. Mian merepotkanmu..." Lulu menggantung ucapannya.

"Sehun, Oh Sehun" jawab Sehun sambil memamerkan senyum mautnya.

"Ah, ne. Gamsahamnida Sehun-ssi" ucap Lulu sedikit membungkuk. Dia hendak masuk ke dalam bus.

"Tunggu!" mendengar itu ia kembali menoleh pada Sehun.

"Ne?" tanyanya.

"Siapa namamu?" tanya Sehun.

"...Luhan" yang bisa ditangkap telinga Sehun hanya itu karena ada suara klakson mobil.

"Luhan" gumam Sehun. Bus yang dinaiki Luhan pun melaju dan Sehun tak menyadarinya.

"Luhan siapa?" saat hendak bertanya ternyata busnya tidak ada.

"Ah, sudah pergi ternyata" gumam Sehun lagi.

"Untung saja aku bisa bicara dengan benar dengan yeoja tadi, Luhan. Padahal dari tadi jantungku berdetak tak karuhan" batin Sehun.

.

AUTHOR POV

Hari ini juga seperti kemarin. Sehun dan Jong In terbebas dari remidial tes. Jadilah mereka berhamburan keluar kelas.

"Hyung, kau mau ikut denganku?" tanya Sehun pada Jong In.

"N-ne? Tadi kau memanggilku apa?" tanay Jong In.

"Hyung" jawab Sehun singkat. Jong In menyentuh dahi Sehun.

" Tidak panas" gumam Jong In.

"Kau kenapa?" tanya Sehun risih.

"Apa yang terjadi padamu sampai memanggilku 'hyung'?" tanya Jong In penasaran.

"Tidak terjadi apa-apa" jawab Sehun dengan ekspresi datar.

"Bohong. Pasti terjadi sesuatu. Tampangmu juga berubah. Kenapa jadi datar dan terlihat berwibawa begini?" tanya Jong In lagi.

"Hah...kau tahu, kemarin malam aku bertemu dengan Luhan" jawab Sehun masih dengan wajah datar.

"Luhan? Nugu?" tanya Jong In tak mengerti.

"Itu nama bidadariku Kim Jong In" jawab Sehun.

"MWO? Dari mana kau tahu?" tanya Jong In kaget.

"Ceritanya panjang" jawab Sehun singkat.

"Lalu kenapa kau jadi begini? Apa kemarin kau nekat menyatakan cinta padanya lalu ditolak?" tebak Jong In.

"Pletak!"

"Appo" teriak Jong In.

"Aku tidak sebodoh itu. Aku ini belajar untuk mengontrol diri. Aku tidak ingin kelepasan saat bersamanya. Aku tidak ingin mempermalukan diri di hadapannya" jelas Sehun.

"Ohhhh" Jong In ber oh ria setelah mendengar penuturan Sehun.

"Kau mau ikut ke tempatnya?" tanya Sehun.

"Mian. Aku sudah ada janji dengan Kyungie chagi" jawab Jong In.

"Arraseo. Aku akan ke sana sendiri. Salam untuk Kyungsoo noona" ucap Sehun sebelum berlalu.

.

SEHUN POV

Ku putuskan untuk mengunjunginya secara gentel hari ini. Tapi sebelum itu aku mampir dulu di sebuah minimarket dekat sekolah. Aku membeli permen coklat lumayan banyak mengingat ada banyak anak di TK itu. Aku yakin mereka suka permen coklat.

Saat sampai sana ternyata halaman sekolah TK sepi. Tidak seperti kemarin.

"Apa mereka belajar di dalam kelas?" batinku.

Aku menyusuri gedung sekolah ini. Ada yang belajar dalam kelas tapi gurunya bukan dia. Aku mendengar suara gelak tawa dari belakang gedung sekolah. Ternyata ada taman di belakang gedung itu.

Di situ ada beberapa anak bermain. Mataku menangkap sosok yang ku cari. Dia duduk di bawah pohon yang rimbun tak jauh dari tempatku berdiri. Ia tertawa lepas bersama anak-anak itu.

Mata kami bertemu, dia terkejut saat melihatku. Ku beranikan diri untuk mendekat.

"Annyeong Luhan-ssi" sapaku. Kelihatannya dia masih terkejut. Matanya membulat imut.

"Ah, n-ne annyeong Sehun-ssi" jawabnya sedikit tergagap.

"Apa aku mengganggu?" tanyaku.

"Aniyo. Kami sudah terbiasa dengan kehadiran orang luar" jawabnya memamerkan senyum yang mampu merobohkan pertahananku.

"Jinjja?" tanyaku memastikan.

"Ne. Biasanya ada orangtua siswa yang kemari dan ikut bermain bersama kami" jelasnya.

"Ah, syukurlah" jawabku lega.

"Congcaenim~ nugu?" seorang yeoja kecil bertanya pada Luhan dan menunjuk ke arahku.

"Ah, ini ada Sehun oppa yang akan bermain dengan kita chagi" jawab luhan mengelus surai yeoja kecil itu.

"Sehun oppa?" tanyanya imut sambil memandangku.

"Annyeong. Siapa namamu chagi?" tanyaku pada yeoja kecil itu.

"Culli" jawabnya malu-malu.

"Sulli,ne?" tanyaku memastikan. Yeoja kecil bernama Sulli itu mengangguk-anggukan kepalanya sambil menunduk malu.

"Wae chagi?" tanya Luhan pada Sulli. Sulli membisikkan sesuatu pada Luhan.

"Aigoo~" seru Luhan tersenyum geli.

"Ada apa?" tanyaku bingung.

"Aniyo. Sulli bilang kamu sangat tampan Sehun-ssi" jawab Luhan masih dengan senyumannya tadi.

"Jinjja? Ah aku tahu kalau aku memang sangat tampan" ucapku bangga.

"YAK! Ternyata kamu percaya diri sekali Sehun-ssi" ucap Luhan menepuk pundakku.

"Itu kenyataan Luhan-ssi. Anak sekecil itu saja mengakuinya. Anak kecil itu tidak pernah bohong. Mereka pasti bicara jujur" jelasku membela diri.

"Oppa~ belmain bercama kami,ne" ajak Sulli dan beberapa teman yeojanya.

"Baiklah chagi, kita akan bermain. Tapi sebelum itu, apa ada yang mau permen coklat?" tanyaku pada mereka. Baik yeoja atau namja menghampiriku begitu mendengar kata permen coklat. Luhan hanya tersenyum maklum.

Setelah puas bermain dengan anak-anak itu aku menghampiri Luhan yang ada di gazebo.

"Ah, ternyata lelah juga ya bermain dengan mereka" aku duduk di sebelah Luhan.

"Ige" Luhan menyodorkan sebotol air minum padaku.

"Gamsahamnida" ucapku.

"Sehun-ssi apa kamu bolos sekolah?" tanyanya penuh selidik.

"Jangan memanggilku seformal itu. Panggil saja Sehun" kataku setelah meneguk air darinya.

"Ah, ne. Sehun-ah apa kamu bolos?" tanyanya lagi.

"Aniyo. Aku tidak mungkin bolos. Minggu ini ada remidial tes di sekolahku. Kalau lolos tes minggu lalu ya tidak perlu ikut tes itu" terangku.

"Jadi kamu lolos tes minggu lalu, ne?" tanyanya meyakinkan.

"Ne" jawabku singkat.

"Aigoo~ berarti kamu temasuk siswa yang pandai" pujinya.

"Biasa saja kok" jawabku merendah, meskipun sebenarnya aku juara pararel sekolah.

"Geunde, kamu juga tidak perlu memanggilku Luhan-ssi. Luhan atau noona saja, pasti kamu lebih muda dariku" ucapnya diiringi senyum manisnya.

"Arraseo noona" ucapku juga sambil memamerkan senyum.

"Drrrret"

Handphoneku bergetar. Ternyata ada pesan masuk.

From Kkamjong:

Maknae kau dimana sekarang? Cho songsaemnim mencarimu. Ini juga sudah masuk lho~

Reply

"OMO?!" seruku spontan

"Ada apa Sehun?" tanya Luhan.

"Mian aku harus pergi. Songsaemnim mencariku. Tolong sampaikan salamku pada anak-anak,ne. Aku permisi dulu" pamitku pada Luhan.

.

Setelah kunjungan pertamaku itu, aku jadi sering main ke TK. Ya mumpung masih minggu remidial tes. Jadi ada kesempatan untuk ke sana.

Pendekatanku dengan Luhan tidak sesulit yang ku pikirkan. Dia yeoja yang mudah akrab dengan orang yang baru dikenalnya.

Selepas minggu remidial tes sebenarnya aku khawatir tidak bisa bertemu dengannya. Tapi ternyata aku tetap bisa menemuinya karena dia ada di TK sampai sore. Setiap hari ku sempatkan untuk ke sana. Entah sendiri atau bersama Jong In.

.

AUTHOR POV

Akhirnya hari yang dinantikan Oh Sehun tiba. Penantiannya untuk rujuk dengan mobil kesayangannya berakhir sudah.

"Akhirnya aku bisa naik mobil ini lagi" ucap Sehun penuh syukur.

"Ah, bagaimana kalau aku ajak saja Luhan jalan-jalan" batin Sehun.

"Yoboseyo" sapa Sehun.

"Yoboseyo Sehun-ah. Ada apa?" tanya orang di seberang.

"Aku sudah diizinkan naik mobil lagi, Kkamjong" jawab Sehun.

"Jinjja? Chukae!" ucap Jong In.

"Hmmm, bagaimana menurutmu kalau aku ajak Luhan jalan-jalan?" tanya Sehun.

"Ah, itu ide bagus Sehun-ah" jawab Jong In.

" Tapi kemana?" tanya Sehun lagi.

"Lotte World saja. Minggu lalu aku kesana dengan Kyungie" jawab Jong In.

"Lotte World, ne? Arraseo. Gumawo" ucap Sehun.

"Ne" telepon itupun terputus.

.

Sesuai janji yang mereka buat. Sehun dan Luhan akan jalan-jalan ke Lotte World hari Minggu pagi.

Luhan meminta Sehun menunggu di depan TK.

"Mian Sehunnie, apa kamu sudah menunggu lama?" tanya Luhan yang baru datang. Ia mengenakan dress berwarna soft pink selutut, flat shoes putih dan membawa tas kecil berwarna putih.

"Aniyo. Aku juga baru datang" jawab Sehun jujur.

Sehun mengenakan kaos putih dipadu blazer hitam dan celana panjang.

"Gumawo sebelumnya karena mengajakku jalan-jalan" ucap Luhan sedikit membungkuk.

"Ah, bukan apa-apa kok. Masuklah" Sehun membukakan pintu mobilnya untuk Luhan.

"Gomawo" ucap Luhan.

Mobil Sehun melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan kota Seoul.

"Kenapa kamu tidak mau ku jemput di rumah saja, Lu?" tanya Sehun memecah keheningan di antara mereka. Kini ia sudah terbiasa memanggil Luhan dengan sebutan Lulu atau Luahnnie.

"Rumah ku cukup jauh Sehunnie. Aku tidak ingin terlalu merepotkanmu" jawab Luhan.

"Aku tidak merasa direpotkan, Lu. Lain kali aku akan menjemputmu di rumah" ucap Sehun final.

Luhan sudah mulai terbiasa dengan siap Sehun yang seperti ini. Sebagai orang yang lebih tua dia memilih untuk mengalah.

"Sampai juga" ucap Sehun.

Ketika mereka masuk ke dalam Lotte World, ternyata sudah banyak orang di sana. Ya maklum hari libur.

"Wahhh" mata Luhan berbinar melihat wahana yanga ada.

"Kamu baru dua bulankan di sini? Aku yakin kamu juga belum pernah kemari" ucap Sehun yang mendapat anggukan dari Luhan.

"Kajja" Sehun menarik tangan Luhan.

"Sehun naik yang itu,ne? "

"Yang itu juga"

"Kelihatannya yang itu juga asyik"

Kira-kira begitulah yang diucapkan Luhan setiap melihat wahana yang menarik. Sehun dengan telaten menuruti kemauan Luhan.

"Dia memang lebih tua dariku, tapi bisa kekanak-kanakan begini" batin Sehun.

"Lu, kita naik itu,ne?" tawar Sehun.

"Shireo! Itu berbahaya Sehunnie. Lulu tidak mau" tolak Luhan. Dia memandang horor roller coster di hadapannya.

"Wae? Kamu takut,ne?" tanya Sehun. Luhan hanya menunduk.

"Baiklah kita naik yang lain saja" ucap Sehun yang langsung mendapat anggukan dari Luhan.

Luhan sangat antusias dengan semua hal yang ada di Lotte World. Sampai-sampai ia tidak berhati-hati saat berjalan.

"Ah" Luhan tersandung batu dan hampir terjatuh kalau saja Sehun tidak sigap meraih pinggangnya.

"DEG!"

Itu bukan hanya suara detak jantung Sehun, tapi Luhan juga. Posisi Sehun yang memeluk Luhan dari belakang tampak sangat intim. Dengan posisi seperti ini Sehun bisa mencium aroma tubuh Luhan. Sadar akan posisi mereka yang tidak pantas, perlahan Sehun melepaskan pelukannya pada Luhan.

"Te-terimakasih Sehunnie" ucap Luhan dengan senyum kikuk.

"Ne. Berhati-hatilah, Lu. Jangan ceroboh seperti tadi" ucap Sehun bijak.

Mereka sedikit canggung setelah kejadian tadi. Tapi itu tidak berlangsung lama karena perut mereka minta diisi. Setelah makan siang mereka kembali mengelilingi Lotte World.

"Kamu mau itu, Lu?" tanya Sehun saat melihat Luhan terus memandangi permen kapas berwarna pink di sebuah kedai.

Luhan sebenarnya ingin, tapi ia tidak ingin merepotkan Sehun.

"Tidak Sehunnie" jawab Luhan penuh dusta.

Menyadari kebohongan Luhan, Sehun melangkah menuju kedai itu dan membeli satu permen kapas.

"Ige" Sehun menyerahkan permen kapas itu pada Luhan.

"Eh?" Luhan tak menyangka Sehun akan membelikannya.

"Kalau kamu ingin bilang saja" ucap Sehun lalu berjalan mendahului Luhan.

"Sehunnie tunggu aku!" seru Luhan.

Mereka berkeliling samapi sore. Tujuan terakhir mereka adalah bianglala.

"Sehinnie, aku takut tinggi" ujar Luhan.

"Tenang saja Lulu, aku akan menjagamu kok" Sehun meraih tangan Luhan dan menggenggamnya.

Bianglala itu pun berputar. Suasana senja menambah kesan romantis bagi mereka yang menaiki biang lala itu, termasuk Sehun dan Luhan.

"Lu, kenapa kamu bisa pindah dari Cina kemari?" tanya Sehun.

"Ceritanya panjang Sehunnie" jawab Luhan. Ia masih sibuk melahap es krimnya.

Luhan makan es krim seperti anak kecil. Belepotan ke mana-mana.

"Aish, bagaimana bisa yeoja 22 tahun makan es krim seperti ini?" ucap Sehun sambil mengusap sisa es krim di sudut bibir Luhan.

Luhan kaget dengan perlakuan Sehun barusan. Pipinya bersemu merah. Ia pun memilih untuk menunduk.

"Wae? Kenapa menunduk begitu?" Sehun memaksa Luhan untuk mendongak menatapnya.

Napas Sehun tercekat saat melihat wajah Luhan yang merona, bibir mungil Luhan yang sedikit terbuka dan mata Luhan yang tak terbaca menatap intens padanya.

Entah dapat dorongan dari mana Sehun mendekatkan wajahnya pada Luhan. Ia tidak dapat menahan gejolak dalam dirinya. Ingin rasanya segera mempertemukan bibirnya dengan bibir Luhan.

Sedikit lagi, mata Sehun sudah terpejam. Sedikit lagi sampai dan,

"Tuan bianglalanya sudah berhenti" suara seorang namja mengintruksi acara Sehun itu.

"N-ne?" Sehun salah tingkah. Sedangkan Luhan hanya menunduk.

Dengan rasa canggung Sehun dan Luhan keluar dari bianglala itu.

Mereka langsung berjalan menuju parkiran. Dalam perjalanan pulang suasana canggung masih mewarnai kebersamaan mereka.

"Lu, di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu" ucap Sehun memecah keheningan.

"Apa tidak apa-apa kalau harus mengantarku?" tanya balik Luhan.

"Tidak masalah. Aku juga ingin tahu rumahmu, Lu" jawab Sehun.

"Pertigaan di depan belok ke kanan Sehunnie" pinta Luhan.

"Arraseo" jawab Sehun.

Mereka sampai di kawasan perumahan elit. Mobil Sehun berhenti di salah satu mansion.

"Sehunnie, mampirlah dulu" pinta Luhan.

Karena ingin mengenal Luhan lebih jauh Sehun mengiyakannya. Siapa tahu bertemu calon mertua.

Ternyata Luhan tinggal di mansion yang tak kalah besar dari mansionnya, begitu pikir Sehun.

"Ah, anda sudah datang" sambut seorang maid begitu Sehun dan Luhan masuk.

"Ne. Ini Sehun temanku ajushi" Luhan memperkenalkan Sehun. Sehun membungkuk memberi hormat.

Luhan mengajak Sehun ke ruang tengah. Dia meminta Sehun untuk duduk di sofa yang ada di sana selagi dia mengambil minum.

Hal yang dikagumi Sehun dari Luhan salah satunya adalah dia tidak meminta bantuan orang lain selagi dia bisa melakukannya. Bisa sajakan Luhan meminta maidnya untuk mengambil minuman.

"Ini Sehun silahkan" Luhan meletakkan segelas minuman di atas meja.

"Gomawo Luhannie" ucap Sehun, lalu ia meminumnya.

"Kamu sudah pulang, Lu" terdengar suara seorang namja.

"Ne. Kamu sendiri? Apa sudah tiba dari tadi?" jawab Luhan.

"Belum, baru tiga puluh menit yang lalu" namja itu menghampiri Sehun dan Luhan.

"Apa ini Sehun yang kamu ceritakan itu?" tanya namja tadi.

"Ne" jawab Luhan singkat. Luhan menarik namja itu untuk mendekat.

"Kelihatannya kalian harus berkenalan" ujar Luhan diiringi senyum yang menghiasi wajahnya.

"Nah, ini Oh Sehun yang sering kuceritakan itu" Luhan memperkenalkan Sehun pada namja itu. Sehun membungkuk memberi hormat pada namja yang terlihat lebih tua darinya.

"Sehun perkenalkan dia suamiku" Luhan memperkenalkan namja itu.

"N-NE?"

.

.

.

"SUAMI?"

TBC

Share this novel

Guest User
 


NovelPlus Premium

The best ads free experience